Highlight.ID – Pelestarian lingkungan hidup membutuhkan kerja sama antar berbagai pihak agar dapat berjalan secara berkelanjutan. Lembaga yang fokus dalam melestarikan lingkungan hidup adalah Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) yang berdiri sejak tahun 2001. Pendirinya adalah Megawati Soekarnoputri.
Kegiatan YKRI salah satunya yakni mengelola koleksi tumbuhan Indonesia untuk tujuan konservasi dan pendidikan mengenai pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati. YKRI juga berupaya mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas Kebun Raya di Indonesia.
Selain itu, YKRI menyelenggarakan Gerakan Jaga Bhumi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mencintai lingkungan dan menjaga bumi. Lewat kegiatan Jaga Bhumi, diharapkan masyarakat mempunyai minat terhadap keberadaan Kebun Raya di Indonesia.
Baca Juga:
Jaga Wiyata Kenalkan Tanaman Obat dan Apotek Hidup pada Anak Sekolah
Pada periode I (2017 – 2018) gerakan Jaga Bhumi, YKRI bersama Pemerintah Kota Surabaya berhasil membangun Kebun Raya Mangrove pertama di dunia. Selanjutnya, periode II (2019 – 2020) YKRI mendorong agar Indonesia memiliki Kebun Raya Tanaman Obat (KRTO) mengingat Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua terbesar di dunia. Menurut Riset Tumbuhan dan Jamu (Ristorja 2012-2017) oleh Kementrian Kesehatan RI, Indonesia memiliki sebanyak 6.000 hingga 7.500 tanaman obat.
Gerakan Jaga Bhumi diterjemahkan dalam berbagai aksi dan inovasi terhadap lingkungan hidup yang disesuaikan dengan masing-masing segmentasi. Segmentasi kegiatan ini terbagi menjadi beberapa kategori berdasarkan usia mulai dari anak usia dini, sekolah dasar, remaja pelajar, mahasiswa hingga kelompok dewasa yang meliputi kalangan profesional, komunitas, dan masyarakat umum.
Sarasehan Kalpataru yang dilaksanakan Kamis (15/8/2019) di Olam Resto, Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan menjadi bagian dari rangkaian gerakan Jaga Bhumi. Acara yang fokus pada komunitas dan masyarakat umum ini menjadi ajang berkumpulnya para peraih penghargaan Kalpataru se-Indonesia untuk bersilaturahmi, berkoordinasi, dan merawat semangat juang untuk terus menjaga pelestarian lingkungan hidup.
Tujuan kegiatan ini untuk menindaklanjuti dan merumuskan peningkatan kapasitas bagi para peraih penghargaan Kalpataru dan lingkungan terdekatnya. Sarasehan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi bersama di dalam upaya pelestarian lingkungan hidup antara YKRI, pemerintah, penerima kalpataru, dan pihak-pihak lain.
Baca Juga:
Jakarta Recycling Festival Gemakan Pentingnya Daur Ulang Sampah
Sebanyak 100 orang peraih Kalpataru dari tahun 2005 – 2019 menghadiri acara sarasehan yang berlangsung malam hari ini. Para peraih Kalpataru terdiri dari kategori Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan, dan Pembina Lingkungan. Tak hanya terbatas pada penerima Kalpataru saja, pengalaman dan perjuangan mereka dalam upaya pelestarian lingkungan hidup diharapkan dapat ditiru oleh masyarakat luas.
“YKRI percaya bahwa para peraih Kalpataru ini adalah contoh nyata figur tauladan masyarakat asli Indonesia yang sarat dengan ilmu pengetahuan praktis dan pengalaman yang mumpuni. Karya nyata para peraih Kalpataru adalah aset pengetahuan yang harus senantiasa dilestarikan dan diturunkan kepada generasi selanjutnya,” ujar Alexander Sonny A. Keraf selaku Wakil Ketua II – YKRI.
Menurut Sonny, Sarasehan Kalpataru kali ini lebih dari sekadar bernostalgia maupun momen berbagi di antara sesama penerima kalpataru. Acara ini juga menjadi kesempatan untuk membahas dan mencari solusi atas berbagai permasalahan atau kendala yang bervariasi di setiap daerah. Selain itu, akan ada berbagai keputusan untuk menentukan bagaimana langkah ke depan.
Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Tri Handoko selaku Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Agus Justianto sebagai Kepala Badan Penelitan dan Pengembangan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Balitbang KLHK).