Highlight.ID – Hipster adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan subkultur yang berkembang terutama di kalangan kaum muda. Subkultur ini dikenal dengan gayanya yang unik dan apresiasinya terhadap seni, musik, dan fashion yang tidak konvensional.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi asal usul hipster, evolusinya sepanjang sejarah, serta karakteristik khas yang mendefinisikan mereka.
Asal Usul Hipster
1940-an & 1950-an: Akar dalam Musik Jazz
Istilah “hipster” pertama kali muncul pada tahun 1940-an untuk menggambarkan penggemar musik jazz, khususnya gaya bebop yang berkembang pada masa itu. Hipster pada periode ini adalah kaum muda kulit putih yang mengadopsi gaya hidup dan sikap para musisi jazz kulit hitam, yang dikenal sebagai “hip” atau “hep.”
Mereka sering terlihat di klub-klub jazz di kota-kota besar seperti New York, menikmati musik yang dianggap revolusioner dan menantang norma-norma musik konvensional. Musik jazz bebop, yang dipelopori oleh musisi seperti Charlie Parker dan Dizzy Gillespie, merupakan simbol dari kebebasan artistik dan inovasi.
Hipster mengagumi dan meniru gaya hidup para musisi ini, termasuk penggunaan bahasa slang, cara berpakaian yang kasual, dan sikap yang santai serta sedikit memberontak terhadap norma sosial yang berlaku.
1950-an & 1960-an: Pengaruh Beatnik
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, subkultur hipster mulai dipengaruhi oleh gerakan Beat Generation. Penulis dan penyair seperti Jack Kerouac, Allen Ginsberg, dan William S. Burroughs menjadi ikon budaya bagi kaum hipster. Mereka menekankan gaya hidup bohemian yang bebas, eksperimental, dan kritis terhadap nilai-nilai arus utama.
Gaya hidup para beatnik ini mencakup perjalanan yang spontan, eksplorasi spiritual, dan pencarian makna hidup melalui seni dan sastra. Mereka sering terlihat di kafe-kafe dan bar yang mendukung seni dan musik alternatif, berpartisipasi dalam diskusi intelektual dan membaca puisi.
1960-an & 1970-an: Budaya Counterculture
Pada dekade 1960-an dan 1970-an, konsep hipster berubah seiring dengan munculnya budaya counterculture. Gerakan hippie yang menekankan perdamaian, cinta, dan kehidupan yang berkelanjutan serta alami, turut mempengaruhi subkultur hipster. Mereka mengadopsi elemen-elemen dari gaya hidup bohemian dan beatnik, tetapi dengan fokus yang lebih besar pada isu-isu sosial dan politik.
Hipster pada periode ini sering terlibat dalam gerakan sosial seperti hak-hak sipil, feminisme, dan anti-perang. Mereka juga menunjukkan minat pada musik rock dan folk, serta budaya psychedelia yang berkembang pesat pada masa itu.
1990-an & 2000-an: Kebangkitan Kembali
Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, hipster muncul kembali dengan wajah baru. Kali ini, mereka lebih dikaitkan dengan budaya indie dan alternatif. Kota-kota besar seperti New York, San Francisco, dan Portland menjadi pusat bagi komunitas hipster modern.
Gaya berpakaian hipster pada periode ini sering mencakup pakaian vintage dan retro, dengan kombinasi yang tidak konvensional. Mereka juga menunjukkan minat yang besar pada musik indie dan band-band yang kurang dikenal, serta mendukung film-film independen dan seni visual alternatif.
Karakteristik Hipster
1. Gaya berpakaian
Salah satu ciri khas paling mencolok dari hipster adalah gaya berpakaian mereka yang unik dan eklektik. Hipster sering terlihat mengenakan pakaian vintage atau retro yang ditemukan di toko barang bekas atau pasar loak. Mereka memadukan berbagai gaya dari era berbeda, menciptakan tampilan yang orisinal dan tidak terikat oleh tren mode arus utama.
Aksesoris seperti topi fedora, kacamata tebal, dan sepatu boots sering menjadi bagian dari penampilan mereka. Hipster juga cenderung menghindari merek-merek besar dan lebih memilih pakaian buatan tangan atau dari desainer lokal.
2. Minat pada musik & seni
Musik dan seni adalah bagian integral dari identitas hipster. Mereka memiliki selera musik yang eklektik, sering kali menyukai band indie, alternatif, atau yang kurang dikenal. Festival musik indie dan konser kecil di kafe atau bar adalah tempat di mana hipster sering menghabiskan waktu mereka.
Selain musik, hipster juga menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap seni visual, film, dan sastra. Mereka sering menghadiri pameran seni, pertunjukan teater, dan pemutaran film independen. Buku-buku dari penulis Beat Generation dan karya-karya sastra klasik serta modern menjadi bagian penting dari koleksi mereka.
3. Gaya hidup & konsumsi
Hipster cenderung menjalani gaya hidup yang berkelanjutan dan antikonsumerisme. Mereka sering memilih produk-produk lokal, organik, dan buatan tangan. Pasar petani, toko buku independen, dan kafe-kafe kecil menjadi tempat favorit mereka untuk berbelanja dan bersosialisasi.
Makanan dan minuman juga menjadi bagian penting dari gaya hidup hipster. Mereka menyukai kopi spesialti, bir kerajinan, dan makanan organik. Kebiasaan memasak makanan sendiri dari bahan-bahan segar dan lokal adalah bagian dari filosofi hidup mereka yang menghargai keberlanjutan dan kualitas.
4. Media sosial & teknologi
Di era digital, hipster aktif di berbagai platform media sosial seperti Instagram, Tumblr, dan Pinterest. Mereka sering berbagi foto-foto artistik, konten yang mencerminkan gaya hidup mereka, serta karya seni dan musik yang mereka sukai.
Media sosial menjadi alat penting bagi hipster untuk mengekspresikan diri dan terhubung dengan komunitas yang lebih luas.
5. Penampilan & hobi
Hipster memiliki penampilan yang mencolok dan individualistis. Tato, janggut tebal bagi pria, dan potongan rambut yang unik adalah beberapa contoh dari cara mereka mengekspresikan identitas mereka.
Mereka juga memiliki hobi yang unik atau tidak konvensional, seperti bersepeda, fotografi, membuat kerajinan tangan, atau berkebun.
Kritik & Kontroversi
Meskipun banyak yang mengagumi gaya hidup dan kreativitas hipster, subkultur ini juga sering menjadi subjek kritik. Beberapa menganggap hipster sebagai simbol dari konsumerisme terselubung dan elitisme kultural.
Mereka dikritik karena kecenderungan mereka untuk mengejar keaslian dan orisinalitas dengan cara yang terkadang dianggap sebagai pose atau gaya hidup yang dangkal.
Hipster yang kaya dan kompleks mempunyai akar yang dalam di berbagai gerakan budaya dan artistik sepanjang sejarah. Mereka terus berevolusi dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Meskipun sering menjadi subjek kritik, hipster tetap menjadi simbol dari pencarian keaslian dan kebebasan artistik dalam masyarakat modern.