
Highlight.ID – Sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang memfokuskan pada 2 kejuruan, yakni Fashion Technology dan Bisnis Manajemen. Kota Semarang sengaja dipilih sebagai tempat pelaksanaan Kejuruan Fashion Technology karena industri fashion atau garmen mempunyai perkembangan yang sangat bagus.
Edy Susanto, Kepala BBPLK Semarang mengatakan, “Itulah salah satu yang melatarbelakangi mengapa (dipilih) Semarang. Kejuruan unggulan salah satunya adalah Fashion Technology.” Peserta didik BPPLK Semarang yang berasal dari seluruh Indonesia mempunyai minat yang besar untuk belajar di Kejuruan Fashion Technology maupun Bisnis Manajemen.
Baca Juga:
MUFFEST 2020, Upaya Untuk Memajukan Industri Fashion Muslim Tanah Air
Peserta BBPLK Semarang sebagian besar merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan jumlah lebih dari 90 persen. Sisanya adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA) atau Sederajat. Mereka belajar di BBPLK Semarang dengan masa studi mulai dari 1,5 hingga 3 bulan. “Contoh, untuk Asisten Desainer Busana itu memerlukan waktu (pendidikan) 3 bulan,” ujar Edy kepada Highlight.ID di ajang Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2020.
Untuk meningkatkan kualitas instruktur, BBPLK Semarang bekerja sama dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) sejak tahun 2018 untuk Kejuruan Fashion Technology. Beberapa pilihan bidang yang dipelajari di Kejuruan Fashion Technology yakni Asisten Desainer Busana, Operator Sewing, Menghias Busana dengan Mesin Bordir, Menjahit Pakaian Pria, Menjahit Pakaian Wanita Dewasa, Menjahit Pakaian Anak, Penjahit Pakaian Dasar, dan Penerapan Tata Niaga Mode.

“Kalo bicara pelatihan vokasi, kurikulumnya mengacu ke suatu jabatan. Jadi lebih fokus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sebagai contoh, seorang desainer busana itu fokus sebagai desainer. Padahal, kalo bicara tentang Tata Busana kan luas sekali,” tambah Edy. Sebelum mengikuti pendidikan, calon siswa melewati tahapan seleksi melalui Bimbingan Karier (BK) terlebih dahulu. Lewat seleksi tersebut, calon siswa akan mengetahui minat dan bakatnya yang menentukan bidang yang akan dipilih nantinya.
Baca Juga:
BBPLK Semarang Fokuskan Pelatihan di Bidang Fashion Technology
“Siswa latih kita sesuai data yang diperoleh, dalam satu tahun itu sekitar 87 persen terserap (dunia kerja). Sisanya, bukan berarti tidak kerja (tapi) tidak terkomunikasi. Terserap di sini mempunyai dua pengertian. Yang pertama, dia bekerja misalnya di perusahaan, kantor, pabrik. Yang satunya adalah bekerja sebagai entrepreneur atau wirausaha,” jelas Edy.

Setiap peserta didik BBPLK Semarang memiliki motivasi dan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang ingin bekerja di perusahaan dan ada pula yang bercita-cita untuk mengembangkan bisnis. “Di pelatihan ini juga kita masukkan (materi) kewirausahaan,” imbuhnya.
BBPLK Semarang kembali berpartisipasi di ajang Muslim Fashion Festival 2020, membawa sejumlah desainer dan produk-produk yang dipamerkan di booth-nya. MUFFEST sekaligus menjadi ajang untuk melihat sejauh mana ketertarikan pasar terhadap produk-produk yang ditampilkan. Edy menambahkan, “Ini sesuai dengan target kita bahwa tahun 2025, Indonesia sebagai salah satu pusat mode muslim dunia. Melalui MUFFEST inilah kita bisa menyiapkan SDM-nya yang sudah barang tentu akan menghasilkan karya-karya muslim fashion yang memang diminati seluruh dunia.”
Baca Juga:
Membaca Tren Fashion Muslim 2021-2022 Lewat Ajang MUFFEST 2020

Dalam pengamatan Edy, masih banyak lulusan SMK yang belum benar-benar siap bekerja meskipun mereka telah mendapatkan keterampilan selama sekolah. “Memang kenyataannya, di Biro Pusat Statistik (BPS) pun bahwa pengangguran terbuka itu disumbangkan cukup besar, sekitar 28 persen dari lulusan SMK. Untuk bisa masuk bekerja, setelah keluar (selesai) dari pendidikan, ini memang ada suatu step yaitu pelatihan kerja,” jelas dia.
“Tantangan ke depan bahwa training program harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Terus yang kedua, terkait tantangan dengan peserta latih kita atau siswanya. Ini kita siapkan untuk siap kerja di manapun,” tambahnya.

Mulai tahun 2020, BBPLK Semarang mengembangkan ecoprinting, yakni kain yang diproduksi dengan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan. proses pembuatan kain ecoprint dilakukan oleh siswa di balai dan dijual kepada masyarakat umum.
Baca Juga:
Pengembangan Pasar Fashion Muslim Indonesia Hingga Tingkat Global
Nasrul Arif merupakan salah satu lulusan BBPLK Semarang yang mempunyai prestasi membanggakan. Menurutnya, ia bergabung di BBPLK Semarang karena dari kecil menyukai pernak pernik fashion. Selain itu, ia juga ingin mengasah keterampilannya yang berguna untuk mengembangkan bisnisnya di masa depan sekaligus menambah pertemanan atau relasi.

Ia mampu merancang modest wear yang berkesan deluxe untuk acara-acara istimewa. Pada rancangannya, Nasrul kerap menyertakan berbagai jenis kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. “Saya lebih banyak menggunakan kain etnik dalam sentuhan karya saya, memakai kain tradisional entah itu tenun, batik atau songket,” kata pria asal Temanggung ini.
Sejak tahun 2015, Nasrul Arif sudah berpengalaman mengikuti berbagai event fashion show. “Pada 2017, saya dipercaya untuk menjadi sponsorship 20 gaun untuk Puteri Indonesia di Jawa Tengah. Awal 2018, saya mendesain untuk Puteri Pariwisata juga,” ujarnya dengan semangat.
Baca Juga:
Parade Busana Desainer Indonesian Fashion Chamber (IFC) di MUFFEST 2019

Pada September 2019, ia pernah ikut serta dalam fashion show berskala internasional “La Mode” Sur La Seina a Paris bersama Indonesian Fashion Chamber (IFC). Ia terpilih sebagai salah satu desainer yang berangkat ke Paris menyisihkan ratusan peserta lainnya lewat seleksi yang ketat. Ketika itu, Nasrul membawakan koleksi Spring/Summer bertema “Arang Kasembadan” yang berjumlah 10 look dengan memanfaatkan arang sebagai pewarna alam.
Di perhelatan MUFFEST 2020, BBPLK Semarang menampilkan sejumlah desainer yang bekerja sama dengan beberapa Balai Latihan Kerja (BLK) di Indonesia. Mereka yang tampil salah satunya adalah Anggi Lestari X BLK Surakarta dengan tema “Volcano Eruption” yang terinpirasi oleh letusan gunung berapi. Selain itu, ada Prima Olimpiana Kristi X Anggi Lestari X BLK Padang dengan tema “Forest Fire” yang menggambarkan kebakaran hutan akibat ulah manusia yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Selanjutnya, ada koleksi Wulan Widyastuti bertajuk “Green Future” yang menggambarkan harapan agar bumi bisa menjadi hijau kembali.
Bambang Satrio Lelono, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas BBPLK Semarang dalam sambutannya sebelum fashion show menuturkan, “Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia harus optimis dan yakin untuk menjadi pemain penting di industri pakaian. Potensi Indonesia dari segi kualitas, kuantitas, inovasi, dan teknologi sudah sangat mumpuni dan mampu berbicara banyak di level internasional.”
Baca Juga:
Keanggunan dan Sisi Feminin pada Koleksi Liqa yang Dirindukan Wanita
“Melalui MUFFEST ini, kami berharap semua pemangku kepentingan industri fashion muslim mampu menjadikan Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dan pameran fashion muslim dunia. MUFFEST diharapkan juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di negara kita. Karena dari hasil transaksi produk fashion dari tahun ke tahun selalu meningkat. Untuk tahun ini, ditargetkan mencapai (Rp)43 miliar di mana sebelumnya mencapai (Rp)40,3 miliar,” kata dia.
“Pemerintah dalam hal ini Kementrian Ketenagakerjaan melalui balai-balai latihan kerja terus mendukung semangat ini dengan menyelenggarakan pelatihan di vokasi di bidang Fashion Technology untuk mencetak fashion designer yang andal dan kreatif untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia di tahun 2025,” ujarnya.
Bambang menambahkan, “Pelatihan vokasi menjadi fokus Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing angkatan kerja Indonesia. Akan tetapi pemerintah juga menyadari, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk mengembangkan SDM khususnya dalam menyongsong era digitalisasi, revolusi industri generasi keempat di mana dunia kerja sangat dinamis. Perlu kolaborasi seluruh unsur, baik antara pemerintah dengan swasta maupun seluruh stakeholders lainnya dalam menyusun kebutuhan pelatihan vokasi yang dapat mencetak sumber daya manusia unggul, memiliki daya saing, dan adaptif terhadap perkembangan kebutuhan pasar kerja dengan kebutuhan dunia industri.”