Home Business Banyak Perusahaan Startup Lokal yang Bangkrut, Ini Dia Daftarnya

Banyak Perusahaan Startup Lokal yang Bangkrut, Ini Dia Daftarnya

Daftar perusahaan startup lokal Indonesia yang mengalami kebangkrutan dan tutup beroperasi
Ilustrasi | Foto: freepik.com

Highlight.ID – Startup memang sedang menjadi hot topic saat ini. Tak jarang, mahasiswa atau pun fresh graduate menginginkan membangun start up ataupun menjalani karier di perusahaan startup. Meski demikian, startup tidak seglamor seperti yang terlihat. Ada banyak hal yang harus dikorbankan mulai dari uang, tenaga, waktu, pikiran dan lain sebagainya. Nyatanya, ada banyak startup yang sukses, tapi tak sedikit pula startup yang hanya bertahan dalam hitungan tahun bahkan bulan.

Kalau kamu memang ingin membangun sebuah startup, ada baiknya belajar dari kesalahan pemilik startup yang bisa menjadi pelajaran agar tidak terjadi pada kamu. Banyak startup yang muncul kemudian dalam waktu satu tahun berjalan, terpaksa harus gulung tikar, karena tidak mampu menjalankan bisnis. Banyak alasan mengapa startup tidak bisa bertahan. Beberapa di antaranya adalah ide yang cukup ambisius namun tidak sebanding dengan eksekusi, pemilihan nama atau logo yang telalu cepat, kekurangan modal, kehabisan biaya operasional hingga pengelolaan manajemen dan keuangan yang tidak solid.

17 Perusahaan Startup Indonesia yang Gagal Bersinar

Simak 17 startup Indonesia yang gulung tikar berikut dan ambil pelajaran di balik kegagalan mereka, agar tak terulang pada bisnis kamu kelak.

1. LolaBox

Startup beauty box asal Indonesia LolaBox berhenti beroperasi sejak tahun 2014. Padahal saat itu, Lolabox memiliki 7.000 subscribers, 60 mitra brand kecantikan, dan telah berhasil mengirimkan lebih dari 30.000 beauty box. Sayangnya, meskipun angka tersebut terlihat cukup bagus, beauty box bukanlah sebuah industri yang mudah yang dijalankan. Ada banyak sekali tantangan yang dihadapi, salah satunya banyak perusahaan yang menjual paket sampel untuk para pelanggan sehingga LolaBox kesulitan berkembang karena terbatasnya persediaan sampel produk dari brand yang menjadi mitra.

2. Abraresto/Abratable

Abratable dan Abraresto merupakan situs reservasi dan ulasan restoran yang beroperasi di Singapura serta Indonesia. Startup ini resmi tutup beroperasi pada tahun 2015 silam. Kegagalan startup ini disebabkan oleh kesalahan pendirinya dalam membuat beberapa keputusan yang berisiko, termasuk menerima investasi dalam bentuk utang, bukannya venture capital. Selain itu, mereka juga mengalami kegagalan dalam menggalang pendanaan lanjutan di waktu yang tepat sehingga tak bisa bertahan.

Baca Juga:
Bukalapak Beri Dukungan Teknologi di IFW 2019

3. Alikolo

Alikolo adalah sebuah situs e-commerce yang diciptakan oleh Danny Taniwan, seorang pebisnis pemula asal Medan. Kegagalan Alikolo dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kurangnya pengalaman. Saat itu, Danny mengakui bahwa bisnis tersebut dijalani sendirian tanpa co-founder. Selain itu, ia juga melakukan kesalahan fatal dengan menyerahkan mayoritas saham pada angel investor, yang bahkan tak lebih berpengalaman dari dirinya.

4. Valadoo

Valadoo adalah sebuah situs penyedia paket wisata untuk destinasi di Indonesia yang resemi menutup layanannya pada Mei 2015. Ada banyak pelajaran dari gagalnya Valadoo. Valadoo membuat kesalahan besar dengan terlalu fokus pada pertumbuhan pengguna, dan mengabaikan perlunya membangun model bisnis yang sustainable.

Merger dengan perusahaan lain bukannya membaik, justru berbuah masalah yang secara teknis jauh lebih pelik dari yang mereka kira. Dan akhirnya, merger tersebut berujung kebangkrutan bagi Valadoo. Valadoo kehabisan dana dan tak mampu untuk menggalang tahap pendanaan baru selama fase transformasi.

5. Paraplou

Paraplou adalah penyedia produk premium fashion dan merupakan website e-commerce pertama yang menjembatani fashion global dengan fashion lokal di Indonesia lewat situsnya paraplou.com. Namun, sejak bulan Oktober 2015 Paraplou harus ditutup. Paraplou menampilkan ucapan perpisahan di halaman utama web mereka dengan menyebut pasar yang belum terbentuk, kondisi keuangan tak menentu, dan sulitnya mendapatkan pendanaan sebagai alasan utama mereka harus menutup bisnisnya.

Baca Juga:
10 Penyebab Kebangkrutan Perusahaan yang Harus Kalian Hindari

6. Kirim

Kirim merupakan sebuah website dengan layanan jasa antar barang atau kurir pribadi yang diluncurkan pada tahun 2012. Namun sayangnya, kirim.co.id berhenti beroperasi pada tahun 2015 lalu tanpa menyebutkan alasan di balik keputusan menutup layanan. Ada kemungkinan, kirim.co.id tak mampu bersaing dengan ekspansi bisnis transportasi dengan pendanaan yang lebih mantap—semacam Go-Jek dan GrabBike. Pemain lama seperti Go-Jek dan GrabBike telah membuat pemain baru seperti Kirim mustahil untuk bertahan.

7. Tasterous

Tasterous yang didirikan pada tahun 2011 merupakan sebuah startup yang menyediakan permainan berburu makanan berbasis lokasi sekaligus memberikan rekomendasi makanan untuk para pengguna Android dan BlackBerry. Didirikan oleh para pionir hebat di dunia bisnis online, seperti mantan karyawan Urbanesia, Ronald, engineer mobile Deche Pangestu, serta desainer UI/UX, Richard Fang, namun nyatanya tak mampu membuat startup ini bertahan. Alasan utama kegagalan startup ini adalah pertumbuhan pengguna yang tidak signifikan serta hilangnya interaksi dengan penggunanya sehingga Tasterous menyatakan tutup.

8. BukuQ.com

BukuQ.com merupakan sebuah situs yang berisi tentang review buku dan tempat berbagi mengenai buku-buku favorit. Bahkan sempat dijuluki sebagai Goodreads.com versi Indonesia. Tidak main-main, startup ini bahkan sempat menjuarai Indosat Wireless Innovation Contest pada tahun 2009. Namun sayangnya, adanya masalah internal membuat BukuQ.com secara resmi menyatakan tidak lagi memberikan layanannya kepada pasar atau dengan kata lain tutup pada bulan Maret tahun 2012.

9. SixReps.com

SixReps.com merupakan situs social network bagi para penggiat fitness dan olahraga yang didirikan oleh Denny Santoso. Startup ini hadir untuk memudahkan komunikasi antar para pecinta fitness dan olahraga. Perusahaan ini sempat menggemparkan dunia startup Indonesia saat pendirinya mengumumkan SixReps ditawar oleh investor dengan nilai investasi mencapai US$1 juta. Namun, nyatanya hingga saat ini situs ini tidak terdengar kabarnya. Tersiar kabar, alasan Sixreps.com tutup karena mereka akan pivot ke e-commerce.

Baca Juga:
Tokopedia Kerja Sama dengan GoApotik, Permudah Orang Membeli Obat

Daftar perusahaan startup lokal Indonesia yang mengalami kebangkrutan dan tutup beroperasi
Ilustrasi | Foto: freepik.com

10. Shopious

Startup yang didirikan pada tahun 2013 silam oleh Aditya Herlambang ini memiliki model bisnis sebagai marketplace fashion customer to customer (C2C). Lalu pada awal 2014, Shopious melakukan pivot menjadi agregator toko fashion di Instagram. Tapi ternyata, menjaring keuntungan dari “demam” social commerce di Indonesia ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Startup yang mengagregasi toko fashion di Instagram ini mengambil keputusan berat untuk menutup layanannya di tahun 2016.

Alasan penutupan Shopious ini karena ekosistem perusahaan rintisan di Indonesia mengecewakan. Pendiri Shopious menyebut e-commerce di Indonesia tidak berkompetisi dengan kualitas produk tapi dengan banyaknya bonus yang memanjakan konsumen, seperti layanan diskon, pembebasan ongkos kirim, hingga perang harga. Akibatnya, e-commerce yang bertahan di Indonesia adalah yang berani ‘membakar uang’ paling banyak. Selain itu, biaya akuisisi pengguna yang semakin tinggi namun tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan.

11. Food Panda

Foodpanda Indonesia merupakan layanan pengantaran makanan yang berdiri sejak tahun 2012. Foodpanda sempat berjaya sebelum masuknya generasi baru layanan on-demand yang kini didominasi oleh Go-Jek dan Grab. Foodpanda tak mampu bersaing kala menghadapi kompetitor dengan armada transportasi yang puluhan, bahkan ratusan ribu jumlahnya dan mampu menjangkau jauh lebih banyak mitra secara agresif. Startup ini pun harus menyerah dan menutup layanannya pada Oktober 2016 lalu.

Baca Juga:
GoPay Bisa untuk Bayar SPP Sekolah dan Biaya Pendidikan

12. YesBoss

YesBoss merupakan startup penyedia layanan asisten virtual pribadi berbasis teks. Didirikan sejak tahun bulan Juni 2015, YesBoss bahkan didukung oleh investor lokal seperti Telkom melalui Metra Digital Investama (MDI Ventures). Sayangnya, pada akhir Oktober 2016, YesBoss harus menutup layanannya dan bergeser dari model business to consumer ke business to business (B2B).

13. HaloDiana

Seperti halnya YesBoss, HaloDiana adalah layanan asisten pribadi virtual yang digarap oleh startup Sribu dan Sribulancer. Berdiri pada November 2015, HaloDiana hanya beroperasi selama tujuh bulan sejak peluncurannya. Penutupan layanan ini konon disebabkan kegagalan mendapatkan investasi eksternal guna mendanai kebutuhan operasional startup. Akhirnya, pada bulan April 2016 HaloDiana pun resmi ditutup.

14. OpenRice

OpenRice merupakan sebuah situs panduan dan ulasan restoran pertama di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 2010. Kehadiran OpenRice sebagai situs terpercaya untuk rekomendasi restoran dan ulasan diperkuat dengan diluncurkannya OpenSnap pada tahun 2014, sebagai aplikasi mobile sosial berupa album foto pribadi tentang makanan dan restoran favorit pengguna yang bisa dibagikan secara umum. Namun sayangnya, serbuan layanan serupa baik buatan lokal maupun asing yang mengguncang industri listing restoran disebut menjadi salah satu penyebab ditutupnya OpenRice Indonesia.

15. Lamido

Lamido merupakan layanan online marketplace yang diluncurkan pada bulan September 2013 yang digawangi oleh Johan Antlove dan Giacomo Ficari. Berada di bawah naungan Rocket Internet alias Lazada Group, sub-produk dari situs e-commerce Lazada ini berhasil merangkul lebih dari 2.500 merchant untuk bergabung dengan Lamido. Sayangnya, potensi ini terkendala oleh permodalan. Selain itu, Lamido juga harus bersaing ketat dengan pemain yang sudah eksis seperti Tokopedia dan Bukalapak. Akhirnya, pada bulan Maret 2015 layanan Lamido ditutup dan manajemen pun memilih untuk memperkuat layanan e-commerce Lazada Indonesia.

Baca Juga:
DANA Resmi Jadi Metode Pembayaran di App Store

16. Sedapur

Sedapur adalah sebuah tempat (toko online) yang bisa digunakan oleh pengguna, dalam hal ini pedagang untuk menjual barang dagangan mereka berupa makanan kepada para pengunjung yang bisa memesan dan membeli lewat situs Sedapur.com. Tak bisa dianggap remeh, sejak berdiri pada tahun 2011, Sedapur telah mendapatkan penghargaan dari Nokia Enterpreneurship dan INAICTA 2011 kategori “E-business Service”. Namun sayangnya, setelah dua tahun Sedapur.com melayani para pecinta kuliner dengan memberi layananan online pesan makanan dan bahan makanan sejak tanggal 1 Agustus 2013 Sedapur.com mengumumkan tutup. Tutupnya Sedapur.com ini dilatarbelakangi oleh kesalahan strategi yang terlalu fokus pada merchant ketimbang pembeli.

17. Golfnesia

Golfnesia merupakan sebuah situs yang menyediakan layanan berupa online booking portal bagi para pecinta golf yang ada di Indonesia. Dengan layanan ini, golfers bisa melihat berbagai lapangan golf yang tersedia, lengkap dengan informasi seputar tempat golf tersebut mulai dari foto, detail informasi lapangan golf, fasilitas caddy, golf cart serta peta lokasi kemudian melakukan booking atas lokasi golf yang diinginkan.

Didirikan pada penghujung 2010 oleh Warato, sebuah perusahaan dari Jepang yang bergerak di bidang internet media business sekaligus konsultan SEO/SEM. Natali Ardianto, pendiri sekaligus CTO Tiket.com pun menjabat sebagai Technology Advisor dari Golfnesia. Meskipun menuai cukup banyak komentar positif saat launching dikarenakan business model yang sudah jelas dari awal dan eksekusi website yang matang. Namun nyatanya, startup ini juga tidak mampu bertahan, tanpa alasan yang jelas.

Ya, pada dasarnya membangun startup bukan perkara mudah. Setidaknya, kamu bisa belajar banyak dari kegagalan startup yang telah ada sebelumnya. Semangat!