
Highlight.ID – Isu-isu lingkungan menjadi sorotan pada ajang pekan mode Muslim Fashion Festival (MUFFEST) tahun ini. MUFFEST 2020 menghadirkan rangkaian acara menarik, salah satunya adalah kolaborasi antara fashion designer lokal bersama Asia Pacific Rayon (APR), produsen viscose-rayon yang memusatkan produksinya di daerah Riau, Indonesia. Keikutsertaan APR pada MUFFEST tahun ini merupakan yang kedua kalinya.
Sheila Marisa Rachmat selaku Head of Marketing Communication Asia Pacific Rayon, menyatakan bangga bisa ikut serta untuk kedua kalinya dalam MUFFEST. “Tema MUFFEST tahun ini sudah sangat sesuai dengan prinsip APR yaitu environment friendly. Harapannya semoga ke depan MUFFEST bisa merambah dan menambah partner dan terus menunjang konsep sustainable ini” ujarnya.
Baca juga:
- Gandeng Desainer, Asia Pacific Rayon Kenalkan Viscose yang Ramah Lingkungan
- Koleksi Rosie Rahmadi Bertajuk “Luru” yang Ramah Lingkungan
- Digelar Bulan Februari, MUFFEST 2020 Angkat “Sustainable Fashion”
Untuk itulah pada MUFFEST kali ini, APR menggandeng para desainer yang menerapkan konsep ramah lingkungan pada rancangannya. Para desainer tersebut sebagian besar merupakan anggota Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Bateeq. Selain menggunakan bahan-bahan dari APR, beberapa di antara mereka juga memakai material dari sarung Gajah Duduk.
Mereka adalah Rosie Rahmadi, Deden Siswanto X Gajah Duduk, Dan Liris (Bateeq), Syukriah Rusydi, serta Eugeneffectes X Gajah Duduk. Kelima desainer tersebut tampil pada sesi fashion show yang bertajuk “From Plantation to Fashion” yang berlangsung tanggal 21 Februari 2020 di Jakarta Convention Center.
Salah satu desainer, Deden Siswanto menuturkan, “Kerja sama dengan APR ini sudah memasuki tahun kedua di MUFFEST ini. Ke depannya, kita sambil belajar juga bahwa industri besar mendukung industri yang kecil seperti kami ini sehingga bisa berkembang bersama-sama. Tidak hanya dari IFC, tapi juga dari Bateeq bergabung juga. Tidak hanya segelintir komunitas yang hanya itu-itu aja orangnya, namun juga berganti-ganti. Semoga bisa memberikan warna yang berbeda-beda.”
Koleksi Desainer di Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2020
Deden Siswanto

Pada kesempatan itu, Deden Siswanto menggunakan bahan-bahan dari APR dan Gajah Duduk. “Kami mengolah sarung Gajah Duduk ini menjadi sebuah tampilan yang berbeda. Dengan sarung, kami mengombinasikannya menjadi sebuah cerita. Kami mempresentasikan 6 outfit untuk wanita dan 4 outift untuk pria.”

Ia menampilkan koleksi yang terinspirasi dari gaya berbusana kaum nomaden di Senegal, Afrika yang memiliki kesamaan dengan Indonesia. “Mereka memakai sarung juga. Siluetnya longgar-longgar (bisa untuk) menyembunyikan kegemukan,” ujar Deden pada saat konferensi pers sebelum pertunjukan.
Syukriah Rusydi

Mengusung label Reborn29, Syukriah Rusydi menampilkan koleksi busana terbaru bertema “Insomnia”. Insomnia sendiri umumnya sering dialami oleh masyarakat perkotaan akibat berbagai macam tekanan dan permasalahan hidup.

“Orang-orang dengan masalah insomnia akan selalu berusaha mencari kenyamanan. Dia akan mencari cara, gimana sih supaya bisa tidur (dengan) mensugesti pikirannya,” kata Syukriah Rusydi. Dengan bahan yang zero waste, Syukriah Rusydi membawakan koleksi pakaian wanita yang bisa dikenakan untuk sehari-hari.
Dan Liris (Bateeq)

Sementara itu, Bateeq menampilkan koleksi berjumlah 10 look yang terdiri dari 6 look untuk wanita dan 4 look untuk pria. Koleksi Bateeq kali bertajuk “Sejari” ini terinspirasi dari kebudayaan Betawi dan Indonesia yang terdiri dari berbagai macam etnis.

Bateeq berusaha merefleksikan setiap kebudayaan yang beragam pada suatu rancangan busana tanpa meninggalkan ciri khas kebudayaan tersebut.
Eugeneffectes

Dengan bahan dari APR dan Gajah Duduk, Eugeneffectes memamerkan koleksi yang bernuansa street style. Dinamika anak muda zaman sekarang menjadi inspirasi segar bagi Eugeneffectes untuk dituangkan pada karyanya.

“Konsepnya diambil dari kehidupan remaja jaman sekarang. Saya package secara anak muda tetapi menggunakan beberapa quotes di baju. Kain sarungnya saya bikin seperti street style,” ungkap Eugeneffectes.
Rosie Rahmadi

Koleksi desainer Rosie Rahmadi kali ini bertajuk “Luru”, diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘mencari’. “Beberapa waktu ini, saya melakukan pencarian. Bisnis yang saya bangun ini, tujuannya mau ke mana? Membangun image aja, ataukah mencari keuntungan aja?” ujar Rosie Rahmadi.

“Saya ingin ada sebuah impact terutama untuk bumi tercinta ini, mengikuti jejak brand saya terdahulu yaitu Parapohon yang hanya menggunakan natural fabric,” katanya. Koleksi Rosie Rahmadi terdiri dari 4 look menswear dengan label Parapohon dan 8 look modest wear. Pada kesempatan yang sama, Rosie Rahmadi juga memperkenalkan brand terbarunya bernama Rosie Rahmadi Homme.
“Itu (Paraphohon) hanya menggunakan tali, jadi tanpa kancing, tanpa restliting. Sementara, customer pria menginginkan jas juga, kemeja berkancing yang formal. (Itu jadi) Inspirasi saya untuk membuat Rosie Rahmadi Homme ini,” sambung dia.