Home Arts Karya Phillip Iswardono, Perpaduan Wastra Nusantara dan Unsur Jepang

Karya Phillip Iswardono, Perpaduan Wastra Nusantara dan Unsur Jepang

liputan event jogja fashion parade 2019 colours model management asmat pro sekolah modeling modest wear rancangan pakaian busana desainer lokal merek brand indonesia
Karya Phillip Iswardono pada Jogja Fashion Parade #5 | Foto: dok. Highlight.ID

Highlight.ID – Hari kedua Jogja Fashion Parade ke-5 yang dilangsungkan pada Sabtu, 23 Februari 2019 menampilkan sejumlah koleksi karya desainer fesyen Indonesia. Mengambil tema Cocktail & Evening Wear, desainer membawakan koleksi fashion yang memiliki konsep, warna maupun motif yang beragam.

Phillip Iswardono yang merupakan Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) turut berpartisipasi dalam event Jogja Fashion Parade. Dalam event Jogja Fashion Parade 2019 yang digelar di Atrium Galeria Mall, Yogyakarta, Phillip menampilkan koleksi fashion sebanyak 13 look untuk pria dan wanita. Koleksi Phillip tersebut bernuansa Asia terinspirasi dari kebudayaan Jepang dan menggunakan bahan-bahan tradisional seperti tenun ikat, lurik, dan sarung.

Sementara, tampilan yang berkesan Jepang terlihat dari teknik cutting kimono yang diaplikasikan oleh Phillip. Semua koleksi tersebut dikerjakan dalam kurun waktu sekira 7 hingga 8 minggu.

“Kalo saya sendiri fokusnya memang selalu mengangkat kain-kain tradisional Indonesia, tenun ikat. Tetapi saya selalu mengombinasikan dengan bahan lurik,” tambah dia.

liputan event jogja fashion parade 2019 colours model management asmat pro sekolah modeling modest wear rancangan pakaian busana desainer lokal merek brand indonesia
Karya Phillip Iswardono pada Jogja Fashion Parade #5 | Foto: dok. Highlight.ID

Phillip mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari kebudayaan Asia, salah satunya yakni Jepang. Inspirasi yang didapatkan ia tuangkan ke dalam bentuk pakaian dengan nuansa Asia yang kental. Perpaduan antara kebudayaan Indonesia dan Jepang yang berkesan kontemporer.

Ia berujar, “Dan saya selalu terinspirasi dengan kebudayaan Asia, koleksi saya yang terbaru ini, saya mengambil inspirasi yaitu busana petani Jepang. Tetapi sudah saya modifikasi sedemikian rupa supaya lebih terlihat edgy, kontemporer walaupun memakai bahan tradisional Indonesia. Jadi memang cutting-nya, look-nya itu semuanya Asia, based on Asian inspiration.”

liputan event jogja fashion parade 2019 colours model management asmat pro sekolah modeling modest wear rancangan pakaian busana desainer lokal merek brand indonesia
Karya Phillip Iswardono pada Jogja Fashion Parade #5 | Foto: dok. Highlight.ID

Rancangan busana Phillip memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi signature-nya selama ini. “Jadi DNA saya ataupun signature saya, saya selalu menggabungkan baju-baju yang layering. Dalam 1 look bisa 3 sampai 4 items, ada bawahan, atasan, outer dan sebagainya,” tambahnya.

Bagi Phillip, Jepang yang dikenal sebagai Negara Sakura memiliki kesan tersendiri. Menurutnya, Jepang memiliki kebudayaan yang mendunia dengan fashion yang tidak pernah out of date. “Walaupun dipakai di segala macam musim, di segala macam lokasi selalu keren, bisa mix and match, dikombinasikan dengan berbagai macam outfit itu bagus sekali,” katanya.

liputan event jogja fashion parade 2019 colours model management asmat pro sekolah modeling modest wear rancangan pakaian busana desainer lokal merek brand indonesia
Karya Phillip Iswardono pada Jogja Fashion Parade #5 | Foto: dok. Highlight.ID

Lebih lanjut Phillip mengatakan bahwa Jepang dengan 4 musim hampir sama dengan negara Indonesia. Keduanya sama-sama negara Asia. Selain itu, banyak fashion designer dari Jepang yang sudah terkenal di seluruh dunia. Dengan demikian, menurut Phillip, fashion Jepang dapat diterima oleh semua kalangan termasuk masyarakat Indonesia.

Sarong is My New Denim

Selain kain tenun ikat dari Lombok dan lurik, Phillip juga senang memakai sarung sebagai salah satu bahan yang ditampilkan pada karya-karyanya. Menurut Phillip, hal itu selaras dengan misi IFC saat ini yang sedang menggalakkan kampanye untuk lebih mempopulerkan sarung di kalangan masyarakat. “Sarung merupakan kampanye kami, campaign kita di Indonesia Fashion Chamber, yaitu ‘Sarong is My New Denim’.”

liputan event jogja fashion parade 2019 colours model management asmat pro sekolah modeling modest wear rancangan pakaian busana desainer lokal merek brand indonesia
Karya Phillip Iswardono pada Jogja Fashion Parade #5 | Foto: dok. Highlight.ID

Dalam pandangan Phillip, Indonesia harus memiliki ciri khas dalam hal berbusana. Selain itu, Phillip menekankan perlunya sarung sebagai item fashion yang bisa dipakai untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk pergi dalam berbagai kesempatan. Dengan begitu, sarung tidak terbatas sebagai busana yang hanya dipakai untuk kegiatan adat, tradisi maupun religi.

“Kita harus mempunyai ciri khas busana yang kita pakai supaya kita tidak selalu berkiblat mengikuti trend dari luar negeri. Kita angkat sarung menjadi baju sehari-hari untuk dikemas (dipakai) ke berbagai kesempatan. Sarung dipake ke kantor, sarung dipakai (untuk) hangout ke mall, sarung dipake ke acara pesta,” papar dia.

liputan event jogja fashion parade 2019 colours model management asmat pro sekolah modeling modest wear rancangan pakaian busana desainer lokal merek brand indonesia
Karya Phillip Iswardono pada Jogja Fashion Parade #5 | Foto: dok. Highlight.ID

Tak hanya menampilkan koleksi terbaiknya lewat fashion show, Phillip juga memberikan sumbangsih pikiran demi kelangsungan event fashion tahunan yang dilaksanakan oleh Asmat Pro tersebut.

Panggung untuk Berkarya

“Di event Jogja Fashion Parade ini, saya banyak memberikan ide-ide, masukan maupun bagaimana membuat konsep acara yang lain daripada yang lain karena harus mensiasati kondisi tempat yang kecil. Saya juga partisipasi di fashion show ini karena harus mendukung industri kreatif di Jogja,” jelas Phillip.

liputan event jogja fashion parade 2019 colours model management asmat pro sekolah modeling modest wear rancangan pakaian busana desainer lokal merek brand indonesia
Karya Phillip Iswardono pada Jogja Fashion Parade #5 | Foto: dok. Highlight.ID

Dalam pengamatan Phillip, Jogja Fashion Parade telah mengalami banyak perkembangan dalam berbagai aspek. Menurutnya, event seperti Jogja Fashion Parade mendapatkan animo yang bagus dari masyarakat Yogyakarta khususnya para pemerhati mode. Agar event ini terus berkembang dan mendapatkan lebih banyak perhatian dari masyarakat, maka Phillip menekankan pentingnya konsep, tema, koreografi, dan desain layout yang selalu berbeda setiap tahunnya.

Dalam kesempatan yang sama, Phillip menyampaikan pentingnya membangun brand image bagi para desainer lokal. “Desainer tidak terbatas pada membuat busana, titik. Enggak. Desainer itu perlu branding, perlu promosi, perlu marketing, perlu panggung,” papar Phillip.

Ada perbedaan antara fashion designer dengan penjahit, meskipun keduanya sama-sama bisa membuat baju yang bagus. Phillip mengatakan, “Kalo penjahit nggak perlu panggung. Penjahit dan desainer sama-sama bisa membuat baju bagus. Tapi desainer perlu panggung untuk mempresentasikan karya.”

“Sekarang udah keren-keren, kan, desainer lokal Indonesia maupun regional Jogja. Harus diimbangi seperti itu dengan branding, promosi,” tutup Phillip.