
Highlight.ID – Sebagai negara terdepan dalam industri mode, negara Jerman memiliki event tahunan Berlin Fashion Week. Event yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun ini menjadi pusat perhatian terutama bagi penggemar fesyen. Berlin itu sendiri merupakan ibu kota Jerman yang menjadi pusat mode di negara tersebut bersamaan dengan kota lainnya seperti Munich, Hamburg, dan Cologne.
Tentu kamu sudah mengenal Adidas dan PUMA yang sama-sama memusatkan kantornya di Herzogenaurach. Baik Adidas dan PUMA awalnya dikenal sebagai merek olah raga yang sering dikenakan atlet dunia. Namun, mereka telah menjadi merek gaya hidup yang koleksinya sangat lengkap. Selain dua brands tersebut, ada sejumlah merek fesyen asal Jerman yang produk-produknya sudah merambah ke berbagai negara. Simak yuk, ulasannya!
Merek Fashion dari Jerman yang Populer
1. Adidas

Berkantor pusat di Herzogenaurach, Jerman, Adidas telah menjadi merek gaya hidup yang menemani aktivitas sehari-hari sebagian orang di seluruh dunia. Siapapun rasanya tak akan mudah lupa dengan tiga garis yang menjadi trade mark Adidas selama ini. Superioritas Adidas di benua Eropa sebagai perusahaan pakain olah raga terbesar sepertinya sulit dibendung.
Demikian pula di tingkat internasional di mana Adidas mampu meningkatkan jangkauannya. Kelahiran Adidas tak bisa dilepaskan dari nama Adolf “Adi” Dassler seorang tukang sepatu yang kemudian menjadi pengusaha tersukses yang pernah ada. Bersama saudaranya, Rudolf Dassler, ia mendirikan “Gebrüder Dassler Schuhfabrik” pada 1924. Dalam perjalanannya, kedua bersaudara itu ternyata berpisah dan menempuh jalan hidupnya masing-masing.
Baca Juga:
Dolce & Gabbana (D&G), Fashion Brand dengan Sentuhan Mediterania
Sementara, Adolf masih terus bertahan sebagai pebisnis sepatu dengan mendirikan “Adi Dassler Adidas Sportschuhfabrik pada 18 Agustus 1949. Selama bertahun-tahun, Adidas terus berinovasi menghadirkan rangkaian koleksi ikonik yang menjadi incaran penggemar olah raga dan fashion. Bahkan, koleksi Adidas banyak dikenakan oleh atlet legendaris sepanjang masa mulai dari Franz Beckenbauer, Muhammad Ali, Stan Smith hingga Lionel Messi.
2. Jil Sander

Lahir pada November 1943, Jil Sander yang memiliki nama lengkap Heidemarie Jiline Sander merupakan fashion designer berkebangsaan Jerman. Ia merupakan pendiri label Jil Sander yang dikenal dengan karyanya yang minimalis. Berpengalaman sebagai jurnalis fesyen, Jil Sander membuka butik pertamanya di Hamburg pada akhir tahun 1960-an.
Fokus pada kesederhaan dan daya pakai, koleksi pertamanya baru diluncurkan pada tahun 1973. Kemudian, pada tahun 1989, Sander mulai memperkenalkan lini kosmetik dan parfum. Prada membeli sekitar 75 saham Jil Sander pada 1999 di mana Sander masih tetap bertahan sebagai Creative Director.
Dalam perkembangannya, Sander berseteru dengan pimpinan Prada waktu itu yang membuatnya mengundurkan diri dari perusahaan. Setelah vakum selama beberapa tahun, Sander kembali lagi ke perusahaan dan mengundurkan diri lagi karena alasan pribadi. Itu dilakukannya selama beberapa kali.
3. PUMA

Perpisahan antara Rudolf Dassler dengan saudaranya Adolf Dassler berujung pada lahirnya merek olah raga lain yang tak kalah populer, yakni PUMA. Namun perusahaan tersebut awalnya bernama “Sportschuhfabrik Rudolf Dassler” yang didaftarkan pada tahun 1948. Meski Rudolf harus memulai bisnis lagi dari awal, kesuksesannya terus berlanjut. Sepatu sepak bola pertama bernama “ATOM” digunakan oleh beberapa anggota tim nasional Jerman Timur.
Sejak saat itu, olah raga dan PUMA adalah dua hal yang tak terpisahkan. PUMA mencetak sejarah ketika pelari Heinz Futterer memecahkan rekor dunia 100m di tahun 1954. Memakai sepatu lari buatan PUMA, ia berhasil mencatatkan waktu 10.2 detik. Selanjutnya, PUMA menciptakan “formstrip” pada tahun 1958 yang menjadi ciri khasnya. Elemen ini bisa ditemukan pada hampir semua koleksi sepatu PUMA.
Baca Juga:
BOSS Buka Flagship Store Terbaru di Plaza Indonesia, Jakarta
Inovasi PUMA bisa terlihat dari pemakaian teknik produksi vulkanisasi berteknologi canggih. PUMA menjadi produsen sepatu olah raga yang menerapkan teknik ini. Ikatan sol dan poros boot membantu atlet meraih performa terbaiknya. Pemain sepak bola legendaris Pele bersama negaranya Brazil tercatat memakai sepatu PUMA ketika meraih trofi Piala Dunia 1962 di Chili. Hal ini jelas semakin membuat PUMA makin meningkat popularitasnya.
4. Esprit

Susie dan Doug Tompkins mengawali bisnisnya dengan menjual aneka macam pakaian di mobil station wagon milik mereka. Meski memulai bisnis di San Fransisco, California, Amerika Serikat pada tahun 1968, brand yang mereka kelola mempunyai kantor pusat global di Ratingen, Jerman. Esprit juga mendirikan kantor financial pusat di Kowloon, Hong Kong.
Selanjutnya, mereka berdua bertemu dengan Michael Ying yang mendirikan Esprit Far East Group di tahun 1971. Esprit mempunyai logo di mana huruf “E” berupa tiga garis yang didesain oleh John Cassado. Tokonya tersebar di lebih dari 40 negara, Esprit menjual berbagai macam koleksi fashion termasuk busana pria, busana wanita, aksesori dan jam tangan.
5. Aigner

Seorang pedagang karpet bernama Etienne Aigner dikenal sebagai pedagang yang menjual karpet, bola lampu dan meja rias jendela. Pemuda kelahiran Hungaria yang tumbuh di Budapest ini kemudian belajar membuat tas ketika ia magang di sebuah penjilid buku terkenal di kota Paris. Ketika Paris diduduki tentara Jerman ia sempat melarikan diri ke sebuah perdesaan. Bersama istrinya, Suzanne, ia menghidupi keluarga mereka dengan menjual barang-barang berbahan kulit yang dijahit tangan.
Saat perang berakhir, Aigner kembali ke Paris dan memulai karier barunya di dunia fesyen. Ia beruntung bisa bekerja di atelier terkenal Christian Dior dan Jacques Fath. Pada tahun 1950, ia pindah ke New York untuk bergabung bersama saudaranya. Di New York itulah, Aigner membangun brand yang menggunakan namanya sendiri. Logo Aigner menampilkan huruf inisial “A” yang berbentuk tapal kuda.
Baca Juga:
7 Fashion Brand Asal Italia yang Paling Berpengaruh di Dunia
Aigner kemudian bertemu dengan seorang pebisnis tekstil bernama Heiner H. Rankl. Ia mendapatkan hak untuk memasarkan Aigner di Eropa. Perusahaan Etienne Aigner AG pun berdiri di kota Munich, Jerman pada tahun 1965. Kini, Aigner telah menjadi salah satu fashion brand mewah asal Jerman yang tersedia di lebih dari 40 negara. Aigner itu sendiri dikenal dengan koleksi tas yang dirancang dengan kerajinan yang tinggi. Koleksi Aigner lainnya meliputi ikat pinggang, sepatu, kacamata, perhiasan dan aksesori kulit.
6. Jack Wolfskin

Buat kamu pencinta petualangan yang gemar melakukan aktivitas luar ruang tentu akrab dengan nama ini. Ya, Jack Wolfskin merupakan merek perlengkapan outdoors yang eksis sejak 1981. Berkantor pusat di Idstein, Jerman, Jack Wolfskin dikenal dengan logonya yang berupa tapak kaki hewan (pawprint). Gara-gara logo ini pula, Jack Wolfskin harus berurusan dengan pihak-pihak lain karena masalah merek dagang.
Toko pertama Jack Wolfskin baru berdiri tahun 1993 di Heidelberg, Jerman. Sementara toko terbesarnya terletak di kota Stuttgart dan gudang pusatnya ada di Neu Wulmstorf. Produk-produk Jack Wolfskin berupa tas ransel, jaket, sepatu hingga perlengkapan outdoor seperti matras, sleeping bag dan tenda telah dipasarkan di berbagai negara. Kini, Jackwolf Skin mempunyai lebih dari 500 toko retail resmi yang sebagian besar berada di benua Eropa dan Asia.
7. Triumph

Sebuah lumbung di Heubach, Jerman menjadi saksi bisu lahirnya sebuah brand pakaian dalam yang di kemudian hari dikenal dengan “Triumph”. Johann Gottfried Spiesshofer yang merupakan pembuat korset bersama pebinis Michael Braun mendirikan perusahaan Spiesshofer & Braun di tahun 1886. Keduanya berpikir untuk membuat sebuah nama brand yang mengesankan dan mudah diingat orang.
Terinspirasi dari Arc de Triomphe – sebuah monumen di Paris – maka lahirlah “Triumph” yang kemudian menjadi merek dagang untuk produk-produk underwear. Perusahaan mengalami perkembangan yang pesat di benua Eropa yang ditindaklanjuti dengan ekspansi ke beberapa negara, dimulai dari Swiss. Untuk menandai ekspansinya, perusahaan menggunakan nama “Triumph International”.
Baca Juga:
Menelusuri Jejak Bisnis Louis Vuitton (LV), Mulai dari Awal Kelahirannya
Tak terbatas di benua Eropa, Triumph juga melebarkan sayapnya dengan memasuki pasar Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Untuk menguatkan posisinya sebagai pemimpin pasar untuk kategori pakaian dalam, Triumph mendirikan sejumlah pabrik di Austria, Jerman, Hong Kong, China, dan Thailand. Keuseriusan Triumph untuk menggarap pasar Amerika ditandai dengan pengakuisisi dua pengecer pakaian dalam yang sukses, Journelle (Amerika Serikat) dan Vicky Form (Meksiko).
8. HUGO

Di bagian selatan Jerman dekat Stuttgart tepatnya di Metzingen, Hugo Ferdinand Boss – pada tahun 1924 – mendirikan perusahaan yang menjual berbagai macam pakaian pekerja dan seragam. Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa Hugo Boss yang kemudian dikenal dengan “HUGO” waktu itu memproduksi seragam untuk partai Nazi di era perang dunia. Bahkan, sang pendirinya pernah bergabung dengan Partai Sosialis Nasional.
Setelah masa perang berakhir, Hugo Boss yang sebelumnya dikenal sebagai produsen seragam mulai memproduksi jas pria. Pada tahun 1977, Hugo Boss terdaftar menjadi merek dagang yang telah melakukan pengembangan internasional. Ini diikuti dengan asosiasi Hugo Boss pada olah raga Formula Satu.
Hugo Boss yang menjadi pilihan bagi sebagian profesional urban muda mulai memproduksi parfum pada 1984 dan diikuti dengan kacamata pada 1989. Kini, Hugo Boss yang terdiri dari merek HUGO, BOSS dan Baldessarini telah memasarkan produknya di lebih dari 90 negara di dunia.
9. Escada

Margaretha Ley dan Wolfgang Ley mendirikan Escada pada tahun 1978 di Munich, Jerman. Pernah berprofesi sebagai model, Margaretha Ley dikenal karena desainnya yang berani dan feminin. Koleksi pertama Escada yang diberi nama “ESCADA & Sporty Elegance“ menjadi landasan ide bisnis baru. Kreasi awal Escada dengan sentuhan joie de vivre mengandalkan kombinasi warna yang berani, sulaman mewah dan kombinasi pola dan cetakan macan tutul.
Koleksi Escada yang menampilkan inlay dan applique yang indah pada pullover dan jaket membuat Margaretha Ley mendapatkan penghargaan “Excellence in Design” dari Mohair Council. Pada tahun 1990-an, Escada berkolaborasi dengan sejumlah supermodel termasuk Claudia Schiffer, Linda Evangelista, Cindy Crawford, Christy Turlington, Naomi Campbell, Karen Mulder, Paulina Porizkova, Nadja Auermann dan Rachel Zimmermann untuk katalog dan kampanye iklan.