Home Tips Education Kenali Gejala & Penyebab Depresi Serta Cara Mengatasinya

Kenali Gejala & Penyebab Depresi Serta Cara Mengatasinya

Pengertian definisi arti depresi gejala penyebab depresi cara mengobati menyembuhkan mengatasi psikolog psikiater
Ilustrasi | Foto: Unsplash.com/Nik Shuliahin

Highlight.ID – Beragam peristiwa hidup traumatis yang tidak sesuai dengan ekspektasi atau di luar dugaan bisa saja membuat seseorang mengalami kesedihan. Kondisi sedih ini dapat dipicu oleh tekanan pekerjaan, konflik rumah tangga, kehilangan seseorang yang dicintai, hubungan yang kurang harmonis dengan orang lain, kegagalan dalam membina hubungan percintaan, dan penyebab lainnya.

Kesedihan, jika tidak dibiarkan terus-menerus, akan dapat menyebabkan gangguan mental yang disebut dengan depresi. Depresi merupakan gangguan/penyakit mental yang ditandai dengan ciri-ciri seperti kesedihan yang mendalam, kehilangan semangat dan gairah hidup, selalu merasa lelah, putus asa, harga diri yang menurun, dan lainnya. Gangguan mental ini apabila tidak disembuhkan maka bisa memperburuk kesehatan fisik maupun kehidupan sosial.

Perbedaan Sedih dan Depresi

Seringkali, orang yang sedang merasa sedih akan melakukan penilaian sendiri atau self diagnosis bahwa dirinya mengalami depresi. Padahal, ada beberapa perbedaan mendasar antara sedih dan depresi, salah satunya yakni rentang waktu. Zahira Rahmatika Makarim, M.Psi., Psikolog dari Biro Psikologi Dinamis menerangkan bahwa patokan waktu untuk membedakan antara sedih dan depresi yakni 2 minggu.

Artinya, gejala depresi berlangsung selama 2 minggu atau lebih yang cenderung berlarut-larut dan disertai dengan gejala penyerta lainnya. Beberapa gejala depresi di antaranya yakni kehilangan minat terhadap sesuatu yang disukai sebelumnya, mudah marah dan tersinggung, selalu merasa kelelahan, merasa tidak berharga, selalu merasa bersalah, dan sebagainya. Bahkan lebih parah lagi, depresi dapat memunculkan keinginan untuk menyakiti diri sendiri (self-harm) hingga bunuh diri.

Baca juga:
Seluk Beluk Tes Kerja di Perusahaan yang Perlu Kamu Ketahui

Satu hal lagi yang membedakan antara depresi dan perasaan sedih biasa yaitu intensitas. Menurut Zahira yang biasa dipanggil Rara, orang sedih akan lebih cepat pulih ketika ada orang lain yang datang untuk menghiburnya. Di sisi lain, orang depresi akan lebih susah untuk memulihkan jiwanya sehingga memerlukan penanganan khusus secara hati-hati.

“Makanya harus berhati-hati dengan orang-orang yang mungkin kehilangan orang tersayang. Karena seperti itu tidak bisa dibilang depresi, ya. [Istilahnya] grieving process, kita lihat dalam waktu sebulan, kalo bisa kembali lagi mood-nya, kita tidak memutuskan bahwa dia depresi kecuali berlarut-larut,” jelas Zahira kepada Highlight.ID.

Penyebab Depresi

Menurut perempuan asal Bengkalis, Riau ini, ilmuwan tidak dapat menentukan penyebab depresi secara pasti. “Karena ada orang sepertinya kehidupannya sedih, tidak sama dengan orang lain, mungkin dari keluarga kurang mampu terus di-abuse, dan lain-lain ternyata anaknya tidak depresi. Kalo diselamatkan, dia bisa cepat beradaptasi.”

Sementara itu, ada pula orang dengan kehidupan yang serba kecukupan dan terlihat baik-baik saja namun mempunyai kecenderungan untuk mengalami depresi. “Tidak ada kejadian yang pasti akan menyebabkan depresi. Tapi kalo ngomong tentang struktur di otak, memang ditemukan bahwa orang depresi itu punya perbedaan semacam kadar hormon,” terang alumni Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

Baca Juga:
Profesi Menarik yang Bisa Kamu Jalani untuk Alumni Jurusan Psikologi

Zahira mengatakan, berdasarkan penelitian, kaum perempuan lebih rentan mengalami depresi. “Kenapa perempuan? Perjalalanan [hidup] perempuan berbeda dengan laki-laki. Yang pertama, ada proses dia period atau menstruasi. Ketika menstruasi awal biasanya ada namanya PMS (premenstrual syndrome). Rasanya pengen marah, tidak stabil emosinya, nggak seperti biasanya ketika periode seperti itu.”

Selain itu, wanita sehabis melahirkan mempunyai reaksi tubuh berbeda yang dapat menimbulkan depresi. Perempuan juga rentan mengalami tekanan hidup karena ekspektasi masyarakat yang menganggap bahwa mereka seharusnya berada di rumah saja mengurusi segala macam pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya, ada pula sebagian masyarakat yang menuntut wanita untuk bekerja di luar rumah agar dapat membantu perekonomian keluarga.

Pengertian definisi arti depresi gejala penyebab depresi cara mengobati menyembuhkan mengatasi psikolog psikiater
Zahira Rahmatika Makarim, M.Psi., Psikolog dari Biro Psikologi Dinamis | Foto: Dok. Pribadi

Mengatasi Depresi

Lebih lanjut, Zahira menerangkan bahwa depresi mempunyai 3 tingkatan, yaitu ringan, sedang, dan berat. Mereka yang menderita depresi dengan taraf sedang dan berat akan mengalami gangguan dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Imbasnya, kehidupan sosial baik di rumah, sekolah, kampus, maupun kantor ikut pula terganggu.

Apabila ketika sudah memasuki tahap itu penderita depresi tidak berupaya mencari pertolongan maka dikhawatirkan akan muncul keinginan atau upaya-upaya untuk melakukan bunuh diri. “Depresi ini menjadi penyebab kedua kematian atau bunuh diri pada orang-orang yang produktif, usia 18 sampai 30-an tahun. Sayangnya, di negara-negara berkembang, orang-orangnya banyak sekali yang tidak menyadari ini,” sambungnya.

Baca Juga:
Kuliah Jurusan Psikologi, Apa Sajakah yang Bisa Kamu Pelajari?

Untuk mencari pertolongan, penderita depresi dapat pergi ke psikolog maupun psikiater. “Untuk depresi berat, memang treatment paling efektif adalah psikoterapi dan juga obat-obatan. Kalo obat-obatan hanya bisa diberikan oleh psikiater. Psikiater ada juga yang ngasih psikoterapi. Tapi kalo pengalaman saya sendiri, lebih banyak psikolog yang ngasih psikoterapi. Dari penelitian sendiri membuktikan bahwa treatment terbaik adalah kombinasi antara dua itu, psikoterapi dan obat-obatan. Kalo mau ke psikolog dulu boleh atau mau langsung ke psikiater juga boleh,” Zahira menerangkan.

Prosedur untuk menyembuhkan depresi adalah psikoterapi, salah satunya yang paling sering dipakai yakni cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi kognitif perilaku ini digunakan untuk menyembuhkan depresi yang dimulai dengan mengenali akar permasalahan yang mengganggu jiwa pasien. Setelah itu, terapis akan memberikan solusi-solusi konkrit agar beban pikiran dan tekanan batin pasien berkurang.

Lewat terapi kognitif perilaku ini, pasien dilatih untuk merubah pola pikir lama yang cenderung hitam-putih dan tidak selaras dengan kehidupan nyata yang sesungguhnya. Dengan demikian, pasien bisa lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Proses penyembuhan depresi umumnya terdiri dari beberapa sesi di mana pasien akan mendapatkan terapi-terapi. Lewat beberapa terapi tersebut, psikolog atau psikiater akan memberikan langkah-langkah terbaik demi kesembuhan pasien.

Cara penyembuhan depresi bisa juga dilakukan dengan pemberian obat-obatan berupa antidepresan dengan dosis tertentu. Obat-obatan tersebut berguna untuk menyeimbangkan aktivitas otak sehingga mood dan kualitas tidurnya lebih baik.

Zahira menjelaskan bahwa penderita depresi yang telah sembuh mempunyai kemungkinan untuk kambuh lagi. Bahkan, ada sebagian orang yang sepanjang hidupnya susah untuk melepaskan diri dari depresi. “Ada yang namanya distimia. Distimia ini adalah gangguan depresi yang menetap, nggak cuman periode. Distimia ini bisa bertahun-tahun, ada terus di diri orang tersebut. Di saat-saat tertentu, dia depresinya mungkin ringan sampai sedang. Kemudian tiba-tiba, ada satu periode tertentu dia menjadi berat, terus nanti balik lagi. Tapi dia susah untuk kembali seperti orang normal.”

Baca juga:
Pentingnya Memaafkan Agar Batin Menjadi Lebih Tenang

Mencegah Depresi

Seperti yang dijelaskan Zahira, salah satu cara mencegah depresi yakni dengan melakukan diet dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang. Selanjutnya, upaya pencegahan depresi bisa dilakukan dengan cara mencari dukungan sosial yang positif dan sangat berguna ketika seseorang merasa down. Melatih diri untuk selalu berpikir positif setiap saat merupakan cara lain agar depresi tidak menghampiri kita.

“Banyak yang tidak sadar bahwa cara berpikir kita itu sering menjebak kita. Contohnya ketika gagal dalam ujian, kemudian menganggap diri kita itu bodoh banget, ternyata tidak bisa diandalkan, dan lain-lain. Hanya karena gagal ujian kemudian dia menghubungkan segala aspek dalam hidupnya. Teringat masa lalu, dan lain-lain kemudian tambah sedih. Nah, jebakan-jebakan pikiran seperti ini yang harus diwaspadai,” kata dia.

“Harus dilatih untuk melihat sesuatu secara proporsional. Kalo ada masalah, ya kita fokus ke masalah itu. Nggak usah merambah ke hal-hal lain yang malah membuat kita jadi semakin down, tidak bisa melihat apa yang harus kita selesaikan. Kalo orang depresi ini kan biasanya jadi malas untuk keluar rumah, malas untuk melakukan hubungan sosial karena depresi itu memberikan jebakan-jebakan pikiran. Ketika sudah merasakan seperti itu, harus dilawan,” ujar Zahira. Cara melawan pikiran-pikiran negatif di antaranya menggerakkan badan atau melakukan aktivitas fisik, menghubungi teman-teman lama atau melakukan hal-hal yang menyenangkan lainnya.