
Highlight.ID – Dalam kurun lima tahun belakangan, publik di Indonesia tengah dihujani dengan berbagai berita hoax. Hoax ini baik seputar politik, kesehatan, SARA maupun berita hoax lainnya. Data dari KompasData bahkan menyebut ada 10 jenis hoax yang kerap diterima oleh masyarakat. Di antaranya adalah sosial politik (Pilkada dan Pemerintah), SARA, kesehatan, makanan minuman, penipuan keuangan, iptek (ilmu pengetahuan da teknologi), berita duka, candaan, bencana alam, dan lalu lintas.
Cara beredarnya pun beragam mulai dari broadcast message di grup komunikasi, media sosial sampai di situs tertentu. Hadirnya berita hoax ini cukup menganggu karena seringkali berita yang disebarkan mampu membuat masyarakat resah dan gelisah setelah membacanya.
Definisi/Pengertian Hoax
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hoaks adalah berita bohong. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris Oxford, ‘hoax’ didefinisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’. Namun sayangnya, banyak netizen yang tidak memahami arti berita hoax, dan malah mendefinisikan ‘hoax’ sebagai ‘berita yang tidak saya sukai’.
‘Hoax’ atau ‘fake news’ bukanlah hal yang baru. Sejarah hoax sebenarnya sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum hadirnya internet, ‘hoax’ bahkan jauh lebih berbahaya dibandingkan zaman serba internet karena masyarakat juga mengalami kesulitan untuk melakukan verifikasi berita hoax tersebut.
Baca Juga: 9 Aplikasi Editing Foto Terbaik Biar Kayak Selebgram Hits
Namun hoax terbesar yang pernah terungkap pada publik dilakukan oleh pria bernama Stephen Glass, jurnalis sebuah majalah bernama The New Republic di Amerika Serikat pada tahun 1998. Stephen menuliskan berita yang berdasarkan imajinasinya sendiri serta mengarang sesuai keinginannya selama 3 tahun lamanya.
Macam-macam Hoax yang Banyak Beredar di Masyarakat
Sebenarnya, ada enam jenis hoax berdasarkan modus atau tujuannya yang kerap beredar di masyarakat. Di antaranya adalah:
1. Hoax Pesan Berantai
Hoax jenis ini mungkin yang paling sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Kamu juga pasti sering mendapat pesan melalui WhatsApp atau BBM tentang melanjutkan pesan ke beberapa teman lain dengan berbagai alasan dan modus. Mulai dari mendapatkan hadiah tertentu atau justru kebalikannya yaitu mengalami hal buruk bila tidak menyebarkannya. Meski sepele, namun hal ini bisa menimbulkan kepanikan luar biasa bagi publik. Sedangkan bagi kalangan professional, bila kerap menyebarkan pesan hoax tersebut tentu akan berpengaruh pada citra dirinya sebagai seorang profesional.
2. Hoax Virus
Hoax ini biasanya jauh lebih canggih dan dikembangkan oleh hacker yang tersebar melalui email atau aplikasi chatting. Biasaya, hoax jenis ini berisi peringatan akan adanya virus berbahaya di komputer atau smartphone pengguna yang padahal sebenarnya tidak terinfeksi. Selanjutnya, pengguna diimbau untuk memasang aplikasi tertentu atau menghapus sebuah file di perangkat tersebut. Padahal, kedua hal ini sama berbahayanya. Memasang aplikasi sembarangan justru bisa mengunduh virus yang sebenarnya. Sedangkan menghapus file juga justru bisa membuat perangkat mengalami kerusakan software atau hardware.
3. Hoax Hadiah Gratis
Biasanya, hoax jenis ini bermodus mirip penipuan online. Pelaku atau penipu mengirimkan pesan broadcast, pop-up message atau SMS yang berisi pengumuman pemberian hadiah gratis. Tak hanya tertipu dengan mengisi survei-survei internet untuk iklan, terkadang pengguna juga tertipu yang berakibat pada kehilangan sejumlah uang. Dampak negatif lainnya adalah apabila korban menggunakan email kantor atau email utama untuk mendaftarkan diri pada survei tadi. Dipastikan, korban tersebut akan dihujani email-email iklan yang susah untuk dihentikan.
Baca Juga: Pahami Cara Kerja Hoax di Internet dan Upaya untuk Menangkisnya
4. Hoax Pencemaran Nama
Hoax jenis ini tak kalah berbahaya dibandingkan hoax lainnya. Sebab, sepenggal kabar palsu bisa dengan mudah tersebar di dunia maya dan mampu menghancurkan hidup atau karier seseorang dalam sekejap. Contoh kasus yang dialami oleh seorang kakek 74 tahun dari Australia bernama Kenneth Rothe. Kenneth menerima teror hingga ancaman pembunuhan akibat menerima posting-an hoax dari seorang pengguna Facebook bernama David Scott tentang klaim dua hotel milik Kenneth yang menerima pengunjung pedofil. Bahkan demi keamanan, Kenneth dan keluarganya akhirnya terpaksa angkat kaki dari kota Nambucca, tempat tinggal mereka sejak puluhan tahun.
5. Hoax Kisah Pilu
Hoax jenis ini biasanya berupa surat atau berita yang berisi kabar tentang seseorang yang tengah sakit dan membutuhkan dana untuk kebutuhan operasi atau obat. Tak jarang, hoax ini yang memanfaatkan foto dari Google demi mendapat simpati. Tujuan hoax ini apalagi kalau bukan uang. Si oknum penyebar hoax ini seringkali menyertakan nomor rekening pada surat atau berita agar si korban yang tertipu bisa mengirimkan sejumlah uang ke rekening tersebut.
6. Hoax Urban Legend
Hoax urban legend ini biasanya adalah hoax tentang tempat, benda, atau kegiatan tertentu. Tak jarang, pesan hoax mengimbau netizen untuk tidak mengunjungi, membeli, atau melakukan hal yang disebutkan dalam hoax tadi. Adanya hoax jenis ini tentu dapat berimbas negatif pada objek hoax tadi, karena lokasi tersebut mulai dijauhi oleh masyarakat hingga nilai ekonomisnya menjadi turun.
Baca Juga: 9 Aplikasi Chatting Populer yang Memudahkanmu dalam Berkomunikasi

Ragam Jenis Hoax Menurut Formatnya
Sedangkan berdasarkan formatnya, hoax dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Hoax proper
Hoax proper adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Jenis hoax ini, pembuat hoax tahu dan sadar bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya tersebut.
2. Judul yang clickbait
Hoax jenis ini juga cukup membahayakan. Saat ini, netizen cenderung memiliki kebiasaan buruk yang hanya membaca judul berita atau headline tanpa membaca isinya. Apalagi, sekarang banyak sekali beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan sangat provokatif yang sebenarnya tidak sesuai dengan isi artikelnya.
3. Berita benar namun menyesatkan
Maksud jenis hoax ini adalah berita benar yang sudah lama namun diterbitkan dan beredar lagi di sosial media. Dengan hal ini, membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya.
Cara Praktis Mengatasi Hoax yang Bisa Kalian Terapkan
Tentu saja, hoax atau berita bohong lebih banyak mendatangkan kerugian dibandingkan keuntungan. Kamu harus paham konsekuensi dari membuat dan menyebarkan berita yang menyesatkan. Di antaranya adalah meningkatkan kecurigaan masyarakat yang kadang berimbas pada membenci kelompok atau etnis tertentu, menyusahkan bahkan menyakiti baik secara verbal maupun fisik orang yang tidak bersalah serta memberikan informasi yang salah kepada para pembuat kebijakan.
Baca Juga: Jangan Sampai Tertipu, Inilah Cara Aman Berbelanja Online
Lantas, bagaimanakah tips dan trik untuk menghadapi hoax yang kian massif baik di sosial media maupun situs atau pun aplikasi chatting? Simak kiat-kiat berikut agar tak terjebak dengan hoax yang menyesatkan.
1. Perbanyak informasi
Maksudnya adalah sebaiknya kamu secara rutin membaca berita atau informasi dari media yang telah mapan serta diakui kredibilitas dan validitasnya. Pasalnya, orang yang paling rentan terhadap hoax adalah orang yang jarang mengonsumsi berita. Selain itu, diperlukan ketelitian dalam membaca berita karena seringkali berita yang disebarkan tidak masuk akal. Dan, jangan mudah untuk sharing artikel, foto atau pesan berantai tanpa membaca sepenuhnya tentang kebenaran berita tersebut.
2. Cek dan ricek keaslian foto
Tak hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi dan ujungnya membahayakan. Konten lain seperti foto atau video pun sekarang bisa dimanipulasi. Tak jarang, para pembuat berita hoax ini mengedit foto untuk semakin memprovokasi para pembaca. Makanya, ada baiknya untuk selalu melakukan cek dan ricek keaslian foto.
Kamu bisa memanfaatkan mesin pencari Google untuk mengecek keaslian foto. Caranya adalah dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Selanjutnya, hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan dan dilihat apakah foto tersebut asli atau asal comot saja di Google.
Baca Juga: 7 Aplikasi Ini Permudah Kamu Memesan Tiket Pesawat dan Kereta Api
3. Perhatikan sumber berita
Bagi kamu yang mendapatkan informasi dari website atau mencantumkan link, kamu wajib mencermati alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs atau media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawaban serta terbukti validitasnya. Data dari Dewan Pers menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.
Dari angka tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi hanya sekitar 300 situs. Dengan demikian, artinya masih terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita hoax melalui internet yang mesti diwaspadai oleh masyarakat.
4. Periksa fakta
Saat memperoleh informasi atau berita, selalu perhatikan dari mana berita tersebut berasal dan siapa sumbernya? Apakah berita tersebut dikeluarkan oleh institusi resmi seperti KPK, Polri atau institusi lainnya? Selain itu, perhatikan keberimbangan sumber berita. Bila berita tersebut hanya memiliki satu sumber berita, maka pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang tak kalah penting untuk diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sedangkan opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita. Fakta biasanya bersifat objektif sedangkan opini memiliki kecenderungan untuk bersifat subjektif.
Baca Juga: 9 Aplikasi Online Shop Favorit Tempat Belanja Produk-produk Fashion
5. Mengukur legitimasi berita
Biasanya, orang cenderung mengukur legitimasi konten dari berita terkait. Sebuah berita belum tentu bukan hoax hanya karena kamu melihat konten terkait tersebar di media sosial bahkan di situs atau media yang mapan. Untuk itu, jangan terburu-buru dalam menyimpulkan berita lalu ikut membagikannya. Tak jarang, hoax diolah dari berita media yang telah terpercaya, namun isinya sudah diplintir.
6. Selalu cek dan ricek
Saat ini, terjadi kecenderungan bahwa semakin sering orang melihat sebuah konten, maka mereka semakin mudah untuk mempercayainya. Hal ini biasanya dipengaruhi karena banyak teman-temanmu yang sharing berita tertentu. Walaupun bukan berarti berita tersebut pasti benar. Nah, alih-alih langsung mempercayai dan membagikannya di media sosial, kamu juga bisa ikut untuk mencegah hoax beramai-ramai dengan melakukan pengecekan lebih lanjut.
7. Berpikir secara objektif
Pada dasarnya, setiap orang cenderung mudah terkena bias informasi dan mereka memiliki kecenderungan untuk menyukai konten yang memperkuat kepercayaan atau ideologi diri sendiri atau kelompoknya. Hal ini yang membuat masyarakat rentan dalam membagikan konten yang sesuai dengan pandangan subjektif, sekalipun konten tersebut hoax atau bohong. Makanya, bila kamu membaca berita yang betul-betul sempurna dalam mengukuhkan keyakinan, kamu harus lebih berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam memencet tombol “Share”.
Nah, dengan tips dan trik tersebut diharapkan agar masyarakat semakin cerdas dan selektif dalam bersosial media. Jangan mudah langsung percaya terhadap berita hoax. Segera laporkan pada pihak berwajib atau call center untuk memastikannya karena saat ini juga sudah ada payung hukum, yaitu Undang-Undang ITE pasal 310 dan 311 KUHP dengan ancaman pidana.