Highlight.ID – Grup H&M mulai menjangkau para penggemar mode fashion di seluruh dunia yang dirintis sejak tahun 1947. Sekilas tentang profil perusahaan, H&M ini merupakan sebuah perusahaan yang menawarkan produk pakaian wanita, pria hingga anak-anak.
Kesuksesan H&M di dunia fashion kelas internasional tak perlu dibantah lagi. Meskipun pada November 2017 silam sempat tersiar kabar tak sedap dari brand asal Swedia ini bahwa ada beberapa gerainya di Inggris terpaksa harus ditutup, namun hal tersebut tak menyurutkan pamor H&M sebagai brand yang paling banyak dinanti oleh penggila mode. Penasaran bagaimana pendiri H&M bisa sukses membangun kerajaan bisnis fashion ini? Yuk, simak ulasan lengkapnya.
Bemula Dari Sebuah Gerai Kecil di Vasteras, Swedia
Pepatah yang mengatakan bahwa sesuatu yang besar pada awalnya juga berasal dari hal-hal yang kecil, sangat cocok untuk mengungkapkan keberhasilan Erling Persson sebagai pendiri H&M. Tepatnya di usia 30 tahun, saat Persson berjalan-jalan di pinggiran kota New York, ia mendapatkan ide untuk menjual pakaian khusus wanita. Keinginannya tersebut terealisasi pada tahun 1947 melalui sebuah toko kecil yang ia bangun sendiri di Vasteras, Swedia dan diberi nama “Hennes” dalam bahasa Swedia yang berarti “perempuan”.
Tak perlu waktu bertahun-tahun bagi Erling Persson untuk membuka dua toko berikutnya di ibu kota Swedia, Stockhlom, pada rentang tahun 1952-1954. Toko Hennes milik Persson secara eksklusif hanya menjual pakaian wanita rancangannya sendiri. Pada masa itu, mode fashion memang belum sekompleks saat ini, namun cukup untuk membuat penduduk ibu kota Swedia dibuat demam dengan produk-produk Hennes.
Baca Juga: Mau Beli Baju Baru? Ini 7 Merek Fashion Terkenal Untuk Bergaya Ala British
Munculnya “M” di Toko Milik Erling Persson
Kira-kira sekitar 10 tahun sejak dibukanya cabang baru dari toko Hennes di Stockhlom, Persson mencoba melebarkan sayap bisnisnya dengan membeli sebuah usaha ritel bernama Mauritz Widforss yang menjual pakaian pria dan anak-anak. Sehingga sejak tahun 1968, toko berubah nama menjadi Hennes & Mauritz. Sejak saat itulah, toko Persson tidak hanya menjual fashion wanita saja, namun juga ada koleksi busana pria dan anak-anak.
Ekspansi bisnis Erling Persson cukup lancar dan cepat. Belum banyaknya saingan bisnis di bidang yang sama membuat Persson di tahun 1969 dapat membuka lebih dari 42 toko Hennes & Mauritz. Dalam dekade ini pun, pertumbuhan Hennes & Mauritz sudah mulai merambah pasar internasional yang dimulai dari Norwegia dan diikuti Swiss, Inggris, dan Denmark.
Perjalanan bisnis Persson masih berlanjut mulus hingga tahun 1973, Hennes & Mauritz mengeluarkan produk baru berupa pakaian dalam. Dirinya pun berhasil menggandeng Anni-Frid Lyngstad, anggota ABBA, menjadi supermodel pertamanya. Pertumbuhan bisnis Persson terus melaju lebih jauh hingga dibukanya 5-6 gerai setiap tahunnya.
Tepatnya di tahun 1947, bisnis Persson terdaftar di Bursa Efek Stockhlom dan mengganti namanya menjadi H&M yang merupakan singkatan dari nama sebelumnya. Menurutnya, nama baru ini lebih terdengar elegan dan mudah untuk diucapkan. Dengan nama baru tersebut, ia berharap bisnisnya semakin lebar hingga terus berekspansi ke mancanegara.
Baca Juga: Mengulik Sejarah Nike, Merek Sepatu yang Terkenal dengan Logo Swoosh-nya
Keberuntungan masih di tangan Persson, tak lama setelah bisnisnya terdaftar di bursa efek, pada tahun 1976 ia membuka toko pertamanya di Skandinavia dan London, Inggris. Sejak saat itu, H&M terus berkembang dengan lebih banyak gerai yang dibuka di Eropa. Jauh sebelum adanya promosi penjualan secara online seperti saat ini, penjualan brand H&M masih dilakukan secara konvensional melalui pesanan surat kabar Swedia Rowells di sekitaran tahun 1980.
Generasi Kedua H&M
Tiga puluh lima tahun sejak kiprah Erling Persson di dunia bisnis fashion, tepatnya tahun 1982, H&M memiliki CEO keduanya, yakni Stefan Persson yang merupakan anak dari Erling Persson. Meskipun sudah berganti generasi, H&M tetap eksis sebagai salah satu fashion brand yang paling banyak ditunggu produk-produk barunya pada masa itu.
Munculnya desain-desain baru dan terus update membuktikkan H&M benar-benar menjadi merek yang berkelas internasional. Dengan mengajak supermodel dari kalangan aktor dan artis terkenal, membuat H&M semakin dipercaya konsumen dunia. Apalagi sejak tahun 1990, penggunaan surat kabar sebagai media promosi sudah digantikan dengan papan-papan reklame besar yang lebih mencolok dan mudah dilihat.
Tahukah sobat, di penghujung tahun 1990, H&M meluncurkan desain baru pakaian Natal yang dibawakan oleh seorang super model, Elle Macpherson. Sesuai prediksi, kampanye baju Natal tersebut berhasil mendapatkan perhatian media. Tak hanya Elle Macpherson, H&M turut mengajak model-model lain yang tak kalah tenar pada masa itu, yaitu Claudia Schiffer, Naomi Campbell, Christy Turlington, dan Linda Evangelista.
Baca Juga: Vans, Merek Skateboarding yang Jadi Idola Kawula Muda
Bisnis Online Jadi Terobosan Baru H&M
Seiring berjalannya waktu, Stefan Persson sebagai generasi kedua H&M pun tak larut dengan cara-cara di masa lalu. Di tahun 1998, ia mulai mempelajari tentang pasar online yang pada waktu itu masih menjadi hal yang sangat baru. Sejak saat itu, produk-produk H&M mulai dipasarkan secara online di Swedia sebagai negara asal produk tersebut dan terus merambat hingga ke pasar online Eropa, termasuk Perancis.
Tahun 2000 menjadi awal H&M mengepakkan sayapnya di Amerika Serikat untuk pertama kalinya. Pembukaan gerai pertamanya di New York, AS, ini pun juga menjadi awal ekspansi karier H&M di luar benua Eropa. Masih dengan strategi yang sama, di Amerika, H&M juga mengajak orang-orang berpengaruh untuk mengkampanyekan produknya.
Bahkan di tahun 2004, H&M bersama Karl Lagerfeld berhasil membuat mode dunia fashion terkejut dengan mengeluarkan desain terbaru yang tidak mempertanyakan soal harga, alias cukup mahal. Namun dalam kurun waktu tak lebih dari 1 jam, semua produk H&M tersebut ludes terjual. Tak mau tanggung-tanggung, H&M bersama para desainer ternama seperti Stella McCarteney, Alexander Wang, Versace, dan Roberto Cavalli membuat desain-desain terbaru yang menjadi tren mode dunia saat itu.
Baca Juga: 5 Merek Pakaian Lokal untuk Cewek yang Punya Butik di Mall-mall
Masuknya H&M ke Indonesia
Penerus H&M, Stefan Persson, berekspansi ke pasar Indonesia sejak tahun 2013 dengan membuka toko pertamanya di Gandaria City, Jakarta. Pada hari pertama pembukaan toko retailer asal Swedia tersebut, lebih dari 1.500 penggemar produk fashion rela harus mengantri panjang untuk mendapatkan harga spesial. Sungguh beruntung karena pelanggan dengan urutan pertama berhasil mendapatkan H&M gift card sebesar 1 juta rupiah, untuk pelanggan hingga ke-20 mendapatkan H&M gift card sebesar 250 ribu dan untuk urutan hingga 250 mendapatkan H&M gift card sebesar 200 ribu.
Antusiasisme yang sangat luar biasa dari masyarakat Indonesia di hari peresmian toko H&M pertama di Indonesia tersebut. Koleksi produk di toko pun terbilang sangat lengkap mulai dari busana wanita, pria, dan juga anak-anak dengan stok barang baru terus hadir setiap harinya. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 9 gerai H&M meramaikan pasar fashion Indonesia, tepatnya di Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta.
Kontroversi Sempat Mengguncang H&M
Tak ada yang benar-benar mulus dari sebuah perjuangan menuju sukses. Tak terkecuali H&M sebagai brand legendaris yang sudah berjaya lebih dari 60 tahun ini pun sempat alami beberapa kontroversi yang bahkan membuat omset bisnisnya turun drastis. Memang di beberapa tahun terakhir ini, pertumbuhan bisnis fashion dunia semakin menguat dengan bermunculannya produk-produk dari merek teranyar.
Bahkan pada tahun 2010, H&M terpaksa harus merusak produk-produk lawasnya yang tak laku di pasar dan menuai banyak kritikan pedas dari media. Pihak H&M mengakui hal ini karena memang mereka tak ingin produk H&M yang tidak laku harus dijual dengan harga di bawah standar.
Baca Juga: 9 Online Shop Favorit yang Menjual Fashion Brand Indonesia Untuk Cewek
Pada tahun 2012, H&M juga pernah dikabarkan telah mencuri desain produk dari seorang seniman. Tidak hanya satu, bahkan, menurut berita, ada beberapa desain. Seniman tersebut mengatakan pada media bahwa H&M sama sekali tidak membayar kompensasi untuk dirinya. Namun beberapa bulan berikutnya, isu inipun diklarifikasi dan H&M sama sekali tidak melakukan plagiarisme desain. Hal seperti ini sebenarnya sudah biasa menimpa kalangan terkenal. Terlepas dari benar atau tidaknya, H&M masih menjadi primadona penggila fashion.
Kontroversi tak berhenti di situ saja. Tahun 2013 dan 2015, H&M sempat mendapatkan kecaman dari publik karena menggunakan hiasan kulit imitasi yang dinilai menghina orang-orang Aborigin Kanada. H&M juga dituduh bersifat rasisme karena sama sekali tidak pernah menggunakan model berkulit hitam dalam promosi produk-produknya.
Hal tersebut juga diperparah dengan pemberitaan yang masih hangat pada Januari 2018 lalu, di mana H&M mendapatkan kecaman pedas karena mengiklankan gambar anak berkulit hitam memakai hoodie yang bertuliskan “Coolest Monkey in the Jungle”. Tulisan tersebut dianggap sebagai hinaan bagi anak-anak berkulit hitam di AS yang selama ini dianggap sebagai “anak nakal”. Tak berselang lama dari gemparnya pemberitaan tersebut, H&M menyatakan permintaan maafnya secara resmi dan menghapus semua gambar anak tersebut.
Buah Manis Perjuangan H&M Bertahan di Pasar International
Berkat toko kecil yang dibuka di pinggir jalan Vasteras, Swedia, H&M mampu membuat Carl Stefan Erling Persson, seorang pria kelahiran 4 Oktober 1947 yang merupakan generasi kedua H&M, menjadi orang terkaya ke-17 di dunia versi majalan Forbes. Pada tahun 2013, Stefan Persson memiliki kekayaan bersih mencapai $ 28 miliar yang membuatnya bersanding bersama 12 milyader terkaya lainnya.
Baca Juga: Keren! 5 Brand Streetwear Lokal ini Masuki Pasar Amerika Serikat
Ia bahkan memiliki saham di perusahaan teknologi Swedia Hexagon AB dan melalui perusahaan real estate milik pribadinya, ia juga memiliki sejumlah besar properti di Paris, Stockholm, dan London. Hingga tahun 2017 lalu, Persson tercatat sebagai orang terkaya ke-24 di dunia dan menduduki peringkat 303 daftar Sunday Times Richview dengan kekayaan yang tercatat mencapai 312 juta poundsterling.
Terlepas dari berbagai isu yang sempat mewarnai perjalanan H&M, pada tahun 2012, H&M pernah berhasil mengalahkan Gucci dan Hermès sebagai brand yang tak kalah fenomenal pada waktu itu. H&M berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Best Global Brand di atas Gucci, Hermès, dan juga Zara.
Best Global Brand sendiri merupakan suatu ajang penghargaan dari perusahaan konsultan milik Omnicom Group yang membuat daftar 100 brand paling terkenal di dunia. Penilaian mencakup beberapa kategori seperti peforma keuangan, kemampuan brand dalam mempengaruhi konsumen serta kemampuan perusahaan untuk mendukung kelompok usahanya.
Hasil tidak akan mengkhianati proses. Begitulah yang sering diungkapkan para motivator. Memang benar untuk mendapatkan hasil yang besar, perlu ada proses yang besar pula. So, buat sobat-sobat di manapun kalian berada, tidak ada yang tidak mungkin dari sebuah harapan. Belajar dari seorang Erling Persson, melalui sebuah toko kecil sederhana bisa menjadi kerajaan bisnis yang hebat di mata dunia. (si/nu/ik)