Highlight.ID – Di saat pandemi Covid-19 seperti ini, orang memiliki kecenderungan untuk jarang melakukan aktivitas fisik. Banyak orang tinggal di rumah, melakukan pekerjaan dan aktivitas lainnya tanpa membutuhkan banyak gerak. Mengutip data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, dr. Boy Abdin , Sp.OG(K) mengatakan bahwa sebanyak hampir 35 persen penduduk Indonesia kurang bergerak.
Menurut dr. Boy, keadaan pandemi bukan menjadi alasan bagi orang untuk tidak melakukan aktivitas fisik maupun olah raga. dr. Boy memberikan peringatan adanya dampak akibat kurangnya bergerak. “Jantung kita kurang bekerja dengan bagus, sirkulasi darah kita kurang bagus, nannti akan terjadi penumpukan masalah pada otot-otot, sendi. Bika kena nyeri pinggang, otot-otot kita pegel, sering nyeri kepala. Yang pasti, kalo kita banyak diam, berat badan kita bertambah,” jelas dr. Boy pada konferensi pers virtual Lifebuoy FRESH Variant dan Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI).
“Jangan kita takut untuk berkeringat. Kalau bicara olahraga, untuk mencapai kebugaran maka daya tahan tubuh kita akan bagus. Kita akan terhindar dari virus-virus, penyakit-penyakit, tidak hanya Covid-19 saja,” sambungnya. Menurut dr. Boy, olahraga yang bagus itu yang intensitasnya sedang, alias tidak berlebihan atau kurang.
“Kalau kita melakukan aktivitas yang sedang, kita mencapai target latihan, frekuensinya cukup, tiga kali dalam seminggu. Kemudian waktunya cukup, paling nggak setengah jam, itu kita pasti akan berkeringat. Dengan berkeringat ini, sebenarnya banyak manfaat. Salah satunya, hormon endorfin kita meningkat. Kita lebih bahagia, lebih happy,” dr. Boy menambahkan.
Adanya pandemi yang membatasi orang untuk bepergian dan melakukan aktivitas di luar ruangan bisa membuat orang mudah terkena masalah psikologis. “Lakukanlah olahraga, aktivitas fisik, maka kita harapkan akan menjadi lebih bahagia walaupun kita berkeringat,” terang dia.
Baca Juga:
Rumus Beraktivitas Fisik & Pola Makan yang Baik
dr. Boy menerangkan bahwa perbedaan aktivitas fisik dan olahraga terletak pada bentuk kompetisi. “Kalau aktivitas fisik itu kita bisa lakukan sendiri, tidak ada kompetisinya. Kalau olahraga sifatnya lebih ke kompetisi.” Beberapa hal yang diperhatikan dalam melakukan aktivitas fisik dan olahraga yakni frekuensi, intensitas, dan durasi.
Indikator bahwa kita sudah cukup melakukan aktivitas fisik dan olahraga yakni apabila jantung sudah terpompa dengan bagus dan peredaran darah mengalir dengan baik. “Maka diharapkan, kita akan mencapai kebugaran, membuat imunitas, daya tahan tubuh kita bagus,” dr. Boy menambahkan. Sedangkan waktu atau durasi olahraga dan aktivitas fisik yakni sekitar 15 sampai 30 menit.
Mengenai adanya anggapan bahwa lemak di dalam tubuh bisa keluar melalui keringat, dr. Boy menampik hal tersebut. “Keringat itu sebenarnya untuk mempertahankan supaya suhu tubuh kita baik. Keringat yang baik untuk membakar lemak adalah keringat yang terproduksi kalau kita melakukan aktivitas kardiovaskuler, aktivitas fisik yang membuat denyut nadi, jantungnya berdenyut cukup kuat, sirkulasi darah lancar, peningkatan suhu tubuh,” tambahnya.
dr, Boy menjelaskan, “Dengan berolahraga, selain meningkatkan hormon endorfin, ini juga akan menurunkan kortisol, hormon yang membuat kita tidak terlalu stres. Suhu tubuhnya lebih bagus. Dengan berolahraga, berkeringat, pori-pori kita akan terbuka. Kotoran-kotoran yang berada di daerah pori-pori akan terbuang keluar, kulit akan menjadi lebih elastis, lebih fresh.”