
Highlight.ID – Kurangnya perawatan gigi dapat menimbulkan permasalahan seperti karang gigi yang disebut juga dengan kalkulus gigi. Banyak orang yang kurang menyadari adanya karang gigi karena mereka tidak merasakan sakit ketika karang gigi tersebut mulai terbentuk. Jika dibiarkan begitu saja, karang gigi dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan gigi yang lebih parah seperti radang gusi (gingivitis) misalnya. Lalu, apa sebenarnya penyebab munculnya karang gigi?
Terbentuknya Karang Gigi
Karang gigi merupakan lapisan seperti kotoran di antara gigi dan gusi yang susah dibersihkan. “Kotoran yang ada di gigi berupa sisa makanan, plak, kalkulus atau karang gigi. Kalo sisa makanan dibersihan pake sikat gigi, kumur-kumur aja kan cukup. Kalo plak (merupakan) kotoran yang tidak kasat mata, nggak kelihatan. Tapi (plak) itu awal dari karang gigi itu sendiri, udah ada interaksi bakterinya. Sisa makanan ketempelan bakteri, (kemudian) terbentuk plak,” jelas drg. Aura Andaruni dari Klinik Gigi Dentes Yogyakarta.
Plak yang telah mengeras setelah sekian lama dapat membentuk karang gigi. “Karang gigi itu udah nggak bisa dibersihkan dengan sikat gigi. Jadi memang harus ke dokter gigi, prosedurnya dengan scaling. Scaling bisa juga untuk membersihkan stain, noda-noda kecoklatan misalnya kalo suka ngopi, minum teh atau ngerokok,” tambahnya.
drg. Aura Andaruni atau biasa dipanggil dengan nama drg. Runi memaparkan bahwa ada pasien yang karang giginya cenderung lebih cepat muncul. Sebaliknya, ada pula pasien yang karang giginya muncul lebih lama. “Kalo (kondisi) rongga mulutnya gampang untuk tumbuh karang gigi, kurang dari 6 bulan bisa (periksa ke dokter gigi).”
Baca Juga: Ketahui Manfaat Behel Gigi dan Tahapan Pemasangannya
Penyebab Karang Gigi
“Yang mempengaruhi pola kebersihan mulut kita. Sering sikat atau nggak, sikat giginya benar atau nggak. Terus di waktu yang benar atau nggak. Sikat gigi itu minimal 2 kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur. Selain itu juga kondisi rongga mulutnya. Jadi misalnya kondisi pH rongga mulutnya lebih asam, dia akan lebih gampang berlubang dibanding tumbuh karang gigi. Kalo pH basa lebih gampang tumbuh karang gigi dibanding lubang gigi,” terang drg. Runi kepada Highlight.ID.
Kondisi gigi yang tidak rapi membuat proses pembersihan gigi menjadi lebih susah dibandingkan gigi yang susunannya rapi. Kemungkinan, masih ada sisa-sisa makanan yang terselip di antara celah-celah gigi. Kotoran berupa sisa-sisa makanan tersebut dapat memicu terbentuknya karang gigi.
Apabila dibiarkan, karang gigi yang menumpuk di leher gigi makin lama dapat merusak perlekatan gigi dan gusi. Selain itu, karang gigi juga dapat menyebabkan gigi menjadi goyang dan bisa lepas sendiri. “Gigi itu kan dikelilingi jaringan pendukung, ada gusi, tulang dan otot-otot yang ‘megangin’ gigi. Kalo karang gigi dibiarkan maka akan merusak jaringan pendukung itu,” kata drg. Runi.
Baca Juga: Mau Pasang Gigi Palsu? Kenali Jenis-jenisnya Terlebih Dahulu

Karang gigi yang mengandung bakteri dapat masuk ke dalam sela-sela gigi dan gusi dan menyebabkan infeksi. “Bisa juga gusinya radang. Waktu sikat gigi kok, berdarah ya? Nah, itu tanda-tanda radang gusi karena ada karang gigi, salah satu penyebabnya. Karang gigi itu nggak boleh dibiarkan menumpuk, jadi baiknya dibersihkan,” tambah dia.
Tahapan Scaling
Untuk membersihkan karang gigi, pasien perlu berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter gigi. “Pertama, pasti kita cek dulu keadaan gigi-giginya. Setelah itu baru pembersihan karang gigi pake alat ultrasonic scaler namanya, alat khusus untuk membersihkan karang gigi. Setelah dibersihkan semuanya, nanti buat menghilangkan stain yang warna kecoklatan itu kita pake cairan khusus. Dioleskan ke gigi-giginya,” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) Yogyakarta ini.
Baca Juga: Jenis-jenis Treatment yang Ditangani Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia
“Kalo sudah bersih semua, nggak ada karang gigi dan stain terus kita polishing pake sikat. Jadi ada alat seperti sikat nanti diolesi pasta gigi sama serbuk,” imbuhnya. Setelah proses pembersihan scaling menggunakan ultasonic scaler, gigi menjadi kasar maka diperlukan proses polishing untuk mengembalikan gigi ke kondisi semula. Selanjutnya, pasien diberikan obat kumur supaya gigi lebih bersih dan segar.
drg. Runi menambahkan, “Durasi pengerjaannya sekitar setengah sampai satu jam tergantung karang giginya banyak atau nggak. Kalo misalnya nggak terlalu banyak, relatif cepat, setengah jam cukup. Kalo misalnya banyak, kira-kira satu jam.”
Pada proses pembersihan karang gigi, pasien bisa mengalami perdarahan. “Berdarah itu wajar karena karang gigi ada yang tumbuh di sela-sela gigi dan gusi. Ketika kita bersihkan, gusinya ada perlukaan sedikit. Tadinya ketempelan karang gigi, terus lepas. Itu normal banget kalo keluar darahnya. Waktu udah selesai (perawatan), darahnya udah mulai berhenti,” ucapnya.
Perawatan Gigi
Dalam pandangan drg. Runi, kesadaran masyarakat untuk membersihkan karang gigi lewat prosedur scaling di dokter gigi terbilang masih kurang. Hal itu terjadi karena pada awalnya, karang gigi tidak menimbulkan rasa sakit. Ketika pasien sudah mengalami masalah gigi yang cukup serius, baru pasien mulai tergerak untuk periksa ke dokter gigi.
Padahal, ketika gigi pasien sampai goyang misalnya maka prosedur yang dilakukan tidak cukup hanya scaling saja, harus ada perawatan lanjutan. Di sisi lain, ada sebagian masyarakat yang sudah punya kesadaran sendiri untuk melakukan scaling secara rutin untuk merawat giginya.
Menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut merupakan keharusan setiap insan. Dengan begitu, permasalahan seperti karang gigi dapat dicegah seminimal mungkin. Caranya dimulai dengan hal yang sederhana seperti menyikat gigi secara benar dan teratur minimal 2 kali sehari. Waktu yang tepat untuk sikat gigi yakni sehabis sarapan di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari. drg. Runi menyarankan pula untuk pergi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk membersihkan karang gigi sekaligus melakukan pemeriksaan gigi.