Highlight.ID – Mainan tidak dapat dilepaskan dari tumbuh kembang anak. Ketika berada dalam usia dini, anak membutuhkan mainan yang bersifat edukatif agar mereka bisa lebih aktif dan terstimulasi. Satu hal yang harus diperhatikan, mainan harus disesuaikan dengan usia perkembangan anak.
“Karena bermain itu harus ada tujuannya. Nggak hanya senang tapi senang nggak dapat pengalaman apa-apa,” kata Cecilia Sinaga selaku Psikolog Klinis Anak. Menurutnya, bermain merupakan aktivitas yang sukarela. Tergantung usia anak, bermain juga perlu ada aturannya.
“Kalo anak usia dini yang pasti kalo mereka ada kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai dalam bermain, ya tidak apa-apa. Yang penting sukarela dulu supaya anak happy dalam melakukannya,” jelas Cecilia. Ia menyarankan agar anak tidak sendirian atau bersama teman ketika bermain.
Hal itu perlu dilakukan agar ada interaksi dan stimulasi dua arah dengan orang lain. “Anak lebih fokus, ada kontak mata, ada excited, rasa ingin tahu, penasaran. Main itu dapat dilakukan sendiri dan dalam grup. Tapi kalo sendiri, bagi saya, untuk anak yang masih terlalu kecil jangan terlalu sering karena stimulasinya nggak banyak,” lanjutnya.
Anak perlu mendapatkan stimulasi yang cukup melalui aktivitas bermain dalam kelompok. Itu dapat dilakukan dengan bergabung di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sehari-harinya, aktivitas utama anak di PAUD yakni bermain.
Cecilia menerangkan bahwa setiap anak selesai bermain, ia harus punya pengalaman. Dengan demikian, anak bisa mengingat dengan jelas apa yang telah mereka lakukan. Permainan harus mencakup aspek tumbuh kembang anak terdiri dari kognitif-bahasa, emosi, fisik, dan sosial. Dengan keempat aspek itu, keterampilan anak dalam berbagai hal termasuk salah satunya pemecahan masalah (problem solving) dapat ditingkatkan.
Permasalahannya, banyak orang tua dengan berbagai alasan yang justru memberikan mainan kepada anak agar dia bisa diam, tidak rewel, dan bermain sendiri. Perilaku orang tua itu perlu diubah karena pada dasarnya anak memerlukan interaksi dua arah ketika sedang bermain.
“Orang tua harus mengembangkan pengetahuan ini bahwa anak itu bukan sebuah beban. Tetapi, (masa) anak-anak itu merupakan perjalanan tumbuh kembang yang tidak akan bisa diulang,”