Highlight.ID – Sejak dimulainya era internet, tidak ada hal yang tidak kita lakukan tanpa terkoneksi. Dari hal menyangkut usaha seperti mengirim email, mengisi survei dan kuisioner, sampai hal terkecil seperti bercerita, posting foto di medsos. Setiap hari kita mengirimkan data berjuta-juta banyaknya lewat internet. Ya, kehidupan kita telah sangat bergantung dengan keberadaan internet.
Keberadaan internet memang sangat memudahkan kehidupan kita seperti terhubung dengan kolega dan keluarga di manapun, kapanpun, dan mengetahui informasi-informasi aktual. Tetapi, tahukah kamu, karena semakin tingginya penggunaan internet, beberapa tahun belakangan ini telah terjadi ‘ledakan data’. Tentu saja ini bukan ancaman bagimu, malah ‘ledakan data’ yang terjadi di dunia internet bisa kamu jadikan peluang untuk pengembangan dan revolusi bisnismu. Kok bisa?
Dengan menggunakan dan menganalisa lautan data yang tersebar di internet, sekecil apapun dan seremeh apapun data tersebut, kamu dapat mengetahui pangsa pasar dan kepuasan konsumen dari usahamu. Efektif dan efisien. Lalu, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita bisa menganalisis data yang begitu banyak bermunculan di internet dengan cepat dan tepat? Nah, jawabannya ada pada teknologi BIG DATA!
Definisi dan Karakteristik Big Data
Ada banyak variasi definisi big data. Namun, big data bisa disimpulkan sebagai data yang memiliki volume besar yang terstruktur maupun tidak terstruktur dan tidak dapat diproses dan disimpan menggunakan alat tradisional biasa sehingga harus menggunakan cara dan alat baru untuk mendapatkan nilai dari data ini. Istilah big data muncul ketika tren gelombang data terjadi akibat penggunaan internet yang kian tinggi. Selain bervolume besar, big data cenderung belum diketahui nilai bisnisnya jika belum dianalisis. Lebih rincinya, karakteristik big data terdapat tiga macam, yaitu volume, velocity, dan variety.
Baca Juga: Memahami Financial Technology (Fintech) Beserta Manfaatnya
1. Volume
Big data cenderung memiliki ukuran yang sangat besar. Tidak hanya terabyte, tapi sampai petabyte dan zettabyte. Untuk sebuah perusahaan besar, data dari para pelanggan dan pasar tentu sangat banyak. Salah satu perusahaan telekomunikasi dapat menyimpan lebih dari 1 milyar record data aktivitas browsing internet pengguna dalam sehari. Padahal, untuk membuat keputusan penting tentang kepuasan pelanggan, misalnya, data yang dibutuhkan untuk dikumpulkan tentunya berbulan-bulan. Tentu saja hal ini sangat menguras kapasitas, kan?
Jadi, sampai batas mana sebuah data dapat dikatakan sebagai big data? Tidak ada ketentuan resmi. Yang pasti, jika volume data membuat data tersebut tidak ekonomis atau tidak mungkin lagi untuk disimpan di penyimpanan data tradisional (network storage/database/data warehouse), maka data tersebut bisa dikatakan sebagai big data.
2. Velocity (kecepatan)
Sifat big data cenderung datang dengan volume yang banyak dan dengan waktu yang cepat, bahkan bersifat bersifat real-time. Bayangkan, ada data yang bersifat masif yang datang secara bersamaan. Tentu sangat membingungkan untuk menganalisisnya jika menggunakan alat analisis tradisional.
3. Variety (keberagaman)
Satu hal lain yang membuat big data tidak bisa dianalisis oleh alat analisis tradisional dan tidak bisa disimpan pada network storage/data warehouse tradisional adalah karena sifat big data cenderung beragam. Data bisa hadir dalam bentuk XML, CSV, TSV, dan bahkan ada yang dikompresi dalam format GZip, Zip, dan Rar. Kalau kamu ingin menyimpannya dan menganalisanya dengan data warehouse biasa atau alat analisis tradisional, maka kamu harus menyortir data terlebih dahulu. Tidak efisien sekali.
Baca Juga: PermataMobile X, Aplikasi Mobile Banking dengan Fitur yang Komplit
Teknologi Operasional dan Analisis Big Data
Untuk bertahan dan menang dari persaingan bisnis, tentu kamu harus mendapatkan akses dan menganalisis big data dengan cepat dan akurat. Lalu pertanyaannya, bagaimana kita memanfaatkan big data yang sangat potensial ini? Kamu bisa mengakses big data melalui aplikasi Hadoop. Sebagai platform big data, Hadoop memiliki kelebihan lain dan prinsip yang berbeda dari data warehouse maupun network storage biasanya.
Bila network storage mempunyai prinsip sortir dulu baru simpan, maka Hadoop kebalikannya, yaitu simpan dulu, sortir nanti. Kelebihan lainnya adalah harga penyimpanan per terabyte di Hadoop lebih murah dibanding data warehose umum lainnya. Padahal, data yang ingin disimpan sebagai big data volumenya sangat besar, variasinya beragam dan masih belum diketahui nilai bisnisnya. Hal ini dikarenakan Hadoop merupakan salah satu aplikasi yang bersifat open-source alias bisa dimanfaatkan oleh banyak orang secara gratis.
Sampai saat ini, alat yang mampu menganalisis big data masih dalam tahap awal pengembangan. Alat analisis biasa yang umumnya berbasis spreadsheet tidak mampu menganalisa big data. Kenapa? Alat analisis biasa memiliki keterbatasan mengelola big data. Bayangkan saja, kamu harus mengelola dan menganalisis data berukuran sangat besar, dengan jenis beragam, yang datangnya hampir bersamaan saat ia akan dianalisis sehingga dapat menghasilkan hasil analisis yang real-time. Tentu tidak mudah. Tetapi, untuk saat ini kamu bisa menganalisanya dengan big data operasional dan big data analitis.
Big data operasional adalah sistem yang memiliki kapabilitas operasional untuk pekerjaan-pekerjaan bersifat interaktif dan real time di mana data pada umumnya diserap dan disimpan. Sedangkan big data analitis adalah sistem yang menyediakan kapabilitas analitis untuk mengerjakan analisis yang kompleks dan retrospektif yang dapat melibatkan sebagian besar atau bahkan keseluruhan data sehingga menghasilkan data intrepertasi yang bernilai.
Baca Juga: Mudik Lebaran Sebentar Lagi, Begini Cara Cerdik Mengatur Keuanganmu
Teknologi NoSQL kini telah dikembangkan untuk menangani pekerjaan-pekerjaan big data operasional. Sistem big data operasional dengan database NoSQL menyerupai database berbasis dokumen (document-based database), key-value stores databased, column family stores, dan graph databased yang dioptimalkan untuk aplikasi yang lebih spesifik. Hal ini dapat mengatasi sifat keseragaman pada big data, sehingga kamu dapat menyortir lebih cepat dan mudah dibandingkan aplikasi tradisional lainnya.
Sedangkan untuk menganalisis big data, kamu bisa menggunakan sistem aplikasi ber-database MPP dan MapReduce. Aplikasi ber-database MPP dan MapReduce bisa membantumu menganalisis data yang memiliki alogaritma lebih rumit. Apabila kamu kesusahan mencari aplikasi berbasis MPP dan MapReduce, kamu bisa menggunakan MapReduce bawaan yang ada pada aplikasi Hadoop.
Manfaat Big Data
Sekelumit manfaat big data sempat dipaparkan di awal. Biasanya, perusahaan memanfaatkan big data untuk memprediksi atau melihat tren konsumsi beberapa tahun ke depan. Big data memungkinkan suatu perusahaan untuk mengumpulkan data-data real time dari produk-produk yang mereka pasarkan, dari sumber daya yang digunakan, dan data-data yang berkaitan dengan pelanggannya.
Kamu bisa melihat perilaku para pengunjung internet dari data hasil web click tracking. Kamu juga bisa melihat profil calon konsumenmu hingga hal terkecil melalui big data. Ketika kamu sudah mengetahui perilaku konsumen maupun calon konsumen, kamu bisa menerapkan strategi baru untuk penjualanmu. Dengan demikian, kamu bisa mengefisienkan pengeluaran usahamu dan meminimalkan risiko. Manfaat ini sering disebut sebagai the social media pattern.
Baca Juga: Tanda-tanda Orang Masuk Golongan BPJS, Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita
Akan tetapi, tidak hanya itu saja. Ada segudang manfaat dari big data jika kamu mau mengelolanya. Kamu bisa memanfaatkan IT log analytics dengan big data. Artinya, kamu dapat menyimpanan log jangka panjang yang dapat digunakan untuk analisa proses sistem yang sedang berjalan. Hasil analisisnya dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kegagalan dalam sistem. Sehingga kamu bisa menyiapkan langkah-langkah pasti yang dapat digunakan sebagai solusi masalah sistem.
Kamu juga bisa mendapatkan data rekaman percakapan baik berupa teks. Manfaat ini biasa disebut The Call Centre Mantra. Data rekaman tersebut dapat digunakan sebagai data untuk analisis masalah yang dihadapai pelanggan. Sehingga perusahaanmu bisa memberikan tanggapan yang cepat maupun secara langsung terhadap masalah yang dihadapi oleh pelanggan. Kamu juga bisa mendeteksi penurunan loyalitas pelanggan dikarenakan ada permasalahan dan ketidakpuasaan.
Saat ini, pihak HRD (Human Resouces Department) beberapa perusahaan, contohnya Starbucks, telah memanfaatkan big data untuk mengetahui kondisi perusahaannya. Mereka melihat bagaimana ‘kicauan’ karyawan tentang perusahaan di website mereka dan sosial medianya secara luas untuk mendapatkan gambaran kondisi perusahaan yang sebenarnya. Apabila karyawan mereka berkeluh kesah, maka pihak perusahaan akan melihat apa yang salah dari perusahaan mereka. Sehingga memungkinkan untuk tidak perlu melakukan pengisian kuisioner lagi.
Manfaat lain, kamu bisa meningkatkan efektivitas dan menurunkan biaya dari aplikasi yang sudah ada. Teknologi big data mampu menggantikan sistem berspesifikasi tinggi yang mahal. Ini dikarenakan banyak teknologi operasional dan analitis big data bersifat open-source atau terbuka. Dengan demikian, biaya yang dibutuhkan jauh lebih rendah dibandingkan teknologi yang hanya dimiliki dan dijual oleh suatu perusahaan.
Baca Juga: Wealth Wisdom 2018: Menemukan Arti Kekayaan Lewat Mind, Body, Soul + Tech
Jadi, kamu bisa menghemat pengeluaran, meningkatkan keuntungan dan mencapai target usahamu dengan memanfaatkan database big data ini. Semakin cepat dan tepat kamu meng-upgrade perusahaanmu sesuai dengan kemauan konsumen, maka semakin besar potensi loyalitas yang akan kamu dapatkan dari pelangganmu.
Sebenarnya, jika kita berbicara tentang big data, maka yang dimaksud bukan hanya tentang data yang berjumlah besar. Hakikatnya terletak pada mampukah kamu menyimpan, menggali, mengelola, dan menganalisisnya sehingga dapat memiliki nilai bisnis yang tinggi. Ini tentang bagaimana mengubah hal yang dulu dianggap ‘rongsokan’ menjadi emas!
Sayangnya, penggunaan big data di Indonesia masih belum optimal karena kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang big data serta sumber daya yang bisa memanfaatkannya. Padahal, keberadaan big data bisa menjadi senjata andalan untuk usahamu. Sangat disayangkan.
Merasa ribet dan susah mengaplikasikannya? Terkadang, memang susah untuk beralih ke inovasi baru setelah bertahun-tahun lamanya merasa nyaman dengan teknologi yang biasanya kita pakai. Peralihan ini memang membutuhkan adaptasi bagi pengguna barunya, apalagi bagi kamu yang tidak terbiasa dengan IT (information technology). Membaca artikel dengan istilah-istilah IT yang asing saja sudah cukup memusingkan, apalagi mempelajarinya secara mendalam.
Tetapi, Malin Kundera, seorang sastrawan Perancis, pernah mengatakan: “Bisnis hanya berkisar antara dua fungsi, yaitu marketing dan inovasi.” Pada zaman teknologi saat ini, sebuah perusahaan harus mampu terus berinovasi dan meng-upgrade diri agar tidak tergilas roda persaingan. Jadi, tidak ada kata rugi untuk mulai mempelajari pemanfaatan big data dari sekarang. Percayalah, effort yang kamu keluarkan akan sebanding dengan keuntungan yang akan kamu raih. Semuanya demi keberhasilan dan kemajuan bisnismu. Semoga berhasil. (pr/hw)