Highlight.ID – Dengan slogan “Ragam Satu Negeri”, Pendopo, unit bisnis Kawan Lama Group yang menjadi rumah bagi para UMKM lokal dan telah bekerja sama dengan lebih dari 100 UKM di seluruh Nusantara, terus bertekad untuk memelihara kekayaan budaya Indonesia, salah satunya dengan menghadirkan berbagai koleksi kebaya Nusantara.
Melalui toko yang berlokasi di Mal Living World Alam Sutera Lt.2 dan platform eCommerce ruparupa, Pendopo menghadirkan koleksi lengkap dan beragam kebaya Nusantara dari 30 UKM dan brand fashion, mulai dari kebaya tradisional hingga modern.
Tasya Widya Krisnadi selaku Direktur Pendopo menjelaskan, “Di Indonesia, kebaya bukanlah sekadar pakaian yang kita kenakan, kebaya memiliki filosofi yang melambangkan kesederhanaan, keanggunan, dan kepribadian pemakainya. Tiap-tiap daerah di Indonesia juga memiliki ragam jenis kebaya yang melambangkan nilai dan filosofinya masing-masing.”
“Hal inilah yang memanggil Pendopo untuk mengenalkan kekayaan budaya Indonesia melalui berbagai koleksi kebaya Nusantara, dari tradisional hingga modern, untuk anak-anak hingga orang tua, di antaranya Kebaya Bali, Kebaya Encim atau Peranakan, hingga kebaya dengan desain modern yang biasa disebut Kebaya Kartini,” aambungnya.
Dahulu kebaya dipandang sebagai pakaian tradisional yang bernuansa jadul. Namun seiring berkembangnya zaman, sudah banyak kebaya yang modelnya lebih modern dan mengikuti tren. Para desainer juga terus berinovasi untuk mengkreasikan kebaya agar terlihat lebih menarik dan dapat dikenakan oleh semua usia. Jenis Kebaya Modern ini sering juga disebut sebagai Kebaya Kartini. Pendopo menghadirkan koleksi kebaya Kartini untuk agar bisa dipakai dan menjawab selera kawula muda.
Namun, untuk tetap menghadirkan nilai-nilai tradisional, Pendopo juga menghadirkan pilihan kebaya tradisional, seperti Kebaya Encim atau Kebaya Peranakan. Kebaya Encim masuk ke Indonesia di kala gelombang migrasi penduduk Tionghoa ke Tanah Air meningkat akibat perdagangan. Dengan ciri khas material halus, lengkap dengan sulaman cantik di bagian pinggiran, pada zaman dahulu, kebaya ini biasa dipakai oleh wanita peranakan, yaitu wanita pribumi yang menikahi pria Tionghoa.
Selain itu, Pendopo juga menghadirkan koleksi Kebaya khas Bali. Sekilas terlihat mirip dengan Kebaya Jawa, Kebaya Bali memiliki desain yang lebih atraktif yang tak kalah dengan baju modern. Perbedaan yang paling mencolok terletak pada cara pemakaian selendang.
Pada Kebaya Jawa, selendang digunakan sebagai selempang di pundak, lain halnya dengan Kebaya Bali, umumnya selendang tersebut ditempatkan dalam kondisi terikat pada bagian pinggang. Cara pemakaian selendang pada kebaya Bali tersebut memiliki makna yang sangat penting, pengikatan selendang merupakan simbol pengikatan nafsu serta perilaku buruk ketika memasuki area pura. Biasanya selendang yang digunakan juga memiliki warna yang kontras dibandingkan dengan warna kain kebaya.
“Sebagai warisan leluhur yang sarat makna akan filosofi hidup, sudah selayaknya kebaya harus dilestarikan dan menjadi bagian hidup agar tidak tergerus oleh tren fashion. Kami harap dengan hadirnya berbagai ragam kebaya di Pendopo, semakin mendorong kelestarian kebaya nusantara,” akhir Tasya.