Highlight.ID – Sebagai pusat mode dunia, Prancis memiliki deretan desainer papan atas yang mampu melambungkan namanya. Sebut saja Christian Dior hingga Louis Vuitton yang kini menjadi fashion brand ikonik yang koleksinya dinanti-nanti para penggemar fashion.
Setiap merek maupun desainer asal Prancis tak sekejap mata muncul ke permukaan. Bahkan, banyak di antaranya yang telah berusia puluhan hingga ratusan tahun. Eksistensi fashion brand Prancis yang mampu melewati masa tentu bukan lah prestasi yang mudah digapai. Untuk mengetahui lebih jauh tentang merek-merek fashion Prancis, mari kita simak artikel ini sampai tuntas.
Fashion Brand Paling Populer Asal Prancis
1. Louis Vuitton
Ketika melihat logo monogram LV tentu pemerhati mode akan mengerti sebuah merek fashion populer asal Prancis, Louis Vuitton. Lahir dari keluarga petani, Louis Vuitton terbiasa bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan, pada usia 16 tahun, ia harus berjalan sejauh hampir 300 km dari kampung halamannya ke Paris.
Di sebuah perusahaan penghasil kotak bernama Monsieur Marechal, Louis Vuitton belajar bagaimana membuat kontainer yang tahan lama. Selanjutnya, pada tahun 1854, Louis Vuitton membuka toko pertamanya di Rue Neuve des Capucines. Ia berinovasi dan bereksperimen dengan membuat koper berukuran besar dengan berbagai macam model. Louis Vuitton juga memproduksi banyak tas yang terkenal dari masa ke masa di antaranya yakni Keepall, Speedy, dan Noe.
Baca Juga:
9 Fashion Brand Asal Jerman, Produknya dari Pakaian Hingga Sepatu
2. Maison Margiela
Awal karier Martin Margiela bermula pada tahun 1984 di mana ia bekerja di Jean Paul Gaultier sebagai asisten desain. Empat tahun berikutnya, desainer asal Belgia yang belajar fashion di Royal Academy of Antwerp ini mendirikan brand Maison Margiela yang memproduksi koleksi haute couture dan ready-to-wear. Maison Margiela yang dikenal dengan desain dekonstuktif dan avant-garde kerap menggelar live shows di tempat yang tidak biasa seperti di stasiun metro misalnya.
Martin Margiela memang telah pensiun dari jabatannya sebagai Creative Director, namun brand-nya masih tetap eksis. Soal siapa yang menggantikan posisinya adalah hal yang sulit ditebak. Pasalnya, Maison Margiela kini lebih cenderung bekerja dengan tim yang cenderung anonim tanpa ada satu creative director yang menonjol.
Baca Juga:
Hermès, Brand Mendunia yang Berawal dari Industri Perlengkapan Berkuda
3. Saint Laurent
Yves Saint Laurent dikenal sebagai fashion designer Eropa ternama yang mempunyai banyak pengaruh di dunia mode internasional. Lahir di Aljazair, dia pergi ke Paris untuk bekerja untuk Christian Dior. Lalu pada tahun 1961, Yves Saint Laurent bersama rekannya mendirikan fashion house pertamanya. Pendekatan yang dilakukan oleh Yves Saint Laurent yakni dengan menggabungkan antara fashion pria dan wanita.
Di era 1980-an, Yves Saint Laurent menjadi ikon fashion di mana mereka mulai melakukan ekspansi bisnisnya dengan memproduksi parfum pria dan wanita. Pada tahun 1978, Yves Saint Laurent mulai menjual produk-produk kosmetik. Yves Saint Laurent melakukan rebranding pada koleksi ready-to-wear dengan nama Saint Laurent. Meski demikian, beberapa produk seperti aksesoris fesyen dan produk kecantikan tetap menggunakan nama Yves Saint Laurent dan logo YSL.
4. Givenchy
Menjual beragam produk fashion mulai dari pakaian hingga parfum, Givenchy berdiri pada tahun 1952. Sang pendiri, Hubert James Taffin de Givenchy telah memulai kariernya sejak umur 17 tahun di mana ia bekerja di sebuah fashion house di kota Paris. Setelah mengenyam pengalaman yang cukup, Givenchy mendirikan toko pertamanya di Rue Afred de Vigny di distrik Paris.
Pada koleksi pertama, Givenchy menerapkan konsep ‘pemisahan’, memadukan kemeja elegan dan celana yang keren, garis yang terstruktur dan kain yang simple. Style-nya yang original tersebut dapat diterima sejak debut pertamanya. Artis Hollywood Audrey Hepburn adalah salah satu orang yang memakai koleksi Givenchy untuk film “Dragon and Phoenix Match”. Sejak itu, Givenchy mulai dikenal di kalangan bintang film. Givenchy pernah bertemu idolanya Critobal Balenciaga yang kemudian berteman dengannya.
5. Céline
Pada tahun 1945, Céline Vipiana dan suaminya membuka butik sepatu anak yang berlokasi di 52 Rue Malte. Dalam perkembangannya, butik tersebut mampu menarik pembeli dan berkembang menjadi beberapa cabang. Kesuksesan bisnis tersebut menjadi landasan bagi Vipiana untuk mengembangkan bisnisnya dengan menjual aneka macam pakaian wanita yang siap pakai (ready-to-wear).
Baca Juga:
7 Fashion Brand Asal Italia yang Paling Berpengaruh di Dunia
Selanjutnya sejak tahun 1960, Céline yang dimiliki oleh LMVH fokus pada produk-produk fashion wanita mulai dari tas, pakaian hingga sepatu. Salah satu desainer ternama yang pernah menjadi Creative Director untuk Céline yakni Phoebe Philio. Kariernya dimulai pada tahun 2008 dan mempersembahkan koleksi pertamanya di Paris Fashion Week 2020. Lalu, posisi Phoebe Philio digantikan oleh Hedi Slimane sebagai Artistic, Creative, dan Image Director.
6. Dior
Ketika Christian Dior memulai bisnisnya pada tahun 1947, ia mempunyai satu fokus, yakni mendefinisikan cara perempuan berpakaian. Pada tanggal 12 Februari 1947, Christian Dior menampilkan koleksi pertamanya sebanyak 90 look di Avenue Montaigne. Di kemudian hari, koleksi Dior tersebut dikenal sebagai “New Look” yang menggambarkan era revolusi pada tahun 40-an. Koleksi Dior lalu disebut-sebut sebagai pembangkit industri fashion di Prancis.
Nama Dior pun mulai dikenal di kalangan aristrokrat di Eropa dan artis-artis Hollywood di Amerika Serikat. Dior lalu melakukan ekspansi ke berbagai negara yang dimulai dari kota New York pada akhir tahun 1949. Koleksi Dior paling ikonik di antaranya yakni tas yang diperuntukkan bagi Puteri Diana dari Inggris. Saking terkenalnya, tas itu dinamai “Lady Dior” yang menjadi koleksi Dior paling dicari oleh fashionista.
7. Kenzo
Kenzo Takada yang lahir di Jepang pindah ke Paris pada tahun 1964 untuk memulai kariernya di industri fesyen. Pada tahun 1970, Kenzo membuat label fesyen dengan namanya sendiri dan membuka butik pertamanya di Galerie Vivienne. Ketika itu, butiknya yang disebut dengan “Jungle Jap” menjual beragam pakaian dengan ukuran lebar.
Kenzo yang kini berada di bawah naungan perusahaan multinasional LVMH dikenal dengan koleksinya yang memadukan gaya Eropa dan Jepang. Salah satu ciri yang dapat dikenali dari koleksi Kenzo yakni penggunaan warna-warna yang cenderung terang. Selain itu, ada pula koleksi yang lainnya yang menggunakan warna lebih kalem dan netral.
Baca Juga:
Menelusuri Jejak Bisnis Louis Vuitton (LV), Mulai dari Awal Kelahirannya
8. Longchamp
Fashion brand mewah asal Prancis, Longchamp didirikan oleh Jean Cassegrain pada tahun 1948. Awalnya, Jean Cassegrain membuat pipa yang dibalut dengan kulit dan selanjutnya memproduksi produk-produk berbahan kulit mulai dari dompet hingga tas. Salah satu inovasi Longchamp pada tahun 1970-an yakni penggunaan kulit dan kain nylon untuk koleksi koper (luggage).
Sejak saat itu, Longchamp yang dikenal dengan logo berbentuk kuda balap mulai fokus pada produksi tas tangan (handbag) dan koper wanita. Koleksi Longchamp yang paling sukses dan populer yakni Le Pliage, tas wanita yang bisa dilipat. Tas yang diproduksi pada tahun 1993 tersebut menampilkan bentuk yang sederhana dan terdiri dari dari beberapa pilihan warna. Selain tas, Longchamp juga menjual berbagai macam produk fashion pria dan wanita mulai dari pakaian hingga sepatu.
9. Balenciaga
Perkenalan Cristóbal Balenciaga pada dunia fashion tak dapat dilepaskan dari ibunya. Di usia yang masih sangat muda, 12 tahun, Balenciaga yang lahir tahun 1895 bekerja di sebuah penjahit. Pada tahun 1917, Balenciaga mendirikan rumah mode pertamanya di San Sebastian, Spanyol, bernama Eisa, diambil dari nama ibunya. Lalu, ia membuka rumah mode di Barcelona dan Madrid sebelum pindah ke Paris.
Bagi Balenciaga, proses desain dimulai dari kain daripada sebuah sketsa. Pengalaman Balenciaga yang dimulai di usia muda membuatnya sangat lihai dari aspek kerajinan mulai dari pattern drafting hingga finishing. Balenciaga dikenal dengan desainnya yang cenderung radikal. Salah satunya adalah ‘sack dress’ yang sangat populer di tahun 1960-an.
10. Chloé
Berpusat di Paris, Chloé merupakan fashion house yang telah eksis sejak tahun 1952. Pendirinya adalah Gaby Aghion yang memiliki visi untuk menawarkan pakaian siap pakai (prêt-à-porter) yang mewah. Selanjutnya, merek fashion asal Prancis ini dikelola oleh perusahaan induk bernama Richemont Group. Kemudian, pada akhir tahun 1960-an, Gaby Aghion merekrut beberapa talenta muda pada waktu itu seperti Michele Rosier, Karl Lagerfield, Graziella Fontana, Maxime de La Falaise, dan Gerard Pipart untuk melanjutkan visinya.
Pada tahun 1970-an, Karl Lagerfield membuktikan dirinya sebagai talenta yang memberikan pengaruh besar pada koleksi Chloé. Karya-karya Karl Lagerfield mempunyai sisi feminin dan romantis yang diwujudkan dalam busana wanita. Beberapa talenta lainnya yang ikut memberi warna pada koleksi Chloé di antaranya yakni Stella McCartney, Phoebe Philio, dan Hannah MacGibbon.
11. Balmain
Pernah bergabung sebagai pasukan angkatan udara Prancis, Pierre Bailmain lalu berpindah haluan ke dunia fashion setelah perang selesai. Balmain yang pernah mengenyam pendidikan di École des Beaux-Arts kemudian mendirikan fashion house dengan namanya sendiri di kota Paris. Pada masanya, Balmain sangat dikenal di kalangan artis ternama yang pernah mengenakan koleksinya.
Kini, Balmain telah mempunyai belasan toko resmi yang berada di London, New York, Miami, Milan, Las Vegas, dan kota-kota besar di dunia lainnya. Koleksi terbaru Balmain meliputi pakaian ready-to-wear seperti dresses, t-shirts, jeans, skirts, knitwear, pants, suit jackets, dan blazers. Ada pula koleksi seperti tas, sepatu, dan aksesoris fashion.
