Home Arts Benteng Vredeburg, Wujud Perdamaian Antara Belanda dan Keraton Yogyakarta

Benteng Vredeburg, Wujud Perdamaian Antara Belanda dan Keraton Yogyakarta

profil sejarah tempat tujuan objek pariwisata favorit terbaik yogyakarta dekat malioboro 0 kilometer fasilitas berapa harga tiket masuk htm kapan jam buka tiap hari liburan
Tampak Depan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta | Foto: Dok. Highlight.ID

Highlight.ID – Terletak di kawasan 0 kilometer Yogyakarta, Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan peninggalan Belanda yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Benteng Vredeburg dengan luas 46.574 meter persegi yang awalnya menempati tanah milik Keraton Yogyakarta ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1987.

Selanjutnya, berdasarkan SK Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, Benteng Vredeburg secara resmi ditetapkan sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Kini, Museum Benteng Vredeburg menjadi salah satu ikon wisata kota Yogyakarta yang sayang untuk dilewatkan. Apalagi, lokasinya berdekatan dengan Malioboro, Keraton Yogyakarta, dan Taman Pintar.

Sejarah Singkat

Politik pecah belah atau dikenal juga dengan ‘divide et impera’ yang diterapkan kolonial Belanda pada masa penjajahan berhasil memecah kerajaan Mataram Islam menjadi 2, yakni Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pecahnya kerajaan Mataram itu ditandai dengan adanya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.

“Di dalam pergantian raja, itu kan biasanya ada pertentangan-pertentangan. Akhirnya, itu dijadikan Belanda sebagai alat untuk memecah (belah),” jelas Muri Kurniawati, Edukator Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta saat ditemui Highlight.ID di kantornya.

Baca Juga: Ini Dia Museum 3D Paling Favorit di Indonesia, Kamu Sudah Mampir?

“Kemudian, Raja Jogjakarta, Sri Sulan Hamengku Buwono (HB) I bisa membangun Keraton (Yogyakarta) dengan sangat megah. Dan, itu cukup membuat Belanda khawatir, ‘jangan-jangan Sultan (HB I) yang baru ini nanti akan memberontak kepada Belanda’,” tambahnya.

Kemudian, Belanda yang dipimpin oleh Nicolaas Harting meminta Sri Sultan HB I untuk membangun sebuah benteng pada tahun 1760. Belanda bermaksud untuk menjaga keamanan di wilayah Keraton Yogyakarta dan sekitarnya. Namun di balik itu, tujuan utama Belanda sesungguhnya yaitu untuk mengontrol dan mengawasi perkembangan Keraton Yogyakarta.

Awalnya, benteng yang berbentuk bujur sangkar dibangun dengan 4 bastion (tempat penjagaan) yang terletak di setiap sudutnya. Adapun keempat bastion itu memiliki nama masing-masing, yakni Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara). Kala itu, bangunan benteng masih sederhana. Temboknya masih terbuat dari tanah yang beratapkan ilalang atau sirap dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren.

Baca Juga: Menengok Sejarah dan Kebudayaan Keraton Yogyakarta yang Adiluhung

profil sejarah tempat tujuan objek pariwisata favorit terbaik yogyakarta dekat malioboro 0 kilometer fasilitas berapa harga tiket masuk htm kapan jam buka tiap hari liburan
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta | Foto: Dok. Highlight.ID

Lalu, tepatnya tahun 1767, benteng tersebut diperbarui di bawah komando W.H. Van Ossenberg, Gubernur Belanda kala itu. Selesai pada tahun 1787, benteng itu kemudian dinamai “Rustenburg” yang artinya ‘benteng peristirahatan’. Namun, gempa dahsyat melanda Yogyakarta pada tahun 1867 yang mengakibatkan kerusakan pada bangunan benteng.

Setelah peristiwa itu, benteng dibangun kembali dan diberi nama “Vredeburg” yang memiliki arti ‘benteng perdamaian’. Nama itu dipilih sebagai pertanda bahwa antara Belanda dan Keraton Yogyakarta tidak saling menyerbu.

Menurut Muri Kurniawati yang merupakan lulusan S2 Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Benteng Vredeburg, dalam perkembangannya, memiliki berbagai macam fungsi. “Fungsi bangunannya sangat lengkap, (yakni) sebagai barak perwira, barak prajurit, rumah perwira, ada poliklinik, kandang kuda, gudang senjata, ada dapurnya,” ujar dia.

Baca Juga: Monumen Nasional, Tempat Terbaik Untuk Melihat Kota Jakarta dari Atas

Melestarikan Sejarah Perjuangan Bangsa

Lebih lanjut, Muri memaparkan bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta memiliki visi untuk melestarikan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia mengatakan, “Kalo untuk misinya, kita (Museum Benteng Vredeburg) sebagai sarana pendidikan yang edukatif tapi menyenangkan. Kemudian kita sebagai sarana pendidikan nonformal, pelestari benda-benda sejarah perjuangan.”

“Sehingga publik yang ingin memanfaatkan Museum Benteng Vredeburg itu kalo pengin berkegiatan di sini, ya harus sesuai dengan visi-misi itu,” tambahnya.

Koleksi Museum

Museum Benteng Vredeburg memiliki berbagai jenis koleksi di antaranya yakni koleksi bangunan seperti selokan, jembatan, benteng, hingga bangunan-bangunan di dalamnya. Selain itu, ada koleksi realia yang meliputi peralatan rumah tangga, senjata, naskah, peralatan dapur, pakaian, dan lainnya.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Sejarah Persandian Nasional di Museum Sandi

Ada pula koleksi foto, miniatur, replika, lukisan, dan alat peraga visual yang interaktif. Ditambah lagi, koleksi adegan peristiwa sejarah yang ditempatkan pada 4 ruangan diorama. “Penataan koleksi, kembali ke visinya (yakni) melestarikan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, disusun secara kronologis. Artinya, berurutan waktunya,” terang Muri.

Ruang Diorama I

profil sejarah tempat tujuan objek pariwisata favorit terbaik yogyakarta dekat malioboro 0 kilometer fasilitas berapa harga tiket masuk htm kapan jam buka tiap hari liburan
Ruang Diorama I Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta | Foto: Dok. Highlight.ID

“Ruang Diorama I itu (koleksinya) dari Perang Diponegoro hingga zaman Jepang,” kata dia. Terdapat 11 buah diorama yang ditampilkan di Ruang Diorama I di antaranya yakni tentang Pangeran Diponegoro bersama Kyai Mojo dan Pangeran Mangkubumi di Goa Selarong menyusun strategi perlawanan terhadap Belanda.

Diorama lainnya menceritakan tentang berdirinya Tamansiswa pada tahun 1922, gerakan pemuda dan perempuan, latihan kemiliteran bagi anak-anak sekolah dan pemuda pada masa pendudukan Jepang. Selain itu, ada pula beberapa replika senjata seperti senjata lantakan yang banyak dipakai oleh prajurit Belanda. Di pihak lain, pasukan Pangeran Diponegoro menggunakan senjata bandhil.

Ruang Diorama II

profil sejarah tempat tujuan objek pariwisata favorit terbaik yogyakarta dekat malioboro 0 kilometer fasilitas berapa harga tiket masuk htm kapan jam buka tiap hari liburan
Ruang Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta | Foto: Dok. Highlight.ID

Selanjutnya, Ruang Diorama II menampilkan sebanyak 19 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah mulai dari Proklamasi atau awal kemerdekaan hingga Agresi Militer I (1945 – 1947). Adapun Ruang Diorama II menempati bekas bagunan Perumahan Perwira Utara I yang dulunya merupakan tempat tinggal perwira.

Baca Juga: Museum Sonobudoyo Sebagai Wahana Belajar Budaya dan Sejarah

Salah satu diorama menceritakan peristiwa penurunan bendera Hinomaru dan pengibaran bendera Merah Putih di depan Gedung Agung Yogyakarta. Ada pula diorama yang menceritakan Pertempuran Kotabaru yang melibatkan para pemuda dengan tentara Jepang. Selain diorama, ditampilkan pula beberapa karya seni seperti poster yang digunakan oleh seniman sebagai media perjuangan.

Ruang Diorama III

profil sejarah tempat tujuan objek pariwisata favorit terbaik yogyakarta dekat malioboro 0 kilometer fasilitas berapa harga tiket masuk htm kapan jam buka tiap hari liburan
Ruang Diorama III Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta | Foto: Dok. Highlight.ID

Menuju ke Ruang Diorama III, terdapat 18 buah diorama yang mengisahkan peristiwa sejarah mulai dari Perjanjian Renville sampai dengan Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS). Salah satunya, yakni diorama yang menceritakan tibanya Pasukan Divisi Siliwangi yang hijrah di Stasiun Tugu Yogyakarta dan disambut oleh Panglima Besar jenderal Soedirman.

Terdapat pula diorama yang menceritakan Serangan Umum 1 Maret 1949 di mana pasukan TNI bersama gerilyawan terlibat kontak senjata dengan tentara Belanda di Hotel Tugu. Lalu, ada diorama yang menggambarkan pelantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS oleh Mr. Kusuma Atmadja selaku Ketua Mahkamah Agung waktu itu.

Baca Juga: Lawang Sewu, Saksi Bisu Sejarah Perkeretaapian di Indonesia

Ruang Diorama IV

profil sejarah tempat tujuan objek pariwisata favorit terbaik yogyakarta dekat malioboro 0 kilometer fasilitas berapa harga tiket masuk htm kapan jam buka tiap hari liburan
Ruang Diorama IV Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta | Foto: Dok. Highlight.ID

Beralih ke Ruang Diorama IV yang letaknya di bagian paling belakang, terdapat 7 buah diorama yang menceritakan peristiwa sejarah periode Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sampai dengan masa Orde Baru (1950 – 1974). “Sebenernya koleksi kita tidak berhenti sampai masa Orde Baru saja, masa Reformasi juga ada,” jelas Muri.

Menurut Muri, beberapa koleksi Museum Benteng Vredeburg disimpan di storage karena keterbatasan ruangan yang ada. “Nanti kalo pas pameran-pameran tematik itu baru kita keluarkan koleksinya,” papar dia.

Museum Benteng Vredeburg dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang untuk pengunjung. Di antaranya yakni taman, halaman dalam dan luar, ruangan-ruangan yang dimanfaatkan untuk rapat, seminar, ceramah, diskusi, dan pameran, Selain itu, ada juga perpustakaan yang berisi berbagai macam buku, hotspot area, dan sepeda untuk berkeliling museum.

Selain Ruang-ruang Diorama, terdapat Ruang Pengenalan/Mini Studio dengan kapasitas kurang lebih 50 orang. Di ruangan ini, pengunjung dapat melihat film-film dokumenter dengan durasi sekitar 10 – 15 menit. Sebagai sarana pembelajaran, Museum Benteng Vredeburg juga menampilkan media interaktif di Ruang Diorama I dan II berupa visualisasi sejarah pada layar sentuh.

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Alamat: Jl. Margo Mulyo No. 6 Yogyakarta
Telepon: 0274 – 586934
Website: www.vredeburg.id
Email: [email protected]
Instagram: @museum.benteng.vredeburg

Peta Lokasi