Highlight.ID – Sebanyak 12 desainer yang tergabung di Indonesian Fashion Chamber (IFC) dari berbagai daerah tampil di ajang Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2019 tanggal 1 Mei 2019 di Jakarta Convention Center. Masing-masing desainer membawakan konsep dan tema yang berbeda-beda di hadapan para pemerhati mode Tanah Air.
Keduabelas fashion designer dari IFC adalah Ammy Tee, Wignyo, Inali.co by Lisa Fitria & Ina Priyono, Anggia Handmade, Iffah M. Dewi X Kaji Habeb, “Amres Art” Lanny Amborowati, Anggie Rachmat, Batik Campa by Puteri Rizkia, La Rose by Najua Yanti, Chaera Lee, & Nia The Novijanto, Neera Alatas, dan IRMAINTAN.
IFC Parade di Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2019
Ammy Tee
Terinspirasi dari Yunani, Ammy Tee dari IFC Chapter Jakarta menampilkan koleksi berjudul “Ingatan” dengan penggunaan bahan seperti linen dan woll. Ia mempresentasikan karyanya dengan nuansa peradaban Asia yang berkesan kontemporer dan modest agar dapat dipakai oleh hijabers maupun yang tidak memakai hijab.
Wignyo
Membawakan tema “Kamooru”, Wingyo menggunakan kain tenun dari Desa Masalili, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. “Kamoru itu sendiri sebenarnya diartikan (sebagai) kain sarung. Menurut tradisi mereka (masyarakat Desa Masalili), kalo membuat kain tenun itu harus bersih jiwa, tenang supaya membuat motifnya dilancarkan. Hal-hal seperti itu masih kental sekali,” ungkap Wignyo.
Menurut Wignyo, di daerah Masalili, banyak penenun kain kamooru namun produktivitasnya masih kecil karena belum masuk kategori industri. Lewat ajang MUFFEST 2019, Wignyo yang didukung oleh Bank Indonesia Sulawesi Tenggara ingin memperkenalkan kain tenun Kamooru agar dapat lebih dikenal oleh khalayak luas.
Inali.co by Lisa Fitria & Ina Priyono
Dua desainer IFC, Lisa Fitria dan Ina Priyono berkolaborasi untuk mengeluarkan brand baru Inali.co. “Kita mau bikin brand yang bikin hati orang gembira dan bahagia. Warna-warnanya itu fun,” kata Lisa. Dengan menggunakan teknik cetak digital, koleksi Inali.co berupa gamis dan tunik menampilkan motif-motif pada setiap itemnya.
Anggia Handmade
Terinspirasi dari bunga mawar, koleksi premium Anggia Handmade mengambil judul “Unalome” dari bahasa Hungaria yang berarti ‘kebosanan’, sehingga membutuhkan pencerahan. Lewat koleksi ini, Anggia Handmade mengingatkan bahwa suatu perjalanan tidak lah selalu lurus, tidak selalu sempurna meskipun arahnya sudah benar.
Bunga mawar itu sendiri memiliki karakteristik kelopak bersusun yang berarti proses tahapan penuh perjuangan menuju keindahan dan keberhasilan. Sebanyak 6 look dengan siluet A dan siluet H, koleksi Anggia handmade menggunakan material dasar chiffone, cotton polyester yang berkesan mewah.
Berbentuk evening dress, koleksi ini mengaplikasikan cutting umbrella dress lengan panjang. Selain itu, embroidery diaplikasikan pada akhiran dress, kerah atau lengan dalam bentuk aksen tidak full. Ditambah lagi dengan kerudung segi empat berwarna yang senada dengan dress, bandana berornamen batu berwarna autumn.
Iffah M. Dewi X Kaji Habeb
Berkolaborasi dengan Kaji Habeb, seniman lukis batik, Iffah M. Dewi yang berasal dari IFC Chapter Yogyakarta menampilkan koleksi bertajuk “Mantiq Attair”. “Seorang penyair sufi dari Persia menceritakan perjalanan spiritualnya dalam pencarian Tuhan. Kolaborasi ini menggunakan batik yang berwarna warni kemudian digabungkan dengan Batik Sogan. Setiap desain ada kisahnya sendiri-sendiri,” jelas Iffah.
Batik Campa by Puteri Rizkia
Koleksi Batik Campa oleh Puteri Rizkia menampikan warna-warna seperti hijau, biru, dan pink yang dipadukan dengan aneka macam motif bunga.
“Amres Art”, Lanny Amborowati
Pertama kali tampil di panggung MUFFEST, Lanny Amborowati berkolaborasi dengan desainer asal Lithuania meluncurkan brand baru bernama “Amres Art”. Desainer dari IFC Chapter Yogyakarta ini menampilkan koleksi dengan motif lukis batik. “Saat ini banyak manusia yang tersesat di budaya konsumen dan teknologi. Jadi semakin kehilangan kontak dengan realitas, kegembiraan dalam hidup, dan kreativitas. Riset mengungkapkan bahwa melalui keindahan, manusia mendapatkan kembali kemampuan untuk merasakan, menciptakan, dan hidup. Jadi, lukisan itu akan lebih spontan,” papar Lanny.
“Saya mengambil tema Exuberant, masih di fashion trend 2019/20120 dipadukan dengan Svarga. Warna-warnanya merah, kuning, biru elektrik, hitam sedikit, dan putih,” tambahnya. Ia berharap brand terbarunya ini dapat dipasarkan di benua Eropa.
Anggie Rachmat
Kali ini, Anggie Rachmat yang berasal dari Lampung menampilkan koleksi pakaian muslimah ready to wear dengan bahan kain tapis. “Saya selalu mengangkat kain etnik untuk semua konsep desain. Sebelumnya lebih casual, (seperti) outer namun sekarang saya coba untuk mengeluarkan second brand saya ‘Sheenaz’ yang berarah ke (pakaian) muslim,” ujar Anggie.
Berbeda dengan karya-karya sebelumnya yang menggunakan warna-warna matang seperti hitam, emas, atau merah, koleksinya di fashion show ini menggunakan warna-warna yang lebih soft dan feminin. “Tetap menggunakan tapis sebagai detail, tapi warna yang saya pilih menggunakan pink dan silver,” imbuhnya.
La Rose by Najua Yanti, Chaera Lee, & Nia The Novijanto
La Rose yang berkonsep fun syar’i merupakan brand yang dikembangkan oleh 3 fashion designer yakni Najua Yanti, Chaera Lee, & Nia Novijanto. Koleksi La Rose sendiri berkesan pop namun warna-warnya lebih cenderung medium. “La Rose ini memang ditujukan untuk pasar busana syar’i yang baru memulai hijrah ke busana dengan potongan hijab panjang,” jelas Najua Yanti.
Mengusung tema “Le Primptems Délicieux” yang artinya ‘kelezatan musim semi’, La Rose menggunakan warna seperti kuning, pink, dan biru dengan ornamen-ornamen berbentuk makanan serta aksesori kacamata.
Elva Fauqo
Mengangkat kain tenun sabu, Elva Fauqo merancang pakaian dengan basic military dengan nuansa yang modern dan berkarakter. Untuk memperkuat kesan militer pada rancangannya, Elva menambahkan detail seperti zipper dan button. “Tenun sabu itu, kita pakainya yang lawasan (yang) kita pertegas dari segi cutting-nya, detailnya,” kata dia.
Neera Alatas
Sementara, Neera Alatas menampilkan koleksi yang bernuansa Abad Pertengahan. “Saya mengambil romantisme wanita Zaman Pertengahan, latar belakangnya di Eropa. Jadi, saya buat desainnya itu enggak terlalu klasik tapi lebih sedikit modern, menggunakan warna-warna alam, feminin, sweet tapi elegan,” ujar dia.
IRMAINTAN
Bertajuk “Camino de Luz” dalam bahasa Spanyol yang artinya “jalan menuju cahaya”, Irma Intan mengambil inspirasi dari tembok beton yang kokoh, kuat, dan keras. Ditambah lagi, dengan baut-baut beton yang tersusun menciptakan motif khas pada bangunan tersebut.
Seperti halnya di balik sifat wanita muslimah yang lembut, tersembunyi kekuatan untuk selalu memegang tali Sunnah. Koleksi Irma Intan kali ini menggunakan bahan-bahan material seperti denim, leather, tulle, dan polyester. Dipadukan dengan detail seperti studded, leather dan warna hitam, grey, dan biru denim.