
Highlight.ID – Kehadiran e-commerce di Indonesia yang berupa situs-situs belanja online maupun marketplace mampu meningkatkan efisiensi dari berbagai aspek. Beragam manfaat pun dapat dirasakan oleh masyarakat dengan berbelanja secara online lewat situs-situs e-commerce.
“Kami sangat mengapresiasi perkembangan e-commerce hingga saat ini yang telah berhasil meningkatkan efisiensi dalam transaksi dan mendorong inklusivitas. Efisiensi dalam transaksi dapat dirasakan baik masyarakat di Jawa (dan) di luar Jawa,” ujar Mohammad Rudy Salahuddin selaku Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian pada pembukaan Pasar idEA di Jakarta Convention Center, Jumat (15/9/2019).
Berdasarkan riset McKinsey konsumen di luar Jawa dapat menghemat 11 – 25% dari berbelanja melalui e-commerce dibandingkan berbelanja secara konvensional. Ia mencontohkan platform agribisnis yang dapat mendorong pemanfaatan teknologi digital oleh petani dan nelayan. “Platform agrikultur yang mulai berkembang saat ini telah dapat menghubungkan langsung antara petani atau nelayan dengan konsumen sehingga konsumen mendapatkan harga yang lebih murah dan petani atau nelayan mendapatkan keuntungan yang lebih besar,” ujar Rudy.
Prediksi Bisnis E-Commerce
Keuntungan lain yang dapat dirasakan masyarakat yakni hadirnya layanan financial technology (fintech) di mana masyarakat dapat memperoleh pendanaan dengan lebih mudah. Perkembangan teknologi yang demikian cepat memicu adanya perubahan pola konsumsi masyarakat. “Proyeksi pertumbuhan pasar e-commerce akan naik dari USD8 miliar di tahun 2017 menjadi USD55 – 65 miliar pada tahun 2022,” tambahnya.
Sementara proyeksi konsumsi individu secara online pertahun akan naik dari USD260 pada tahun 2017 menjadi USD620 di tahun 2022. Rudy berujar, “Potensi ini merupakan peluang yang besar bagi UKM dan e-commerce untuk terus mengembangkan bisnisnya dan berinovasi. Di sisi lain penetrasi internet di Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 64,8 persen. Kendati demikian masih banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan internet hanya untuk sarana komunikasi dan mengakses sosial media.”

Menurut Rudy, kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku bisnis. Ia berharap agar para pelaku bisnis agar dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan e-commerce. “Kami harapkan ke depan akan lebih banyak produk lokal yang dipasarkan melalui e-commerce. Tantangan lainnya bagaimana kita dapat memanfaatkan e-commerce untuk perluasan akses pasar yang saat ini sebagian besar masih berpusat di Jawa sekaligus menyiapkan cross-border,” ujar dia.
Menurut prediksi, terdapat lebih dari 2 miliar pembeli e-commerce yang akan bertransaksi secara cross-border di tahun 2020. Kontribusinya mencapai 13,5% dari seluruh retail online.
Perlindungan Konsumen
Bisnis startup e-commerce memerlukan inovasi-inovasi agar dapat terus maju dan berkembang. “Namun di sisi lain, di balik perkembangan e-commerce yang begitu pesat, salah satu isu yang menjadi perhatian adalah mengenai perlindungan konsumen,” katanya.
Untuk itu, pihaknya berharap agar perusahaan-perusahaan e-commerce mampu memberikan perlindungan kepada konsumen terkait data-data pribadi. “Selain itu, transaksi e-commerce juga sangat memerlukan transparansi, keandalan, mekanisme layanan pengaduan, dan mekanisme penyelesaian sengketa untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi konsumen ketika bertransaksi,” imbuh dia.
Rudy memaparkan bahwa saat ini pemerintah berupaya memberikan kepastian hukum lewat regulasi-regulasi yang berkaitan dengan perlindungan data pribadi dan perdagangan melalui sistem elektronik. Fokus kebijakan pemerintah tentang e-commerce yakni penguatan pelaku usaha dan produk lokal, perlindungan konsumen, persaingan usaha yang sehat, dan pengembangan digital talent.
“Pemerintah akan memfokuskan diri pada akselerator dan akan mendukung pengembangan ekosistem yang kondusif melalui program kebijakan dan regulasi yang diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM,” ujar Rudy.