Highlight.ID – Meski Lebaran tahun 2019 masih beberapa bulan lagi, namun persiapan untuk mudik telah dimulai sejak jauh-jauh hari. Fitri Tropica, artis, penyiar sekaligus presenter juga melakukan hal yang serupa. “Sekarang kita coba persiapan jauh lebih matang,” kata dia saat ditemui pada acara “H-90 Mudik Lebaran Bersama Tiket.com” di Artotel Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat.
Istri dari Irvan Hanafi ini menyadari bahwa persiapan yang matang menjelang mudik lebaran harus dilakukan untuk menghindari pengalaman buruk yang pernah dialaminya. Fitri Tropica bersama suaminya pernah terjebak kemacetan di jalan tol ketika dalam perjalan menuju kampung halamannya, Cimahi, Jawa Barat.
“Pernah ada kejadian beberapa tahun yang lalu, kita mudik lewat tol itu terjebak sampai belasan jam. Dan itu beneran, sampe ngerasain kelaperan,” ujar Fitri Tropica. Meskipun demikian, Fitri Tropica mengaku merasa beruntung waktu itu mudik bersama suami.
“Bersyukur banget aku sama Allah, Alhamdulillah waktu itu aku mudik sama suami. Jadi, pada waktu aku ngerasa laper, aku ngelihat dia, hati dan perut yang semula kosong terisi penuh. Tapi, tetep aja laper juga, ya, berjam-jam di jalan,” ungkapnya.
Baca juga:
- Cara Mudah Bepergian ke Rengat dengan Rute Penerbangan Baru Wings Air
- 7 Aplikasi Ini Permudah Kamu Memesan Tiket Pesawat dan Kereta Api
- Wings Air Buka Penerbangan ke Morowali, Berangkat dari Makassar dan Kendari
Agar kejadian buruk tersebut tidak terulang kembali, tahun ini, Fitri Tropica berencana mudik dengan menaiki kereta api. Ia berpikir mudik dengan naik kereta setelah melihat Instagram milik teman-temannya yang terlihat nyaman naik kereta api ke Bandung. “Jadi, kayaknya mau planning naik kereta karena kalo naik kereta nggak bakal kena macet, dikasih makan juga, nggak kelaperan,” tambah dia.
Dalam kesempatan yang sama, Aakar Abyasa, Founder & CEO Jouska Indonesia, mengungkapkan bahwa mudik merupakan suatu fenomena yang terjadi tiap tahun di Indonesia. Namun, mudik seringkali menyisakan permasalahan seperti hutang maupun cicilan yang harus segera dibayar. “Itu sudah fenomena (yang) terjadi pada setiap orang, setiap tahunnya,” kata dia.
Menurut Aakar, fenomena mudik yang meninggalkan hutang menumpuk dan terjadi setiap tahun merupakan satu hal tidak bisa dibenarkan. Ia menganggap perlunya strategi finansial agar orang tidak terjebak pada permasalahan yang disebut dengan ‘Mudik Trap’. “Makanya perlu memang punya strategi finansial yang lebih proper supaya nggak selamanya kena masalah begini,” tambahnya.
Aakar memaparkan bahwa persiapan mudik lebaran dapat dilakukan jauh-jauh hari seperti H-90 misalnya. Dalam rentang waktu tersebut, pemudik dapat menyisihkan uangnya untuk kebutuhan-kebutuhan yang lebih prioritas. Ia menegaskan bahwa tiket mudik lebaran adalah hal yang harus lebih didahulukan di antara kebutuhan lainnya.
Lebih lanjut, Aakar menilai banyak orang yang seringkali menunda pembelian tiket hingga menit-menit terakhir dan lebih mendahulukan belanja untuk oleh-oleh. “Padahal kebutuhan primer kita justru tiketnya,” katanya.
Kondisi berbeda dialami oleh orang yang memang sudah memiliki dana finasial yang lebih dari cukup. Aakar mengatakan, “Kalo situasi finansial kita baik-baik saja, nggak banyak dramanya, mau beli (tiket) deket-deket hari (Lebaran), ya silahkan. Cuman masalahnya, tiketnya nggak selalu tersedia.”
Seperti yang dijelaskan oleh Aakar, pemudik perlu membuat daftar kebutuhan prioritas dari yang paling penting. “Jadi kita cicil berdasarkan kebutuhannya, bukan cicil bayarnya. Beli tiket dulu, takutnya nanti kehabisan, beli tiket sekarang. Karena makin deket hari (Lebaran), semakin mahal,” imbuh dia.
Pendapatan yang besar tidak menjamin bahwa orang akan terbebas dari hutang dan cicilan yang menumpuk. Hal itu terjadi karena semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula pengeluaran akibat tuntutan gaya hidup yang tidak ada batasannya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, orang dengan pendapatan tinggi malah justru semakin besar hutangnya.
“Mudik trap ini sudah seperti lingkaran setan yang terjadi setiap tahun. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana, sih, keluar dari mudik trap ini?” ujarnya.
Aakar mengungkapkan bahwa setiap keluarga umumnya memiliki budget untuk liburan bersama keluarga. Libur lebaran sekaligus menjadi momen untuk liburan bersama keluarga tercinta karena mungkin tidak ada waktu lain lagi.
Sebagai simulasi, Aakar mencontohkan orang dengan pendapatan Rp. 10 juta per bulan. Dari jumlah tersebut, disisihkan Rp 2 juta per bulan untuk liburan sehingga dalam 1 tahun mempunyai dana Rp. 24 juta. Dana liburan Rp. 24 juta per tahun itu, yang digunakan untuk liburan hanya Rp. 15 juta. Dengan begitu, masih tersisa Rp. 9 juta sebagai investasi yang bisa digunakan untuk liburan tahun depan.
Jika menerapkan strategi finansial yang dijelaskan oleh Aakar, maka dalam satu titik, orang tidak akan perlu lagi memikirkan duit untuk liburan. Karena dana sudah terkumpul dari hasil menyisihkan duit setiap bulannya.