Highlight.ID – Melihat kebutuhan akan talenta voice over di dunia industri, sekelompok orang mendirikan sebuah audio marketplace dan digital voice over agency bernama Inavoice.com. Perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta dan berdiri pada 1 September 2020 ini memberikan fasilitas bagi para talenta voice over agar bisa mendapatkan pekerjaan. Pada saat yang bersamaan, Inavoice.com memberikan solusi bagi perusahaan yang ingin mencari talenta.
Salah satu pendiri Inavoice.com yang sekaligus berperan sebagai CEO adalah Jatmiko Kresnatama. Ia merupakan lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menggemari hal-hal yang berbau teknologi seperti hardware computer, computer gaming, musik, dan menulis. Penggemar Kobe Bryant dan Steve Jobs ini sangat percaya bahwa Dopamine Detox merupakan jalan keluar untuk meningkatkan kreativitas.
Ketertarikan Jatmiko pada dunia audio telah dimulai sejak tahun 2006 di mana pada saat itu ia berinteraksi dengan komunitas musik hiphop di Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun 2011, Jatmiko menekuni dunia audio engineer profesional dengan bergabung di sebuah studio post production audio ternama di Jogjakarta yaitu TigadB Sound Farm sebagai pembuat kopi.
Dari mulai membuat kopi, menjadi sound utility, akhirnya pada tahun 2014 Jatmiko mulai dipercaya untuk menjadi bekerja menjadi sound designer untuk beberapa film pendek dan festival film. Di tahun 2015, Jatmiko yang memutuskan untuk berhenti dari industri film mulai tertarik untuk belajar bisnis audio. Hingga tahun 2020, di tengah pandemi, Jatmiko bersama 3 orang teman yang lain mendirikan Inavoice, sebuah digital voice over agency dan audio marketplace di Indonesia.
Kepada Highlight.ID, Jatmiko mengungkapkan lebih detail tentang Inavoice lewat surat elektronik. Berikut petikan wawancara yang berisi tentang awal mula Inavoice berdiri hingga bagaimana prospek bisnis di masa datang.
Kenapa memilih platform digital voice over agency?
Trend industri voice over baru benar-benar berkembang sejak tahun 2015. Banyak orang yang baru mulai memahami bahwa ada, loh, job voice over talent. Voice over talent itu berbeda dengan dubber. Voice over talent dan dubber itu scope pekerjaan dari narator, and the list goes on.
Baca Juga:
Industri Perfilman Nasional Makin Maju, Peluang Kerja Terbuka Lebar
Pemahaman-pemahaman yang baru disadari semenjak tahun 2015 ini, seakan di-enhance melalui adanya pandemic Covid-19, banyak orang yang mencari pekerjaan tambahan, dan social media influencer di bagian voice over mulai banyak dikenal seperti mas Bimo Kusumo, mas Kristo Immanuel, dan mbak Putri Saud.
Seakan semua orang kaget dan ingin mulai menjadi voice over talent.
Pada akhirnya, kami memutuskan untuk membuat digital voice over agency untuk memenuhi kebutuhan itu. Menjadi tempat bagi voice over talent untuk memasang profilnya dalam sebuah platform di dunia maya dan menjadi tempat untuk rujukan client pencari jasa voice over yang berkualitas.
Bagaimana prospek bisnis digital voice over agency?
Menurut saya, bisnis ini akan sangat berkembang karena dalam industri ini masih sangat banyak kekurangan. Seperti hal lain yang berkembang begitu pesat, banyak sekali ‘lubang’ yang tertinggal dan menjadi halangan untuk industri ini maju. Beberapa ‘lubang’ yang selalu menjadi pertanyaan adalah mengenai kesamarataan kualitas audio, timpangnya rate dan edukasi talent mengenai hal ini. Begitu pula dengan kanal edukasi yang sulit untuk didapatkan, khususnya bagi client dan talent.
Namun seiring berkembangnya zaman, dan mulai banyak orang yang peduli dengan industri ini, diharapkan ‘lubang-lubang’ tersebut dapat tertutupi sehingga industri voice over dapat berkembang lebih baik lagi dan lagi.
Bagaimana perkembangan Inavoice sejak berdiri hingga sekarang?
Sejak berdiri hingga sekarang, Inavoice menunjukan perkembangan yang cukup signifikan menurut saya. Dilihat dari jumlah traffic yang datang pada website kami setiap harinya, dan jumlah client yang mulai mengetahui platform kami eksis dan menghubungi kami.
Jumlah calon talent yang ingin mendaftar pun cukup banyak, terhitung setiap hari hampir 20 – 50 talent menghubungi kami untuk masuk pada platform kami.
Baca Juga:
Film, Produk Ekonomi Kreatif yang Paling Cepat Pertumbuhannya
Bisa dijelaskan tentang iVoice Algorithm?
Secara singkat, iVoice Algorithm adalah algoritma yang kami ciptakan untuk membuat setiap profile voice over talent yang terpajang di homepage dan di page voice over talent website kami mendapat kesempatan yang sama untuk dilihat oleh client.
Kesempatan yang sama untuk dilihat oleh client ini merupakan hal yang penting bagi voice over talent karena menjamin kesamarataan kesempatan yang didapat oleh talent. Banyak platform agency yang bahkan menjual ads bagi talent yang ingin terpampang di bagian depan pencarian. Kami bahkan belum memikirkan itu. Kami memfokuskan untuk mencari talent terbaik yang bisa didapatkan oleh klien.
Bagaimana proses kerja antara klien dan talent di Inavoice.com?
Prosesnya adalah:
- Klien mengklik request quote pada profile talent kami,
- Klien mengirim brief, seperti naskah, referensi tonal dan intonasi, video, budget, dll,
- Kami menanyakan availability talent dan rate talent untuk project,
- Kami mengirimkan quotation dan invoice pada client,
- Klien melakukan pembayaran front payment,
- Produksi dilakukan,
- Preview dari hasil produksi kami kirimkan,
- Proses revisi kami berikan 2x dalam 2 minggu,
- Bila tidak ada revisi, kami mengirimkan invoice pelunasan pada client,
- Pembayaran pelunasan dari client,
- Pengiriman data high resolution audio yang telah di mastering sesuai channel distribusi yang diinginkan.
Bagaimana Inavoice mendapatkan pendanaan?
Inavoice.com merupakan start up digital voice over agency dan audio marketplace self-funding, di mana sampai saat ini kami masih meyakini bahwa kami mampu menggunakan dana yang tersedia untuk mengembangkan bisnis ini.
Bagaimana cara Inavoice untuk meningkatkan brand awareness?
Kami membagi strategi kami menjadi 2, yaitu organic dan paid.
Organic berarti kami menggunakan kemampuan kami untuk beradaptasi dengan algoritma mesin pencari yang selalu berubah. Kami merasakan betul dampak dari perubahan algoritma pada akhir tahun 2020 kemarin. Cukup mengejutkan memang, namun juga menyenangkan. Cukup menantang bagi kami untuk selalu mengembangkan SEO dari website kami sendiri.
Baca Juga:
Jogja Film Academy Siap Lahirkan Sineas Terampil
Perubahan algoritma ini juga membuat kami sadar bahwa Google (yang pada akhirnya diikuti oleh banyak sosial media) lebih mengutamakan value content. Sehingga untuk membuat cara-cara organic search kami berhasil, kami berusaha untuk selalu membuat content yang memiliki value bagi setiap pengguna media kami.
Untuk paid, kami menggunakan SMM (social media marketing) dan SEM (search engine marketing).
Apa yang Inavoice lakukan agar bisa terus eksis?
Kami selalu mencoba untuk melakukan branding.
Kami sangat-sangat menyadari bahwa dalam persaingan industri yang begitu ketat, kami harus stands out. Dan salah satu cara untuk stands out among others adalah dengan melakukan proses branding. Kami mencoba memberi pesan pada setiap konten digital kami. Dan saya rasa pesan kami sudah cukup diterima dengan baik oleh para talent dan client.
Apa target/harapan INAVOICE ke depan?
Target kami ke depan adalah client acquisition, dan go internasional.
Sementara ini, kami masih mentarget klien lokal, sedangkan pasar voice over itu sangat luas, dan internasional. Kami akan mencoba bersaing dengan para digital voice over agency atau marketplace secara global.