Home Arts Jadi Fashion Designer, Ariesanthi Eksplorasi Kearifan Lokal

Jadi Fashion Designer, Ariesanthi Eksplorasi Kearifan Lokal

profil karier fashion desainer perancang busana pakaian baju model tyas santhi fatmasari ariesanthi yogyakarta indonesia butik makna arti show filosofi
Tyas Santhi Fatmasari (Ariesanthi) | Foto: Dok. Pribadi

Highlight.ID – Hobi yang ditekuni sejak lama dapat menentukan karier seseorang di masa depan. Hal itulah yang dialami Tyas Santhi Fatmasari, fashion designer kelahiran Yogyakarta, 2 November 1984. Kegemarannya menggambar sejak kecil ternyata membuat ia lantas memilih dunia mode sebagai wadah untuk berkarya. Kini, ia mempunyai sebuah merek fesyen yang diberi nama “Ariesanthi”, diambil dari nama panggilannya.

Baginya, nama tersebut memiliki kisah yang cukup panjang untuk diceritakan. Ia awalnya sering dipanggil “Santhi”, bukan “Tyas” untuk membedakan dengan temannya yang memiliki nama sama. Namun, teman-teman dia menganggap dirinya terlalu tomboy untuk dipanggil “Santhi”. Ada pula yang memanggilnya dengan nama “Arie”, karena dirasa lebih cocok. Kedua nama tersebut akhirnya digabung dan jadilah “Ariesanthi”, nama yang kini terus dipakainya.

Mulai Berbisnis

“Dan itulah (Ariesanthi) yang saya pakai sampai sekarang sebagai brand saya. Harapannya ‘Ariesanthi’ itu akan menjadi sesuatu yang baik, bermanfaat, tidak hanya bagi diri saya tapi juga keluarga dan orang-orang. ‘Ariesanthi’ sendiri brand yang saya pakai dari tahun 2008, waktu itu saya masih menyelesaikan (kuliah) S2. Kuliah belum selesai tapi saya sudah nekat bikin usaha sendiri,” jelas Ariesanthi kepada Highlight.ID.

Ditemui di butiknya yang berada di Jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, Ariesanthi menceritakan bahwa ia berani berbisnis karena merasa tertantang untuk menghasilkan desain baju hingga ke bentuk jadinya. Ia pun menawarkan diri, membuatkan busana pengantin untuk saudara temannya. Itu menjadi pekerjaan pertamanya sebagai desainer fesyen.

Baca Juga: Jogja Fashion Parade 2019 Suguhkan Modest Wear Karya Desainer Lokal

“Di awal karier, saya memulai dari nol. Saya enggak ngerti njahit, nggak ngerti cara membuat teknik busana, dan sebagainya. Saya cuma tahu menggambar,” katanya. Meskipun tak mengenyam pendidikan formal di bidang fashion design, Ariesanthi tak lantas patah semangat. Sebaliknya, ia semakin terpacu untuk mulai belajar lebih mendalam berbagai macam teknik seperti mendesain, menjahit, dan sebagainya.

Ariesanthi yang merupakan lulusan Magister Manajemen bidang Human Resources & Organization Universitas Gadjah Mada lebih memfokuskan diri pada desain busana wanita. Menurutnya, trend pakaian wanita lebih cepat berganti-ganti dibandingkan pakaian pria. “Saya lebih banyak ke busana perempuan karena saya melihat banyak sekali variasinya. Even dalam satu tampilan, perempuan bisa memiliki banyak sekali pilihan mulai dari ujung kepala sampai kaki,” ujar dia.

Nilai Filosofi

Ariesanthi berada di lingkungan keluarga yang multietnis dan multikultural seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Ia sendiri lahir di Yogyakarta namun dibesarkan di Bontang, Kalimantan Timur. Hal itu semakin memperkaya dirinya akan keanekaragaman seni dan budaya, termasuk aneka jenis wastra Nusantara.

Baca Juga: Jogja International Batik Biennale 2018 Sebagai Representasi Kota Batik Dunia

Seperti yang dijelaskan Ariesanthi, ia tidak menampilkan sisi budaya hanya pada tampilan luar seperti kain, tapi lebih ke nilai-nilai filosofinya. Sebagai contoh, ia pernah mengeluarkan koleksi yang bertema “Apo Kayan” yang ditampilkan di ajang Jogja Fashion Week 2013. Secara geografis, Apo Kayan merupakan dataran tinggi yang berada di perbatasan Kalimantan Timur dan Serawak, Malaysia.

Seiring berjalannya waktu, suku Dayak yang bermukim di sana kemudian memilih meninggalkan tempat aslinya dan pindah ke wilayah Indonesia. “Mereka pindah (dari) situ tapi tidak melupakan tanah leluhurnya. Jadi mereka masih meneruskan adat istiadat, tradisinya,” ungkap Ariesanthi.

Koleksi Ariesanthi lainnya bertema “Sungkit” yang berjumlah 24 look dan ditampilkan di ajang Jogja Fashion Week 2015. Sungkit itu sendiri merupakan nama lain dari Songket, kain tenun tradisional khas rumpun Melayu. Menurutnya, Songket yang dikenal selama ini berasal dari kata “sungkit”, teknik pembuatan kain dengan cara mengaitkan atau menyungkit benang-benang.

Baca Juga: Lewat Bisnis Fashion, Indah Ederra Ingin Berdayakan Perempuan

Setiap warna maupun motif kain Songket mempunyai kedalaman filosofinya masing-masing. Ariesanthi pun mengaku menyukai segala jenis wastra Nusantara namun yang paling banyak dikoleksi olehnya yakni kain Songket Palembang. Hal itu tidak terlepas dari garis keturunan di mana ayahnya berasal dari Sumatera.

Khasanah kebudayaan Jawa juga menjadi perhatian Ariesanthi untuk ditampilkan pada koleksinya. Ia pernah mengeluarkan koleksi bertajuk “Arundati”, istri seorang resi di jagat pewayangan. “Arundati ini, dalam cerita pewayangan, dia adalah sosok yang jadi figur prajurit perempuan. Bukan perempuan yang turun ke medan perang. Dalam arti, ia seorang istri, ibu rumah tangga, pendamping suami. Diibaratkan, ia (adalah) sosok prajurit,” ungkap dia.

Ariesanthi fashion designer yogyakarta
Karya Ariesanthi di Jogja Fashion Festival 2019 | Foto: Highlight.ID

Dalam kepercayaan dinamisme, sebelum mengenal Tuhan, orang akan berharap atau berdoa untuk bertemu dengan dewi Arundati.  Ariesanthi menuturkan, “Harapannya tentang kemakmuran, kesejahteraan, kehidupan yang lebih baik, masa depan yang cerah. Nah, ternyata itu saya temukan konsep Arundati itu di batik Semen Rama.”

Menggali Inspirasi

Untuk memperoleh inspirasi, Ariesanthi mengumpulkan referensi sebanyak-banyaknya dari berbagai macam sumber. Namun demikian, tak jarang ia mendapatkan ide justru dari kesehariannya. Tanpa sengaja dan direncanakan, mengetahui tentang sesuatu hal yang kemudian ia tuangkan dalam karyanya.

Baca Juga: Rancangan Busana yang Elegan di Jogja Fashion Festival 2019

Menurutnya, kendala yang ia hadapi selama ini yakni bagaimana mendapatkan material atau bahan yang sesuai dengan konsep. Tentu saja, pengumpulan bahan yang relatif sulit dapat membuat proses pengerjaan koleksi menjadi lama. Selain bekerja sama dengan perajin,  Ariesanthi memiliki beberapa staff yang membantu pekerjaan mulai dari pola potong hingga finishing.

Dalam berkarya, Ariesanthi tidak ingin membatasi diri pada salah satu jenis pakaian saja. Dengan begitu, ia merasa lebih leluasa untuk mewujudkan kreativitasnya. Ia ingin mengeksplorasi segala jenis pakaian untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya. Meski demikian, ia mengaku selama ini lebih cenderung ke gaya busana Avant Garde dan couture.

Unjuk Karya

Selama perjalanan kariernya, Ariesanthi pernah tampil di beberapa event pekan mode seperti Jogja Fashion Week dan Jogja Fashion Festival. Fashion show, bagi dia, penting untuk menunjukkan eksistensi seorang desainer yang memiliki karya secara kontinyu. “Dia (desainer) harus punya karya yang bisa ditunjukkan, bahwa kita tidak pernah berhenti berkarya,” ujarnya.

Baca Juga: Tekad Mudrika Paradise Teruskan Bisnis Batik Milik Keluarga

Selain itu, berdasarkan pengalaman Ariesanthi, keterlibatannya di ajang fashion show dapat mendorong orang untuk memesan baju di kemudian hari. Ariesanthi mengaku merasa puas ketika baju hasil rancangannya dipakai orang dan orang tersebut menyukainya. “Jadi, kepuasan buat saya sendiri sebagai seorang desainer saat karya kita diapresiasi orang,” imbuhnya.

Meski begitu, ia tidak luput dari dilema yang bisa juga dirasakan oleh desainer lainnya, yakni menyeimbangkan antara idealisme dan keinginan klien. Pada akhirnya, seorang desainer harus dapat memberikan solusi bersama dan membuat kompromi dengan klien agar masing-masing pihak merasa senang.

Banyaknya produk-produk fashion yang beredar di pasaran membuat orang merasa kesulitan untuk membedakannya. Karena antara produk yang satu dengan yang lain bisa saja memiliki kemiripan. Oleh karena itu, Ariesanthi menekankan pentingnya story telling pada setiap karya yang dihasilkan.

“Secara pribadi, yang jelas saya harus makin banyak explore, memperluas lagi wawasan saya tentang wastra Nusantara terutama dan kebudayaan di luar Indonesia,” kata dia. Menurut dia, banyak wilayah di luar negeri yang mempunyai keterkaitan dengan kebudayaan Indonesia seperti di Suriname atau Kaledonia. Kebudayaan-kebudayan yang ada di belahan dunia manapun dapat bersinggungan satu sama lain. Dan itu akan menjadi sumber inspirasi baru yang menyegarkan bagi Ariesanthi.