Home Business Kisah Pemilik Farah Button, Pernah Nginap di SPBU Hingga Punya Toko Fashion

Kisah Pemilik Farah Button, Pernah Nginap di SPBU Hingga Punya Toko Fashion

Toko fashion Farah Button outlet butik baju pakaian cabang mall Yogyakarta
Toko Farah Button di Sleman City Hall | Foto: Dok. Highlight.ID

Highlight.ID – Perusahaan yang kolaps membuat Suta Mahesa sempat bekerja selama 3 bulan tanpa digaji. Merasa tidak tahan dengan kondisi tersebut karena banyak waktu yang terbuang percuma, ia pun memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempat ia bekerja. Itu terjadi pada awal tahun 2015 di Jakarta.

Tiga bulan Suta menganggur. Ia pun tidak mempunyai penghasilan selama 6 bulan. Uang yang dimilikinya perlahan terkuras. Di sisi lain, mencari pekerjaan baru juga bukanlah hal yang mudah. Sampai suatu hari karena merasa sangat tertekan dan terdesak, ia bersama istrinya Farah memutuskan untuk angkat kaki dari Ibu Kota. Yogyakarta adalah kota yang ia tuju selanjutnya.

Mengadu Nasib di Yogyakarta

“Saya merasa di Jogja, mungkin bisa punya pengalaman lebih dan ada penghasilan,” kata Suta kepada Highlight.ID. Sebelumnya, Suta pernah menyambangi Yogyakarta di mana biaya hidup tergolong murah baginya. Dari Jakarta bermodalkan sekitar Rp800 ribu, Suta berangkat ke Jogja. Namun sebelum sampai ke Jogja, Suta menitipkan dulu istri di rumah mertuanya di Kebumen, Jawa Tengah.

Baca Juga:
Farah Button Ikut Berdayakan UMKM Konveksi di Yogyakarta

Toko fashion Farah Button outlet butik baju pakaian cabang mall Yogyakarta
Suta Mahesa, Pemilik Farah Button | Foto: Dok. Highlight.ID

“Saya titipkan istri saya di sana karena kalo saya bawa istri di sini (Jogja) belum ada tempat tinggal, belum ada pekerjaan yang pasti, berat juga,” Suta menambahkan. Tanpa sempat menginap di rumah mertuanya, Suta langsung berangkat ke Jogja naik bus.

“Sampai di Jombor, saya bingung mau ke mana karena nggak tahu Jogja, kan. Ya udahlah, ke mana ngikutin angkot yang ada. Saya nunggu di bawah flyover lama, ada sekitar setengah jam,” ucapnya. Karena tidak mendapatkan angkutan umum, Suta akhirnya berjalan kaki menuju ke arah selatan.

Sampailah Suta di sebuah pom bensin di Jalan Magelang. “Akhirnya mencoba istirahat di sana, ijin sama orang pom bensin kalo saya bermalam di sana. Malam pertama saya sendiri tidur di mushola tersebut,” ujarnya. Esok paginya, tanpa disangka-sangka, istri Suta ternyata sudah menyusul ke Jogja.

“Saya bilang ke istri saya untuk sementara kita tidur di mushola. Dan dia nggak keberatan karena udah bawa baju dan semuanya. Hari pertama masih tidur di mushola, hari kedua masih tidur di mushola. Udah makin panik karena setiap hari kita harus makan ” Suta menceritakan.

Baca Juga:
Tekad Mudrika Paradise Meneruskan Bisnis Batik Keluarga

Toko fashion Farah Button outlet butik baju pakaian cabang mall Yogyakarta
Toko Farah Button di Sleman City Hall | Foto: Dok. Highlight.ID

Suatu pagi, Suta mendapat telepon dari kliennya ketika ia masih bekerja di perhotelan. Akhirnya, setelah mengetahui Suta sudah resign, ia menyusul Suta ke Jogja mengingat mereka telah mempunyai hubungan bisnis yang baik sebelumnya. Melihat kondisi Suta dan istrinya, klien tersebut merasa iba dan memberikan uang yang ada di dompetnya, jumlahnya Rp15 juta.

Ikut Pameran

Bermodalkan uang tersebut, Suta dan istri langsung mencari tempar kos-kosan sembari mencari peluang yang ada. Ia melihat Jogja City Mall yang ketika itu tergolong mall baru sedang mengadakan pameran. Suta pun termotivasi untuk berjualan aneka ragam baju baru sisa ekspor di sana. Lalu, produk-produk fashion bermerek internasional ia datangkan dari Jakarta.

“Alhamdulillah, di hari pertama, 50 persen dari stock kita itu habis terjual, udah untung hampir 100 persen. Berarti untung kita udah lumayan banget,” jelasnya. Untuk menyiapkan stock barang, Suta setiap hari mendatangkan barang baru dari Jakarta. Ia pun melihat prospek bisnis produk fashion tergolong tinggi di Yogyakarta.

Produksi Baju Sendiri

Setelah sebulan lebih berjualan baju sisa ekspor, Suta akhirnya memutuskan untuk memproduksi produk fashion sendiri dengan label Farah Button. Ia membeli bahan-bahan baju kiloan sendiri lalu dijahitkan di tempat konveksi. Nama label itu diambil dari nama istrinya ‘Farah’ lalu digabungkan dengan kata ‘Button’.

Baca Juga:
Buka Toko di fx Sudirman, HijabChic Hadirkan Aneka Koleksi Busana Muslimah

Toko fashion Farah Button outlet butik baju pakaian cabang mall Yogyakarta
Toko Farah Button di Sleman City Hall | Foto: Dok. Highlight.ID

Suta menerangkan bahwa ia belajar membuat pola cutting, teknik jahitan, dan desain baju secara otodidak. Awalnya, ia memproduksi 24 pcs untuk setiap model baju dengan berbagai ukuran. “Kalo sekarang, satu model aja ada yang bisa terjual sampai 30 ribu pcs.”

Salah satu model baju Farah Button yang disukai konsumen yakni yang bergaya Bohemian. “Itu kita bikin sejak tahun 2016. Hokinya kita, di pandemi itu, ternyata jadi ngehits. Dan kita produksi massal,” jelasnya.

Pertama kali, Farah Button yang menargetkan konsumen berusia 17 hingga 30-an tahun membuka toko di daerah Kledokan, Sleman, DIY tahun 2016. Selanjutnya, Farah Button hadir di mall-mall di wilayah Yogyakarta, dimulai dari Ambarrukmo Plaza. Selain itu, Farah Button juga bisa ditemui di Sleman City Hall.