
Highlight.ID – Dua puluh tahun sudah, Edward Hutabarat selama menjalankan profesinya sebagai Fashion Designer melakukan perjalanan dari Sabang sampai Merauke. Dalam perjalannnya, ia mengabadikan lewat puluhan ribuan foto, film dokumenter, dan kain-kain peradaban serta perhiasan sebagai bahan dokumentasi dan kenang-kenangan. Hingga kini, Edward mengaku belum sempat mempublikasikan semua ke hadapan khalayak.
Namun beberapa koleksi Edward pernah dipamerkan seperti pada perhelatan “Batik Journey” dan “The Glory of Palembang” di mana ia menampilkan keindahan songket Palembang. Selain itu, Edward Hutabarat juga pernah mengangkat kain lurik dan wastra peradaban lainnya.
Baca juga:
- Keindahan Kain Ulos Harangguan pada Koleksi Wignyo Rahadi
- Jakarta Fashion Trend 2020 Angkat Isu Kemanusiaan dan Lingkungan
- Potensi Jakarta Sebagai Barometer Trend Fashion Nasional dan Global
Kini, Edward Hutabarat menampilkan koleksinya yang berbahan kain ulos lewat pergelaran fashion show tunggal di The Dharmawangsa Jakarta, Kamis (17/10/2019). Bukannya tanpa alasan, Edward memilih tanggal 17 Oktober karena bertepatan dengan Hari Ulos Nasional.
“Tanggal 17 Oktober 2018 saya kulonuwun sama leluhur di kampung. Saya minta izin. Pada saat itu adalah penutupan Festival Tenun Nusantara yang diadakan oleh Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Tapanuli Utara,” ujar Edward. Pada kesempatan tersebut, Edward mengungkapkan rencananya untuk melakukan pengembangan ulos lewat fashion show yang diberi judul “Ulos in Innovation”.

“Yang saya rencanakan adalah bagaimana ulos ini berada di tengah-tengah fashion global. Bagaimana ulos ini siap untuk dikenakan di Jakarta, Paris, Milan, London, New York. And that is the concept. Inovasi yang saya lakukan adalah ke luar, bagaimana dia (ulos) supaya sejajar dengan lini-lini tren yang ada. Street, jalanan, tapi couture. Jadi bukan evening gown couture tapi street couture,” ungkap dia.
Bagi Edward Hutabarat, ulos adalah kain peradaban. “Kenapa saya katakan kain peradaban? Karena dia diciptakan, dikenakan untuk sebuah seremoni, mulai dari kelahiran, perkawinan sampai kepada kematian. Pada era ratusan tahun yang lalu, harga diri sebuah keluarga bukan dari gelang emas yang dia pakai. Tapi bagaimana mereka menenun kain tenun untuk diberikan ketika lahir, ketika menikah,” tambah Edward.

Untuk dapat menghargai kain peradaban seperti ulos, Edward mengingatkan pentingnya mempelajari beragam langgam maupun nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalamnya. Edward mendapatkan bermacam-macam kain ulos dari Pasar Siborongborong, Tapanuli Utara dan beberapa daerah lainnya seperi Samosir, Muara dan Silalahi.
Pada pagelaran busana kali ini, Edward Hutabarat berkolaborasi dengan The Dharmawangsa Jakarta. Koleksi Edward Hutabarat sebanyak 50 look yang terdiri dari pakaian pria dan wanita. Para model menampilkan busana berbahan kain ulos batak yang berasal dari Sumatera Utara.
Edward mengatakan bahwa ia tak akan menjual semua koleksinya yang ditampilkan pada malam itu. Karena bagi Edward, sebagian besar kain ulos miliknya mempunyai kisah yang tak dapat digantikan dengan uang, berapapun nilanya.
General Manager The Dharmawangsa Jakarta menuturkan, “Kolaborasi The Dharmawangsa Jakarta dan Edward Hutabarat merupakan wujud dari komitmen kedua brand yang senantiasa ingin berperan aktif dalam pelestarian kebudayaan Indonesia di tengah laju perubahan yang begitu cepat saat ini.”