Home Arts Fesyen Berkelanjutan dan Etis di Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019

Fesyen Berkelanjutan dan Etis di Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 menampilkan Road to Sustainable Fashion
Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 menampilkan "Road to Sustainable Fashion" di JCC | Foto: Highlight.ID

Highlight.ID – Berdasarkan laporan dari Thomson Reuters, pangsa pasar ekonomi Islam diperkirakan terus tumbuh hingga 3.007 miliar USD pada tahun 2023. Jumlah penduduk muslim dunia yang mencapai 1,8 miliar atau 24% dari populasi global, dan pesatnya populasi generasi muslim milenial juga turut mempengaruhi prospek dan tren fesyen muslim ke depan.

Indonesia merupakan konsumen busana muslim terbesar ketiga di dunia yang menghabiskan sebesar USD 20 miliar atau sekitar Rp300 triliun. Melihat hal itu, produk fesyen muslim Indonesia potensial sebagai komoditi untuk mengintegrasikan kerja sama internasional dan menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal global.

Baca juga:

Setiap pelaku industri fesyen nasional harus mampu memanfaatkan potensi pasar fesyen muslim yang terbuka lebar tersebut. Pada saat yang bersamaan, kompetisi baik dalam skala domestik maupun global juga semakin meningkat. Untuk itulah, inovasi, peningkatan produktivitas, dan kreativitas menjadi kata kunci agar mampu memenangkan pasar lokal maupun internasional.

Sejalan dengan target yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia Bank Indonesia bersinergi dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC). Sinergi tersebut diwujudkan lewat pergelaran Sustainable & Ethical Fashion di ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 di Jakarta Convention Center (JCC).

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 menampilkan Road to Sustainable Fashion
Karya Ayu Dyah Andari di “Road to Sustainable Fashion” ISEF 2019 | Foto: Highlight.ID

Impelentasi Ekonomi Syariah

Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019 menampilkan etalase karya 78 perancang busana muslim Indonesia melalui pameran business to business (B to B) pada tanggal 13 – 16 November 2019 di Assembly Hall, JCC dan rangkaian fashion show “Road to Sustaineble Fashion” pada tanggal 14 dan 15 November 2019 di Main Stage Plenary Hall, JCC.

Potensi buyer dalam dan luar negeri dihadirkan dalam perhelatan ini untuk dipertemukan dengan para perancang busana muslim Indonesia yang terpilih melalui proses kurasi dan telah dibina untuk mempersiapkan brand dan produk siap ekspor. Digelar selama dua hari, setiap harinya Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019 menghadirkan rangkaian fashion show yang terdiri dari tiga sesi setiap harinya.

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 menampilkan Road to Sustainable Fashion
Karya Restu Anggraini di “Road to Sustainable Fashion” ISEF 2019 | Foto: Highlight.ID

Fesyen berkelanjutan dibuat dengan memperhatikan seluruh rantai pasokan dan siklus garmen, meliputi sumber, teknik/metode produksi hingga etika kerja dan pengelolaan limbah lingkungan. Sedangkan fesyen etis relevan dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah, yang tidak hanya menekankan pada profit semata, melainkan pencapaian keseimbangan dan kebaikan atau keadilan sosial ekonomi.

Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, mengatakan, “Oleh karena itu, fesyen etis dan berkelanjutan adalah bentuk praktek dari implementasi nilai-nilai ekonomi syariah di industri fesyen yang dapat mendukung pengembangan industri halal global.”

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 menampilkan Road to Sustainable Fashion
Karya Rya Baraba di “Road to Sustainable Fashion” ISEF 2019 | Foto: Highlight.ID

Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) memberikan dukungan penuh pada perhelatan Sustainable & Ethical Fashion ISEF 2019. Seperti yang disampaikan oleh Jetty R Hadi, Vice Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC), “Di bawah ‘rubrik’ gaya-hidup halal, fesyen dan konteks luasnya yaitu hal-ikhwal berpakaian, harus patuh pada pedoman mengenai apa yang dimaksud dengan kehidupan dan gaya-hidup yang sekaligus halal dan thoyyib (baik, sehat, tidak berbahaya, ramah lingkungan).”

“Sepotong hijab, sebagai contoh, harus bisa ditelusur bahan mentah dan material tambahan apa saja yang digunakannya, seberapa bermanfaat atau bermudarat bagi sesama rantai pasokannya sampai ke tangan penggunanya. Begitu pula, seberapa tepat atau berlebihankah sebuah industri dan pasar fesyen di hadapan keadaan masyarakatnya. Oleh karenanya sangat logis apabila kriteria dari produk konsumen yang ‘ethical’ dan ‘sustainable’ sesuai dengan kriteria fesyen Islami,” tambahnya.

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 menampilkan Road to Sustainable Fashion
Karya Lania Rakhmawati di “Road to Sustainable Fashion” ISEF 2019 | Foto: Highlight.ID

Road to Sustainable Fashion

Pada pergelaran mode “Road to Sustainable Fashion” ISEF 2019, artis kenamaan Zaskia Adya Mecca bersama kakaknya Tasya Nur Medina turut memperkenalkan koleksinya. Zaskia mengaku sering mendapatkan tawaran untuk mengikuti fashion show, namun baru kali ini berani menampilkan karyanya lewat fashion show. Zaskia bersama Tasya dengan label Meccanism menampilkan koleksi dengan tema “KABA” yang diambil dari nama anak ketiga Zaskia.

Artis lainnya yang turut berpartisipasi pada “Road to Sustainable Fashion” ISEF 2019, yakni Laudya Cynthia Bella. Kali ini, ia memperkenalkan produk fashion miliknya bertema persatuan Indonesia dengan label “L by Laudya Cynthia Bella”. Koleksi Laudya ini terinspirasi dari lambang dasar negara Indonesia, Pancasila yang menggunakan teknik digital printing yang dipadupadankan dengan warna-warna pastel. Adapun koleksinya berupa kemeja, rok hingga dress dengan pola-pola seperti padi dan kapas.

Selain itu, ada desainer modest Indonesia kenamaan Vivi Zubedi bersama The Purun dendan koleksinya bertema alam Indonesia. Beberapa desainer lainnya yang ikut serta di antaranya yakni Tuty Adib yang menampilkan koleksi bertema “Lagak That” dengan material kain tenun songket Aceh, Dian Pelangi dengan koleksiny tema “Beauty in Diversity” berbahan songket dari Riau dan Kepulauan Riau, dan Irma Intan bersama Bank Indonesia dengan koleksinya bertema “Patirangga” berbahan kain tenun dari Sulawesi Tenggara.