
Highlight.ID – Bagi sobat pecinta produk fashion pasti sudah familiar dengan salah satu brand terkenal dunia, Louis Vuitton. Sebuah brand yang kental dengan nuansa mewah ini memang memang menjadi incaran kalangan sosialita. Tak heran memang, karena Louis Vuitton pada periode 2006 – 2012 secara berturut-turut dinobatkan sebagai brand paling beharga dan bernilai komersial tinggi di kancah internasional dengan nilai mencapai US $ 28,4 miliar serta keuntungan bersih US$ 9,4 miliar di tahun 2013.
Berhasil beroperasi di 50 negara dengan lebih dari 460 toko tentu saja bukanlah pencapaian yang mudah. Apalagi kekayaan yang dicapai pendiri brand ini bukanlah berasal dari warisan keluarga, namun memang dari kerja keras seorang pemuda asal Prancis Timur yang memulai karirnya dari nol. Bagaimana kisah selengkapnya? Sejarah Louis Vuitton akan dibahas secara lengkap di artikel ini.
Mengenal Sosok Pendiri Louis Vuitton
Louis Vuitton sebagai rumah mode dan perusahaan ritel mewah asal Prancis ini didirikan oleh seorang pria yang lahir di Anchay pada 4 Agustus 1921 bernama yang sama dengan brand-nya, ialah Louis Vuitton. Ia hidup di bawah garis kemiskinan bersama para pekerja kelas bawah di Prancis Timur.
Ayahnya yang bernama Xavier Vuitton adalah seorang petani dan ibunya Coronne Gaillard adalah tukang giling. Tak ada yang mewah dari kehidupan remaja seorang pendiri brand kelas dunia ini. Apalagi sejak ibunya meninggal pada saat ia berusia 10 tahun, ayahnya memutuskan untuk menikah lagi.
Baca juga:
9 Model Tas Gucci Paling Populer yang Jadi Incaran Kolektor
Setelah ayahnya menikah lagi, tak banyak yang berubah dari keseharian Vuitton selain membantu ayahnya bekerja. Sikap ibu tirinya yang terlalu keras pun membuat Vuitton yang saat itu berusia 14 tahun memutuskan untuk meninggalkan rumah dan mencoba mengadu nasibnya di Paris yang berjarak lebih dari 292 mil dari kampung halamannya.
Tahukah sobat, Louis kecil menempuh perjalanan ke Paris dengan berjalan kaki dan menghabiskan waktu selama 2 tahun. Tentu saja ini tidak mudah bagi seorang remaja yang masih berusia di bawah 17 tahun hidup sendiri tanpa pekerjaan. Sesekali, ia harus berhenti berjalan dan bekerja serabutan untuk mempertahankan hidupnya.
Tepat di tahun 1837, Vuitton tiba di Paris dan memutuskan bekerja magang di suatu bengkel pengepakan koper dan kotak yang ternama pada saat itu. Profesi ini memang cukup terkenal dan dipandang baik, karena ia berinteraksi secara langsung dengan para bangsawan kota setempat. Vuitton juga berhasil menjadi orang penting selama bekerja karena jenjang kariernya terbilang cepat. Selama bekerja di tempat ini, Vuitton terus mempelajari apa yang dibutuhkan para orang kaya dengan harapan ia bisa memiliki usahanya sendiri.
Kelahiran Brand Legendaris
Sejak menikah pada tahun 1854 dengan seorang wanita bernama Eelie Priaux, Vuitton kemudian membuka industri pengepakan sendiri di Rue Neuve des Capucines, Paris. Di sinilah ide itu berawal. Vuitton membuat koper dan tas yang laku keras di pasaran.
Baca juga:
Mengulik Sejarah Nike, Merek Sepatu yang Terkenal dengan Logo Swoosh-nya
Di tahun 1858, dirinya mengenalkan sebuah produk koper datar dengan tepian besi dan kayu. Bukan sebuah koper yang dilapisi kulit, koper ini justru dilapisi kanvas Trianon abu-abu yang sangat kuat, kedap udara, dan kedap terhadap air. Tak butuh waktu lama untuk produk ini menjadi terkenal di Paris karena keefektifannya saat ditumpuk selama pelayaran di masa itu.
Demi melindungi hak cipta dan desain produk koper kanvas tersebut, Vuitton ikut berpartisipasi dalam Pameran Universal di Paris pada tahun 1867. Vuitton kemudian membuat desain tambahan berupa garis krem dan coklat. Sejak pameran itu, perusahaan Vuitton terus berkembang pesat hingga tiba di tahun 1885, perusahaan memberanikan diri untuk berekspansi ke Oxford, London.
Bersamaan dengan hadirnya sebuah produk baru dengan pola Kanvas Damier bertuliskan “marque L. Vuitton depose” atau jika diartikan “merek dagang Louis Vuitton”. Di sinilah sebuah brand bernama Louis Vuitton dilahirkan. Namun tak selang lama dari itu, Vuitton meninggal dunia pada tahun 1892 dan perusahaan dialihkan ke putranya yang bernama Georges Vuitton.
Ekspansi ke Pasar Internasional
Georges Vuitton berkomitmen untuk terus mengembangkan bisnis ayahnya hingga dapat dilihat mata dunia. Hal ini dibuktikkannya pada sebuah kampanye skala internasional pada tahun 1893 di Chicago World’s Fair untuk mengenalkan perusahaannya. Sebuah desain tas kanvas monogram yang hingga saat ini dikenal sebagai ciri khas dari produk-produk Louis Vuitton, berhasil dipatenkan pada tahun 1896.
Baca juga:
8 Merek Pakaian Branded Asal Spanyol untuk Tampil Modis dan Kekinian

Jika Kamu penggemar Louis Vuitton, mungkin familiar dengan desain grafis berupa quatrefoils dan bunga dengan dominansi warna coklat. Demi mencegah peniruan di kalangan pihak-pihak tak bertanggung jawab, desain tersebut pun dipatenkan.
Tak berhenti di situ, Georges di tahun yang sama juga mengunjungi Amerika Serikat untuk mempromosikan produk-produkya di beberapa kota besar seperti New York, Philadelphia, dan Chicago. Georges juga mengenalkan produk tas baru bernama Steamer Bag pada tahun 1901.
Tepat di tahun 1913, Georges berhasil membuka Gedung Louis Vuitton di Champs-Elyess yang merupakan sebuah toko produk-produk tas terbesar di dunia pada saat itu. Tak butuh waktu lama, toko-toko lainnya juga berhasil di buka di London, New York, Bombay, Washington, Alexandria, dan Buenos Aires bertepatan dengan dimulainya masa Perang Dunia I.
Generasi Ketiga Louis Vuitton
Di tahun 1930, Georges mengenalkan sebuah tas yang khusus digunakan untuk membawa sampanye, diberi nama tas Noe bersamaan dengan rilisnya tas Louis Vuitton Speedy. Pada periode ini memang ada banyak produk tas baru dari Louis Vuitton yang berhasil menarik perhatian pasar internasional, terutama untuk mendukung kebutuhan saat perang. Sehingga tak heran jika produk-produk tas dari Louis Vuitton banyak dilirik oleh kalangan bangsawan. Di tahun 1936, Georges Vuitton meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Gaston-Louis Vuitton sebagai generasi ketiga di Louis Vuitton Company.
Baca juga:
Balenciaga, Fashion Brand Ikonik yang Dikenakan oleh Para Bangsawan

Mitos generasi ketiga dibantahkan oleh Gaston-Louis Vuitton yang justru dapat mengembangkan perusahaan ke arah yang lebih baik. Ia memasukkan produk berbahan kulit seperti tas dan dompet. Dirinya juga menerbitkan sebuah tas silinder yang hingga saat ini masih cukup populer bernama Papillon di tahun 1966. Gaston berhasil meraih pendapatan perusahaan mencapai 70 juta Franc di tahun 1977 atau setara dengan US $14,27 juta. Gaston membawa perusahaannya ke Osaka dan Tokyo, Jepang, dengan mendirikan sebuah butik Louis Vuitton.
Tahun-tahun terbaik bagi perusahaan Louis Vuitton atau yang sering disebut “LV” ini di mana mereka dapat memperluas brand-nya hingga ke tanah Asia, dimulai dari Taipei, Taiwan pada tahun 1983 dan Seoul, Korea Selatan pada tahun 1984. Hingga memasuki tahun 1988, keuntungan Louis Vuitton berhasil meningkat 49% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga di tahun 1989, 130 butik Louis Vuitton sudah dioperasikan di berbagai wilayah di dunia.
Sejak Yves Carcelle ditunjuk menjadi presiden LV di tahun 1992, perusahaan ini juga turut merambah pasar China dengan mendirikan butiknya di Palace Hotel di Beijing. Koleksi tas kulit Taiga dan Voyager Avec diperkenalkan di butik baru tersebut. Perusahaan LV masih terus stabil hingga Marc Jacobs menjadi Direktur Artistik pada tahun 1997.
Awal ekspansi LV ke pasar internasional pada masa generasi kedua memang tak banyak mengalami kendala. LV menunjukkan kestabilannya dalam hal penjualan dan kondisi finansial. Apalagi, perusahaan ini juga pernah menjalin kerja sama dengan pemerintahan Nazi pada masa Perang Dunia II. Sehingga tak sulit bagi LV untuk unjuk gigi di dunia mode kelas mewah di ajang Internasional.
Baca juga:
Vans, Merek Skateboarding yang Jadi Idola Kawula Muda
Upaya Pemasaran Louis Vuitton
Persaingan yang ketat di dunia mode fashion tentu saja pernah menghantui perusahaan Louis Vuitton. Apalagi mulai periode tahun 2001, sudah banyak produk-produk dari brand lain yang juga sedang berkembang pesat. Demi mempertahankan eksistensinya di tengah ancaman brand yang tak kalah mewah seperti Hermes dan Gucci, Louis Vuitton punya strategi sendiri untuk bertahan di pasar.
LV menggandeng model, musisi, dan aktor kelas dunia seperti Jennifer Lopez, Madonna, Keith Richards, Sean Connert, Matthias Schoenaerts, Michelle Williams, Angelina Jolie, Hayden Christensen, Jeniffer Connely, Giesele Bundchen, dan tak ketinggalan David Bowie di program kampanye produk Louis Vuitton.
Tak tanggung-tanggung, di tahun 2007, LV menghadirkan mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, dalam sebuah iklan bersama dengan Catherine Deneuve dan Steffi Graf. Beberapa rapper terkenal seperti Bihemia, Kanye Wes, Wiz Khalifa, dan Juicy J juga ikut berpartisipasi dalam memasarkan Louis Vuitton melalui lagu-lagu mereka.
Pada tahun 80-an, memang produk-produk Louis Vuitton lebih banyak dipasarkan melalui papan-papan reklame pinggiran jalan besar dan majalah. Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan ini bahkan membuat iklan tidak hanya tayang di televisi saja, tapi juga di layar bioskop. Sebuah terobosan yang sangat inovatif pada saat itu.
Baca juga:
Sejarah Gucci, Bermula dari Sebuah Butik Kecil di kota Florence, Italia
Brand Paling Berpengaruh di Dunia
Michael Burke yang menjadi CEO terbaru di perusahaan Louis Vuitton berhasil mencetak prestasi dengan membawa LV menjadi brand paling berpengaruh di tahun 2017 menurut Interbrand, sebuah perusahaan konsultan merek dagang ternama di Amerika, Louis Vuitton menjadi brand teratas untuk kategori produk yang paling bernilai dengan performa finansial yang sangat baik. Berbagai data juga menunjukkan bahwa brand ini memang memiliki pengaruh besar terhadap keputusan konsumen untuk memilih produk.
Tak hanya itu saja, perusahaan Louis Vuitton telah memimpin harga pasar dunia untuk perusahaan kelas fashion premium. Apalagi sejak kemunculan produk tas Kusama Pumpkin Minaudiere yang dijual dengan harga yang sangat melambung tinggi, yakni mencapai US $ 133.400 atau setara dengan Rp. 1,57 miliar. Meskipun mahal dan mewah, tas ini mampu membuat kalangan papan atas rela balapan pre order demi mendapatkan edisi terbatasnya. Hingga saat ini, hanya ada 5 tas serupa yang sudah diproduksi perancangnya, Yayoi Kusama.
Buat kalian yang ingin berburu tas karya Louis Vuitton, sebaiknya langsung membeli dari butik resmi milik perusahaan ini yang sudah ada di beberapa wilayah di Indonesia untuk menghindari produk palsu. Meskipun lebih terkenal sebagai brand yang mengeluarkan tas, Louis Vuitton juga banyak menghadirkan produk sepatu, busana, dan parfum yang tak kalah populer.
Nah, jadi itulah kisah di balik suksesnya brand asal Prancis yang banyak digandrungi kaum sosialita. Dari cerita LV tersebut, bisa disimpulkan bahwa sukses itu dibentuk dan diperjuangkan, bukan sekedar warisan saja. Tinggal bagaimana kalian mau untuk memulainya. (si/nu/ik)