
Highlight.id – Semua kaum milenial di planet Bumi ini tentu sangat mengenal Instagram, aplikasi media sosial penampil foto (dan video). Tak hanya berfungsi mengunggah foto, Instagram juga dilengkapi dengan berbagai macam filter menarik yang penuh distorsi, berkesan vintage dan surealis. Namun, tak banyak yang tahu bahwa Instagram terinspirasi oleh sebuah kamera plastik murahan.
Kamera yang menginspirasi Instagram ini bernama Holga. Jika semua orang tahu tentang Instagram, maka kamu mungkin masih asing mendengar Holga ini. Lalu, apa hubungan antara Holga dengan Instagram? Keduanya memang berbeda generasi dan platform, namun mereka memiliki kemiripan satu sama lain. Biar lebih jelas, ayo kita simak sejarahnya di bawah ini.
Kisah Lahirnya Holga
Apakah itu Holga? Holga adalah kamera yang berbentuk kotak dan terbuat dari plastik. Nama Holga itu sendiri diambil dari bahasa Kanton yang berarti “menyilakukan”. Lahir pada tahun 1982, Holga dengan 120 roll film banyak digunakan oleh fotografer amatir di daerah Hongkong. Holga ini diluncurkan ke pasaran secara massal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama kelas pekerja China, akan kamera dengan harga yang terjangkau. Mereka biasanya menggunakan kamera Holga yang dilengkapi dengan format perekam 120 film untuk memotret keluarga atau peristiwa.
Baca Juga: Wajib Tahu! Genre Fotografi dan Contohnya Untuk Kamu yang Suka Motret
Pada saat itu, kamera dengan film 35mm yang sangat populer di Barat, namun masih sangat sulit didapatkan di daratan China. Oleh karena itulah, banyak warga China yang memilih kamera Holga. Adalah T.M. Lee atau Lee Ting-mo, sang desainer ini menciptakan kamera Holga dengan ukuran yang 6 kali lebih besar dibandingkan permukaan area frame 35mm film. Dengan ukuran yang besar itu pula, kamu tidak perlu mencetak hasil foto.
Lalu, T.M. Lee memproduksi kamera hasil kreasinya itu secara massal melalui Universal Electronics Industries, perusahaan yang didirikan olehnya. Sebelum memulai bisnisnya, T.M. Lee adalah seorang karyawan di perusahaan kamera asal Jepang, Yashica. Tahun 1967, ia mendapatkan perintah tugas untuk memperluas basis produksi ke Hong Kong. Setelah keluar dari tempatnya bekerja, ia pun mendirikan Universal Electronics Industries, di mana ia memproduksi kapasitor.
Selanjutnya, perusahaan tersebut mengalihkan produksinya pada flash. Mengingat pada saat itu, awal dekade tahun 1970-an, hanya dua perusahaan yang memproduksi flash di Hong Kong. Hal itu berbeda ketika era menginjak akhir 1970-an ketika sudah ada puluhan pabrik yang memproduksi flash.
Baca Juga: Keuntungan Menjadi Selebgram, Mulai dari Endorse Produk Hingga Berbisnis

Lantas, perusahaannya pun beralih memproduksi kamera. Menurut Lee, di China hanya ada sedikit perusahaan yang menciptakan kamera namun semuanya merupakan perusahaan besar dengan peralatan yang sangat bagus. Harga kamera yang dijual oleh perusahaan tersebut pun tergolong mahal. Maka lahirlah Holga, sebagai solusi bagi Lee untuk tetap berbisnis.
Keunikan Kamera Holga
Desain kamera Holga berbentuk kotak dengan lensa plastik meniscus 60mm, setingan apperture (F-numbers) f/8.0 dan f/11.0. Ukuran sensor gambar yang dimiliki 56 mm x 56 mm dengan recording 120 film.
Kamera Holga terbilang ekonomis dan praktis, karena gambar yang dihasilkan berukuran sama persis sebesar negatif foto. Dengan kata lain, pengguna cukup menyimpan gambar yang sebenarnya adalah negatif foto, tanpa harus mencetaknya. Di awal abad 20-an, hal ini sangat jamak terjadi mengingat warga yang dapat membeli kamera namun tidak demikian halnya dengan cetakan foto.
Tidak seperti kamera buatan pabrik-pabrik besar, Holga sebenarnya lebih mirip seperti mainan dengan fitur-fitur yang sangat minim. Standard kamera ini pun tidak seperti pada kamera yang dirancang sophisticatedly. Cahaya akan menembus celah-celah di belakang dan meninggalkan bercak pada negatif. Hanya keberuntungan lah yang bisa menghasilkan foto bersih tanpa kebocoran cahaya. Gambar yang dihasilkan pun dapat overlap satu sama lain, karena frame kamera bagian depan seringkali tidak presisi berada di tengah.
Baca Juga: Destinasi Bersejarah Nan Indah di Pantai Tanjung Ringgit

Namun bagi pecinta fotografi, ketidaksempurnaan dan kesederhanaan kamera Holga malah justru menjadi hal yang sangat menarik. Efek-efek foto tak terduga yang dihasilkan oleh Holga membuat kamera ini menjadi pilihan bagi sebagian fotografer hingga jurnalis foto. Khususnya lagi bagi penggemar lomography.
Para fotografer menggunakannya untuk keperluan street photography, dokumentasi di jalanan, memotret lansekap atau peristiwa dengan harapan foto yang dihasilkan berkesan dramatis, surealis, maupun impresionis.
David Burnett, seorang jurnalis foto memotret Al Gore, Vice President AS saat ia sedang melakukan kampanye presiden Amerika Serikat tahun 2000. Waktu itu, ia sedang meliput kampanye presiden dan menenteng kamera Holga di tangannya. Dengan kamera Holga itulah ia memotret. Ia membeli Holga sebesar $20 dan membeli beberapa untuk mencobanya.
Namun, foto hasil bidikannya itu lebih dari sekadar foto biasa. Foto tersebut menunjukkan Al Gore sedang berdiri, berbicara di depan audiensnya saat ia berkampanye. Dengan warna hitam putih, vignette di bagian tepi dan latar belakang awan di belakangnya terlihat sungguh dramatis, dan berkesan seperti film gothic. Foto David Burnett pun akhirnya mendapatkan penghargaan dari White House News Photographers’ Association pada tahun 2001.
Baca Juga: Romantisme Senja di Pantai Jimbaran Lengkap dengan Hidangan Laut

Kemunculan Instagram dan Kaitannya dengan Holga
Holga dan Instagram, apa hubungannya? Sampai paragraf ini mungkin kamu masih memiliki pertanyaan tersebut. Okey, mari kita lanjutkan kisahnya.
Kevin Systrom, mahasiswa Stanford University, jurusan Computer Science, adalah mastermind di balik kesuksesan Instagram. Selain mencintai dunia coding, yang merupakan pekerjaan utamanya, ia ternyata juga menggemari fotografi. Dan oleh karena itulah, Instagram lahir. Pada tahun 2012, ia lantas menjual Instagram ke Facebook senilai $1 miliar dan berhasil menggondol uang $400 juta.
Kecintaan Kevin Systrom, sang pendiri Instagram, pada fotografi mengantarkan dirinya terbang ke negara Italia, tepatnya di kota Florence. Di sanalah ia mengikuti semester musim dingin tentang fotografi. Yang mengherankan baginya, ia tidak disuruh memotret subjek dengan menggunakan kamera dengan fasilitas canggih, seperti DSLR Nikon yang dibawanya. Sebaliknya, yang harus ia gunakan adalah Holga, kamera “made in Hong Kong” dengan fitur yang sangat sederhana. Bukannya meremehkan kamera Holga, malah ia justru kagum dengannya.
Saat Instagram muncul pertama kali, foto yang dihasilkan adalah berbentuk kotak (square). Foto berbentuk kotak itu seperti yang dihasilkan oleh Holga, kamera dengan film 56 mm x 56 mm. Asal kamu tahu, format kotak ini menjadi jalan tengah terbaik dari foto landscape dan portrait.
Jika kamu perhatikan lagi, filter-filter bekesan vintage yang terdapat di Instagram mirip dengan hasil foto yang dihasilkan oleh kamera Holga. Misalnya, efek vignette di bagian tepi, foto yang tidak fokus alias ngeblur, kontras yang diperbesar menyerupai karakteristik yang dimiliki Holga.
Dengan berbagai kemiripan tersebut, sangatlah sulit dibantah jika Instagram tidak terinspirasi oleh Holga. Namun David Burnett memiliki pendapatnya sendiri. Ia menilai bahwa kemudahan yang didapatkan melalui aplikasi semacam Instagram tak bisa mengalahkan kepuasan yang ia peroleh ketika memotret dengan kamera Holga yang sebenarnya.
Holga dan Instagram memang memiliki kisahnya tersendiri. Pada tahun 2015, Holga harus berhenti berproduksi. Sedangkan Instagram masih tetap melanjutkan kisah suksesnya. Namun tersiar kabar, bahwa Holga akan diproduksi lagi.