Home Arts Sejarah UNIQLO: Fashion Brand Asal Jepang Untuk Segala Usia

Sejarah UNIQLO: Fashion Brand Asal Jepang Untuk Segala Usia

Sejarah brand UNIQLO jepang
medium.com

Highlight.ID – Penggemar produk pakaian kasual pasti sudah familiar dengan merek Uniqlo, sebuah brand asal Negara Sakura, Jepang. Berkantor pusat di Sayama, Kota Yamaguchi, Jepang, Uniqlo berhasil menjadi salah satu merek pakaian yang paling banyak diincar di dunia, termasuk Indonesia.

Ketenaran merek tersebut tidak terlepas dari peran pendiri Uniqlo, yaitu Tadashi Yanai yang diketahui merupakan orang terkaya nomor 2 di Jepang. Tadashi Yanai mengembangkan usaha busana eceran dengan nama dagang Uniqlo yang merupakan singkatan dari “Unique Clothing” sejak tahun 1949.

Berawal dari Ketikdaksengajaan

Tahukah Kamu bagaimana awal mula pemberian nama Uniqlo? Menurut sejarah Uniqlo, nama Uniqlo adalah sebuah nama yang tidak disengaja. Awalnya, perusahaan ini bernama “Uniclo” yaitu dengan menyingkat “Unique Clothing”. Namun ternyata, ketika perusahaan ini dalam proses registrasi, huruf “C” salah eja dan diganti dengan huruf “Q”. Sejak saat itulah, Yanai memutuskan untuk mengganti nama perusahaan menjadi “Uniqlo”. Menurut dirinya, kesalahan tersebut justru membuat merek brand perusahaannya lebih keren.

Ide berawal dari kunjungan Yanai ke sebuah koperasi universitas di Amerika Serikat yang sangat ramai dikunjungi karena menjual produk pakaian kasual dengan harga yang murah layaknya membeli majalah. Dengan mengusung konsep sebagai sebuah gudang raksasa dengan pilihan yang konstan, Yanai membangun toko grosir pertamanya di Kota Hiroshima pada 2 Juni 1984. Uniqlo merupakan perusahaan yang menjual pakaian secara ecer dengan merek dagang sendiri.

Tidak seperti kebanyakan toko grosir yang menjual berbagai merek pakaian, di toko Uniqlo, kamu hanya akan menemukan satu merek saja. Sehingga seluruh proses mulai dari pembuatan hingga pemasaran pakaian dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 7 toko Uniqlo di Indonesia, tepatnya di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Yogyakarta, dan Surabaya.

Baca Juga:
7 Brand Streetwear Dunia yang Membuatmu Terlihat Keren

Mampu Mengubah Stigma

Sepertinya, bakat bisnis pakaian Tadashi Yanai diturunkan dari sang ayah, Hithosi Yanai yang merupakan Direktur Utama Fast Retailling di toko pakaian pria Ogori Shoji Kota Ube. Pada tahun 1984, Tadashi Yanai mengambil alih perusahaan tersebut dan juga di saat yang bersamaan, dirinya membuka Unique Clothing Warehouse. Hingga dalam jangka beberapa tahun kemudian, cabang toko terus bertambah berkat pendaftaran saham Fast Retailing dalam Bursa Saham Hiroshima di tahun 1994.

Puncaknya terjadi pada Oktober 1998, di mana sweater Uniqlo yang berbahan sintetis fleece laku dijual sebanyak 2 juta helai dengan harga per potongnya sebesar ¥ 1.900. Sungguh prestasi yang hebat untuk perusahaan pakaian kasual pada waktu itu. Keberuntungan Yanai sepertinya terus berlanjut, hingga tahun 1999, ia dapat menjual lebih dari 6 juta helai sweater merek Uniqlo. Uniqlo terbukti sukses membuat stigma sweater yang awalnya kuno dan tidak modis, justru banyak digandrungi remaja Jepang. Sehingga, didirikanlah pusat busana anak muda di Tokyo dengan sweater aneka warna yang menjadi produk spesialnya.

Hanya dalam kurun waktu 1998 hingga 1999, Yanai memperoleh keuntungan sebesar 33,6% yaitu menjadi 111 miliar yen dari sebelumnya 83 miliar yen dan meningkat dua kali lipat di tahun 2000 menjadi 229 miliar yen. Dengan keuntungan yang menakjubkan tersebut, perusahaan Uniqlo berencana untuk melakukan ekspansi dengan membuka toko di luar Jepang. Bayangkan saja, bisnis di negara sendiri saja sudah cukup membuat dirinya kaya raya, apalagi jika mulai berekspansi dengan merambah pasar internasional. Tak heran jika ia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 2 di Jepang.

Baca Juga:
Koleksi UNIQLO Spring/Summer 2020 Terbaru: “Liveable Cities”

Toko pertama Uniqlo di luar Jepang terletak di Shanghai pada April 1999. Negara lain yang turut menjadi target pasar Uniqlo antara lain London (2007), Paris (2009), New York City (2011), Seoul (2011), Singapura (2009), Taiwan (2010), Malaysia (2010), Thailand (2011), Filipina (2012) dan Indonesia (2013).

Banyaknya cabang toko Uniqlo membuktikan bahwa perusahaan ini tidak main-main untuk bersaing dengan merek-merek ternama lainnya. Hingga hari ini, sudah lebih dari 1.900 total toko yang dibuka di berbagai negara. Unqlo bahkan dinobatkan sebagai perusahaan pakaian terbesar di Asia dan terbesar ketiga untuk kategori dunia.

Untuk Segala Usia

Uniqlo mengusung slogan “Made For All” yang artinya “Dibuat Untuk Semua”. Tujuan utama perusahaan Uniqlo adalah untuk memproduksi pakaian dengan kualitas yang bagus untuk segala usia, mulai dari bayi hingga para lansia serta terlepas dari apapun etnisitasnya. Yanai memiliki aliran pemikiran yang sama dengan Jay, salah seorang mantan kreatif dari produk Nike, bahwa untuk menghasilkan produk bermerek yang dipercaya masyarakat global membutuhkan konsistensi produk yang berkualitas dan hebat.

Hingga pada usianya yang mencapai kepala 3 waktu itu, Yanai menganut 23 prinsip manajemen yang secara kolektif ia sebut “The Soul of Uniqlo””. Salah satu prinsip yang paling diutamakan Yanai adalah menempatkan pelanggan terlebih dahulu serta memberi kontribusi kepada masyarakat.

Baca Juga:
12 Merek Pakaian Branded Asal Jepang, Casual Hingga Streetwear

Sejarah brand UNIQLO jepang
IG/@uniqlo

Bagi Yanai, kesuksesan bisnis yang ia bangun tidak bisa dicapai jika ia tidak dapat menyentuh hati konsumennya. Terbukti, dari penghargaan yang diterima Uniqlo di Asian Game Changers sebagai perusahaan ritel yang “membuat filantropi modis” dengan membangun kerajaan bisnis pakaian global yang bermanfaat untuk komunitas lokal.

Uniqlo bahkan pernah bekerja sama dengan Komisaris Tinggi PBB untuk mengirimkan 20,3 juta pakaian yang dibagikan kepada pengungsi korban bencana alam di tahun 2007. Sungguh ini menjadi bisnis yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan saja, namun juga bermanfaat bagi sesama.

Inovasi Produk di Kota-kota Mode Dunia

New York, Paris, London, Tokyo, dan Milan, dijadikan sebagai lokasi Reseacrh and Development (R & D) perusahaan Uniqlo. Lokasi-lokasi tersebut dipilih secara langsung oleh Yanai karena mencerminkan ibu kota mode dunia. Berbagai upaya pengembangan melalui riset-riset dilakukan perusahaan demi mencapai target pasar.

Pada tahun 2016 Uniqlo berhasil menempati peringkat 91 sebagai merek paling berharga di dunia menurut Forbes dengan nilai $ 7 miliar. Fakta ini menjadi motivasi besar bagi para pengembang Uniqlo, bahwa mereka belum mendapatkan puncaknya, mereka baru saja memulai sebagai merek global.

Uniqlo City Tokyo sebagai pusat inovasi global merupakan langkah pertama perusahaan untuk mencapai tujuan. Menurut Jay, Uniqlo bisa menjadi perusahaan ritel terbesar ketiga di dunia setelah H&M (Swedia) dan Zara (Inditex, Spanyol). Bahkan, beberapa analisis dari para pengamat mode dunia memperkirakan Uniqlo dapat menjadi merek fashion nomor satu tanpa harus menjadi yang terbaik di AS.

Baca Juga:
Simak Kisah Sukses H&M, Fashion Brand Terkemuka Asal Swedia

Hal ini memacu Yanai dan tim untuk terus membuat terobosan baru di bisnisnya, paling tidak bisa disejajarkan dengan merek fashion ternama lainnya. Tadashi Yanai pun memiliki komitmen besar bahwa dirinya tidak ingin menjadi nomor satu hanya karena perusahaannya lebih besar, melainkan ia lebih senang ketika penilaian masyarakat didasarkan karena perusahaannya yang lebih baik.

Bangkit dari Keterpurukan

Kesuksesan Uniqlo saat ini bukanlah sesuatu yang mulus untuk didapatkan. Pada tahun 2006 silam, dua gerai Uniqlo yang berada di Inggris sempat mengalami kemunduran besar karena target penjualan yang tidak dapat dicapai. Bahkan di tahun 2004, Uniqlo terpaksa harus menutup 18 gerainya di daerah Manchester.

Namun, Yanai sebagai pendiri Uniqlo tidak begitu saja mundur dari bisnisnya. Ia justru semakin bersemangat untuk belajar dari pengalamannya dan mencoba mempelajari sisi baik dari para pendahulunya, seperti ZARA Inditex yang kini menjadi saingannya.

Bangun dari keterpurukan, Uniqlo menggandeng desainer ternama Jil Sander yang secara khusus mendesain Mantel Chesterfield dan jaket bawahan demi mengetuk hati para konsumen. Dengan menghargai prinsip kredibiltas dalam bergaya dan eksklusivitas dari para konsumen, usaha ini berhasil menaikkan omset perusahaan hingga puncaknya di tahun 2016. Ia juga turut berkolaborasi dengan desainer ternama lainnya seperti Alexander Plokhov, J. W Anderson, Jun Takahashi, dan Ines dela Fressange.

Baca Juga:
Onitsuka Tiger, Brand Sepatu Olahraga Asal Jepang yang Banyak Diminati

Prinsip Sukses Tadashi Yanai

Sejarah brand UNIQLO jepang
hypebeast.com

Setelah membahas bagaimana sejarah Uniqlo dan profil perusahaannya, sudah tahukah sobat, bagaimana Tadashi Yanai dapat mencapai keberhasilan tersebut? Berkat kerja keras dan ketekunan dari sosok Yanai, ia bisa menjadi pengusaha yang sukses dalam bisnis. Lahir pada 7 Februari 1949, saat ini Yanai sudah berusia 68 tahun dan masih aktif menjabat sebagai ketua G.U. CO, LTD. Yanai lulus dari Universitas Waseda, Tokyo pada tahun 1971 sebagai sarjana ilmu politik.

Sejak lulus itulah, Yanai memutuskan untuk memulai usaha dengan menjual pakaian pria serta peralatan dapur di supermarket. Tak lebih dari satu tahun, Yanai memutuskan keluar dari supermarket dan bergabung dengan bisnis ayahnya, Ogori Shoji. Di tahun 2012, Yanai dinobatkan sebagai 50 orang yang paling berpengaruh versi majalah Bloomberg Markets.

Sanno Institute of Management turut menobatkan Yanai sebagai direktur perusahaan terbaik di tahun 2009. Di balik kesuksesan Yanai dalam berbisnis, nyatanya ia juga masih memiliki jiwa empati dengan menyumbangkan satu miliar yen kepada para korban gempa Sendai pada tahun 2011 silam.

Demi mewujudkan ambisinya dalam dunia retail bisnis skala global, Yanai terjun secara langsung dalam segala hal mulai dari proses desain pakaian, produksi hingga strategi penjualan. Yanai berhasil membawa nama Uniqlo dikenal pasar dunia sejak tahun 1998. Yanai terus berupaya mengeluarkan ide-ide dan inovasi baru untuk menghindari kejenuhan konsumen dengan produk lama.

Baca Juga:
9 Online Shop Favorit yang Menjual Fashion Brand Indonesia Untuk Cewek

Meski sempat mengalami kegagalan berkali-kali, Yanai tak menyerah pada keadaan. Berbekal prinsip kegagalan sebagai tantangan, belajar dari brand global, menerima perubahan dan tetap menjadi bos yang tangguh cukup membuat kepercayaan diri Yanai terus tumbuh demi mencapai tujuannya.

Selama menjadi CEO di perusahaannya, Tadashi Yanai dikenal menganut sistem manajemen dengan gaya perfeksionis dan ketat. Segala aspek layanan yang berhubungan dengan pelanggan dipantau secara langsung oleh perusahaan, mulai dari proses pelipatan baju yang harus rapi hingga pertukaran kartu kredit di kasir. Hingga saat ini, Yanai belum secara resmi menyatakan mundur dari jabatannya.

Meskipun sudah ada anak-anaknya yang siap melanjutkan tanggung jawab perusahaan, Yanai masih menginginkan penerus yang memiliki kegigihan yang sama seperti dirinya. Ia tidak ingin kerajaan bisnis yang dibangun puluhan tahun harus mengalami kemerosotan. Dengan sabar, Yanai melatih anak-anaknya menjadi seorang CEO yang berkompenten.

Dari ulasan tentang sejarah dan profil perusahaan UNIQLO di atas, dapat dilihat bagaimana ketekunan dan semangat yang tinggi berbuah pada pencapaian yang besar. Melalui kisah dari Tadashi Yanai tersebut, diharapkan bisa menjadi motivasi untuk kita semua dalam berkarier dan meraih kesuksesan. (si/nu/ik)