Highlight.ID – Sekolah mode Italian Fashion School (IFS) telah berdiri sejak tahun 2016 yang kampusnya berada di Jakarta. IFS, sejak tahun 2019, bekerja sama dengan MKS Milano Fashion School, sebuah sekolah mode yang berbasis di Italia yang bertaraf internasional. Kerja sama tersebut terjalin karena selama ini Italian Fashion School memiliki kecenderungan merujuk pada tradisi mode di Italia.
Kurikulum yang diterapkan di Italian Fashion School pun mengacu pada MKS Milano Fashion School. Setiap peserta didik Italian Fashion School dapat memilih program yang paling diminatinya. Adapun program kursus yang tersedia di Italian Fashion School yakni Intensive Fashion Design 1 Year, Fashion Illustration, Pattern Making, Special Course, dan Embracing Our Future Program IFS-MKS Milano Fashion School.
Untuk mengoptimalkan proses pengajaran, IFS membatasi jumlah kursi per kelasnya. Kelas Pattern Making maksimal 8 orang dan kelas Fashion Design maksimal 10 orang. Materi-materi yang dipelajari di kelas Fashion Design di antaranya yakni Fashion Illustration, Sejarah Fashion, Pembuatan Pola dan Jahit, Pengetahuan Kain hingga Desain Presentasi Portfolio.
Para murid IFS memiliki kesempatan untuk belajar langsung di kota Milan, Italia lewat Program IFS-MKS Milano Fashion School. Program tersebut terdiri dari Diploma 3 Year Fashion Design Course, Diploma 1 Year Fashion Design Course, Diploma 1 year Fashion Styling Course, Diploma 1 Year Pattern Making-Marangoni Method, dan Program Intensive Fashion Master Course.
Baca Juga: 6 Tempat Kursus Fashion Design di Jakarta Paling Bonafid Untuk Melatih Skill-mu
Untuk dapat belajar di Italia, murid harus menyelesaikan materi yang dihitung berdasarkan jam pertemuan. Paska Ryanti, Principal Italian Fashion School kepada Highlight.ID menjelaskan, “Dia (murid) harus menyelesaikan (kelas) di Jakarta selama 360 jam dulu, baru bisa lanjut ke Italia atau 730 jam. Di Italia, ada (program) yang 1 tahun ada yang 3 tahun.”
Pelaksanaan Program Fashion Design 1 tahun di Italia berlangsung dari bulan Oktober hingga Juni setiap tahunnya. Setiap siswa yang hendak berangkat ke Italia harus menguasai bahasa asing terlebih dulu, terutama bahasa Inggris dan bahasa Italia. Oleh karena itu, siswa perlu menempuh kursus bahasa Italia di luar program IFS. “Berangkat ke sana (Italia), harus menguasai bahasa Italia secara intermediate,” jelas Paska.
Di Italia, siswa IFS mempelajari berbagai materi yang disampaikan oleh pengajar profesional. “Kalo program 1 tahun belajar pola, pattern, desain, marketing, merchandising, semua yang dipelajari untuk mempersiapkan diri menjadi fashion designer,” imbuhnya.
Baca Juga: 7 Lembaga Pendidikan Fashion Design Untuk Berkarier di Dunia Mode
IFS pernah berpartisipasi dalam ajang bergengsi Jakarta Fashion Week 2019, menampilkan beberapa desainer terbaiknya. Setiap siswa juga mempunyai kesempatan untuk membuat karya dan menampilkannya di hadapan audiens, seperti pada acara Open House & Preview Collection Show tanggal 31 Agustus 2019. Sebanyak enam desainer IFS yang menampilkan karyanya yakni Pratiwi Tiara, Rika, Ressya, Amelia N.S, Mickey, dan Helen.
Ressya dengan labelnya “Khawla” menampilkan koleksi busana muslim. Brand yang berdiri sejak tahun 2008 itu memproduksi aneka jenis pakaian syar’i dan modest wear untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat. Kali ini, Khawla menampilkan koleksi bertajuk “Manjalino” dari kata Minang yang memiliki arti ‘cantik’ dan ‘indah’.
Baca Juga: Alasan dan Motivasi Belajar Fashion Design
Sedangkan Pratiwi yang mengusung label WIGI Femme membawakan koleksi dengan konsep cultural contemporary. Merek fashion lokal tersebut menampilkam koleksi dengan gaya modern yang berpadu dengan gaya klasik. Sisi modern terlihat dari desain dan jahitan, sedangkan sisi klasik tampak dari pilihan warna dan bahan.
Kali ini, Rika dengan brand-nya “Karika” menampilkan rancangan busana perpaduan antara unsur tradisional dan modern. Dengan tema batik Parang, ia menggabungkan motif batik dengan kain warna polos serta permainan cutting, silhoutte shapes, dan sweet touch sevagai ciri khasnya.
Helen Tan meluncurkan karya perdananya dengan nama “Elena”. Lewat brand itu, Helen ingin membuat karya yang simple, stylish, dan easy to wear. Dengan tema “Bold Outdoor Outfit”, Elena memilih warna abu-abu yang berkesan netral, warna pink dengan kesan feminin, dan warna cream untuk melambangkan kelembutan dan memberikan nuansa klasik.
Dengan tema “Gala O’Clock”, Amelia Nurma Sungkawa mengusung label “Lyah” yang artinya ‘bunga’ dalam bahasa Hawaii. Selain itu, Lyah juga diambil dari nama sang desainernya. Koleksi tersebut ingin menunjukkan wanita Indonesia yang modern, cerdas, dan independen.