Home Tips Education Menelusuri Jejak Sejarah Persandian Nasional di Museum Sandi

Menelusuri Jejak Sejarah Persandian Nasional di Museum Sandi

tempat objek destinasi pariwisata museum sandi kota yogyakarta fasilitas koleksi sejarah gedung bangunan lokasi jam buka harga tiket masuk
Museum Sandi Yogyakarta| Foto: Highlight.ID

Highlight.ID – Keberhasilan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan tak luput dari peran sandiman, istilah untuk menyebut para pengirim sandi. Pengiriman sandi dilakukan agar penjajah Belanda tak dapat melacak pergerakan pejuang di medan perang.

Meski tak mengangkat senjata, sandiman berjuang siang-malam tanpa kenal henti untuk mengirim informasi rahasia kepada para gerilyawan. Seorang sandiman mempunyai beberapa etos yakni patriotisme, dapat dipercaya, kemampuan menyimpan rahasia, dapat diandalkan, dedikasi, disiplin, rasa tanggung jawab, jiwa korsa, dan mandiri.

Bapak Persandian Indonesia

Bicara tentang persandian di Indonesia, maka nama dr. Roebiono Kertopati yang lahir di Ciamis pada tanggal 23 Juni 1914 layak untuk disebut. Pada tanggal 4 April 1946, beliau mendapatkan mandat dari Kementrian Pertahanan Bagian B (Intelejen) untuk membentuk Dinas Kode untuk memperkuat keamanan dan ketahanan negara dalam bidang keamanan informasi.

Pada dasarnya, dr. Roebiono Kertopati tak menempuh pendidikan persandian secara formal. Ia mengenal sandi lewat kursus singkat dan mengembangkan kemampuannya dengan logika dan intuisi. Pada tahun 1946, dr. Roebiono Kertopati menyusun “Buku Kode C” yang berisi 10 ribu kata sandi. Buku tersebut ditulis dengan tangan, lalu diketik, dan disalin sebanyak 6 rangkap. Berkat jasanya, dr. Roebiono Kertopati digelari “Bapak Persandian Indonesia”.

Baca Juga: Ini Dia Museum 3D Paling Favorit di Indonesia, Kamu Sudah Mampir?

Museum Kriptologi Satu-satunya di Dunia

Jejak perjuangan dr. Roebiono Kertopati dan sejarah persandian nasional dapat kita telusuri di Museum Sandi yang terletak di Jalan Faridan M. Noto 21 Kotabaru, Yogyakarta. Museum Sandi didirikan oleh Kepala Lembaga Sandi Negara RI, Mayjen TNI Nachrowi Ramli dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2006.

Diresmikan pada 29 Juli 2008, Museum Sandi yang berada di bawah naungan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) awalnya berlokasi di lantai dasar Museum Perjuangan Yogyakarta. Pemindahan Museum Sandi ke gedung bekas kantor Kementrian Luar Negeri RI di Kotabaru bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan. “Seiring berjalannya waktu, kemudian jumlah pengunjungnya semakin meningkat, akhirnya pada tahun 2014, Museum Sandi berindah lokasi, mendapatkan gedung sendiri,” terang Setyo Budi Prabowo, Koordinator Museum Sandi kepada Highlight.ID.

“Pusat diplomasi ketika (ibukota) Republik Indonesia pindah ke Jogjakarta yaitu di gedung ini, sekarang menjadi Museum Sandi. Secara historis, Kotabaru itu tidak jauh hubungannnya dengan Sandi Negara. Makanya ada Monumen Sanapati, itu dibangunnya di Kotabaru untuk tetenger bahwa berdirinya Sandi Negara itu di Kotabaru Jogjakarta pada tahun 1946,” jelas Setyo. Monumen Sanapati yang berada di persimpangan antara Jalan Abu Bakar Ali dan Jalan I Dewa Nyoman Oka depan Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru diresmikan pada tahun 1996 untuk menandai 50 tahun persandian Indonesia.

Baca Juga: Menengok Sejarah dan Kebudayaan Keraton Yogyakarta yang Adiluhung

Koleksi Alat Persandian

Beragam koleksi alat kesandian terpajang di penjuru ruangan Museum Sandi, mulai dari zaman Yunani kuno hingga era revolusi kemerdekaan. Salah satunya yakni sandi Caesar atau disebut juga dengan sandi geser yang menggunakan sistem subsitusi atau pergantian huruf. Adapun penggunaan sandi berdasarkan kesepakatan antara pengirim dan penerima.

Memasuki Museum Sandi yang gedungnya merupakan cagar budaya, terdapat ruangan pengenalan di mana pengunjung dapat menyaksikan video singkat tentang sejarah persandian Indonesia. Berikutnya, Ruang Sandi Klasik yang menampilkan beberapa koleksi-koleksi yang digunakan pada zaman kuno seperti Cuneiform yang merupakan peninggalan bangsa Sumeria. Cuneiform tersebut terbuat dari tanah liat yang menampilkan simbol-simbol yang hanya bisa dimengerti oleh mereka.

Koleksi lainnya yakni Skytale Greek yang digunakan oleh bangsa Sparta di Yunani. Alat ini berupa tabung kayu berbentuk silinder dengan perkamen atau lilitan yang terbuat dari kulit binatang. Pengirim menuliskan pesan di perkamen secara vertikal dan dibaca oleh penerima dengan melilitkannya pada batang kayu.

Di salah satu ruangan Museum Sandi, terdapat replika rumah yang menjadi kantor sandi darurat setelah kantor Dinas Kode di Kotabaru diserang oleh Belanda lewat serangan Agresi Militer II. Setelah mendapat serangan, gerilyawan melakukan long march ke daerah Kulonprogo. Di wilayah tersebut, mereka melakukan aktivitas persandian dan mengirimkan pesan-pesan lewat radio pemancar. Situs Rumah Sandi yang berada di Dukuh, Purwoharjo, Samigaluh, Kulonprogo  sampai sekarang masih berdiri.

Baca Juga: Monumen Nasional, Tempat Terbaik Untuk Melihat Kota Jakarta dari Atas

tempat objek destinasi pariwisata museum sandi kota yogyakarta fasilitas koleksi sejarah gedung bangunan lokasi jam buka harga tiket masuk
Museum Sandi Yogyakarta| Foto: Highlight.ID

Beberapa mesin sandi buatan Indonesia terpampang di sudut-sudut ruangan, salah satunya yakni mesin sandi bernama SR 64/A yang dibuat oleh Djawatan Sandi. Mesin ini pernah digunakan pada konferensi non blok di Aljazair tahun 1965. Selain itu, ada mesin sandi SRE-VI yang mampu mencetak 40 karakter perbaris. Mesin ini mempunyai memory 8 kilobyte yang dilengkapi dengan printer CGP. Terdapat juga mesin sandi SN-011 yang berbasis suara buatan tahun 90-an.

Perkembangan Museum Sandi

“Perkembangannya, dari segi koleksi dan fasilitas semakin berkembang dan juga dari segi pengunjung. Dulu, pengunjung Museum Sandi hanya masih di bawah angka 10 ribuan. Alhamdulillah, pada tahun 2017 – 2018 hampir 30 ribu pengunjung dalam kurun waktu satu tahun. Hal tersebut karena kita tingkatkan fasilitas-fasilitas,” tambahnya.

“Pengunjung Museum Sandi ketika mereka berkunjung, tidak hanya mendapatkan knowledge tapi juga skill. Karena mendapatkan souvenir gratis, masuknya gratis juga. Sepulang dari Museum Sandi mereka bisa menggunakan souvenir itu untuk melakukan sandi-menyandi secara sederhana, untuk bahan pembelajaran,” kata dia.

Baca Juga: Haluu, Spot Instagrammable di Jakarta yang Seru dan Bernuansa Artistik

Setyo berujar, “Kami juga memfasilitasi komunitas maupun organisasi lain yang akan berkegiatan di Museum Sandi dan itu pun tidak dipungut biaya. Fasilitas-fasilitas tersebut akhirnya membuat orang tidak hanya berkunjung satu kali ke museum, tapi bisa lebih dari satu kali.” Event-event yang dapat diadakan di Museum Sandi diperuntukkan bagi semua kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum.

Beberapa event pernah diadakan di Museum Sandi yakni kegiatan “Pramuka Belajar Sandi” yang diikuti oleh pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah Yogyakarta. Selain itu, ada pula acara ngopi bareng di museum untuk generasi milenials. “Kegiatan lain untuk masyarakat umum sebagai contoh napak tilas persandian di mana masyarakat dapat mengikuti jejak sejarah persandian,” katanya.

Persandian di Era Teknologi Informasi

Menurut Setyo, orang pada umumnya melihat sandi sebagai seperangkat alat atau ilmu yang hanya diperuntukkan bagi kalangan militer. “Sampai saat inipun orang masih berpandangan seperti itu, sebagian. Seiring perkembangan zaman, ternyata persandian tidak hanya digunakan untuk kalangan militer maupun intelejen namun bisa juga digunakan untuk masyarakat umum. Sebagai contoh, sekarang sudah banyak aplikasi-aplikasi yang menggunakan unsur-unsur kriptografi,” jelas Setyo.

Baca Juga: Panorama Sunset yang Elok dan Memikat di Pantai Parangtritis

Ia menyebutkan beberapa contoh media sosial seperti WhatsApp atau Telegram yang memanfaatkan teknologi persandian. Setyo memaparkan, “Begitu juga ketika kita melihat transaksi perbankan di ATM. (Contohnya) Proses generate kunci (password), terus proses pengiriman data dari alat ATM ke servernya sudah menggunakan persandian juga. Hanya orang tidak tahu, mereka lebih mengenalnya dengan (istilah) enkripsi-dekripsi. Padahal itu hampir sama.”

Contoh lainnya yakni penggunaan tanda tangan digital yang bertujuan sebagai autentikasi untuk memastikan keaslian sebuah tanda tangan. “Ini coba kita sosialisasikan kepada masyarakat umum untuk merubah pemahaman mengenai persandian itu sendiri,” ujarnya.

Museum Sandi terus berupaya melakukan pengembangan untuk menarik pengunjung. “Kita akan mengembangkan Digital Literation Center for Information Security. Jadi, pusat literasi digital tentang keamanan informasi, di Indonesia untuk saat ini memang belum ada,” kata Setyo.

Pusat literasi digital yang sedang dalam proses perencanaan tersebut berupa semacam taman edukasi di mana terdapat berbagai macam wahana untuk meningkatkan pemahaman tentang keamanan informasi. “Masyarakat datang ke situ seperti berkunjung ke tempat wisata. Mereka mendapatkan kesenangan tapi juga mendapatkan edukasi. Seluruh masyarakat Indonesia kesadaran ataupun awareness-nya mengenai keamanan informasi itu menjadi lebih meningkat. Itu harapan kami,” imbuh dia.

Museum Sandi

Alamat: Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Yogyakarta 55224
Telepon: 0274 – 556 920
Website: www.museum.bssn.go.id
Email: [email protected]
Instagram: @museum.sandi

Peta Lokasi