Highlight.ID – Dalam rangka memperingati Bulan Peduli Kanker Payudara pada bulan Oktober, para penyintas, pendamping pasien dan pemerhati kanker payudara yang tergabung di The Indonesian Cancer Information and Support Center (CISC) berkumpul dalam diskusi virtual bertajuk “Bersama Melangkah, Meraih Harapan”.
Ibu Lestari Moerdijat, SS, MM, Wakil Ketua MPR Republik Indonesia yang juga merupakan seorang penyintas kanker payudara hadir membuka acara diskusi virtual. Beliau mengatakan, “Mengingat angka kasus baru maupun kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya semakin meningkat, sehingga penanggulangan kanker payudara adalah tantangan yang harus dihadapi bersama oleh semua pihak dan diatasi secara berkesinambungan mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, supportif dan paliatif sesuai penatalaksanaan kanker payudara.”
Data WHO memperkirakan hingga akhir 2020 terdapat 7,8 juta perempuan hidup didiagnosis menderita kanker payudara dalam 5 tahun terakhir, ini menunjukkan kanker payudara merupakan kanker paling banyak diderita di dunia. Bahkan, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, “WHO juga mencatat pada 2020, terdapat 2,3 juta perempuan yang terdiagnosis kanker payudara dan terjadi 685.000 kematian secara global. Kondisi itu, melahirkan komitmen global terkini untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara global sebesar 2,5% per tahun hingga 2040 dan meningkatkan survival rate para penderita kanker payudara.”
Baca Juga:
Revisi JKN Harus Ada Jaminan Pelayanan Kanker Berkualitas Sesuai Kebutuhan Medis
Data WHO juga menyebutkan 65.858 perempuan Indonesia terdiagnosis kanker payudara pada tahun 2020, sementara kematian perempuan di Indonesia akibat kanker payudara mencapai 22.430. Berdasarkan analisis data di RS Sardjito (Sinaga, 2017), 70,9% pasien kanker payudara berada pada stadium lanjut. Angka kesintasan 5-tahun kanker payudara dari analisis yang sama adalah 51,07%. Dari data yang sama, risiko kematian pasien kanker payudara kelompok stadium dini 84% lebih kecil dibandingkan kelompok stadium lanjut.
“Meski berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengedukasi masyarakat, namun masih banyak kami temui pasien yang belum memahami pentingnya melakukan pemeriksaan sesegera mungkin terhadap kecurigaan kanker payudara. Umumnya karena kurang pemahaman maka pasien cenderung takut untuk melakukan biopsi. Padahal biopsi tidak membuat sifat keganasan kanker berubah dan menyebabkan kanker menyebar,” kata dr. Farida Briani Sobri, SpB(K)Onk, spesialis bedah onkologi dalam paparannya tentang Mitos dan Fakta tentang Biopsi dan Operasi Kanker Payudara.
“Biopsi justru sangat penting dilakukan untuk memperoleh diagnosis yang jelas. Dengan hasil biopsi yang lengkap, misalnya dengan biopsi jarum inti (core biopsy), memungkinkan dokter bersama-sama dengan pasien membuat rencana pengobatan yang tepat untuk pasien sebelum terapi dilakukan,” tambahnya.
dr. Farida menjelaskan, “Untuk penanganan kanker payudara, tidak benar jika terdapat benjolan harus langsung dioperasi. Justru harus ditegakkan dulu diagnosis patologinya. Cara yang disepakati dalam konsensus internasional adalah tindakan dengan invasi minimal namun berakurasi tinggi, yaitu core biopsy dengan panduan USG. Metode ini dapat digunakan pada sekitar 90% kasus yang dicurigai keganasan payudara. Dengan mengetahui diagnosis pasti sebelum memulai terapi, maka hasil akan lebih baik. Di lain pihak, tindakan langsung mengoperasi pasien tanpa tahu diagnosis patologi sebelumnya, dapat berakibat pada penanganan yang kurang tepat atau operasi yang harus diulang.”
Baca Juga:
Pasien Kanker Payudara HER2 Positif Stadium Dini Belum Dapatkan Pengobatan Komprehensif
Pengobatan bagi setiap kanker payudara sangat bervariasi tergantung pada karakteristik kanker dan kebutuhan pasien, dan bisa sangat efektif hingga mencapai probabilitas harapan hidup hingga 90% atau lebih tinggi ketika penyakit ini diidentifikasi lebih awal. Pengobatan utama kanker payudara yang ditemukan dalam stadium dini (stadium awal) adalah pembedahan atau operasi.
“Banyak pasien yang datang pada saya dengan kekhawatiran payudaranya akan diambil seluruhnya. Yang perlu diketahui sebenarnya pengobatan untuk kanker payudara terus berkembang, menawarkan pilihan yang lebih banyak kepada pasien dan hasil yang lebih baik. Mendapatkan tumor di payudara tidak berarti harus mengangkat payudara seluruhnya. Operasi kanker payudara terdiri dari mastektomi yaitu pengangkatan keseluruhan payudara, atau lumpektomi disebut juga breast conserving surgery yaitu pengangkatan sebagian payudara dan/atau jaringan di sekitar payudara,” tambah dr. Farida.
“Banyak kasus kanker payudara dapat diobati dengan terapi sistemik neoadjuvan sebelum operasi, kemudian operasi dilakukan dengan mengangkat tumor itu sendiri dan beberapa jaringan di sekitarnya. Hal ini bisa menjadi salah satu pilihan pengobatan bagi pasien di stadium dini yang memenuhi kriterianya dari hasil diagnosis,” sambungnya.
Selain operasi, terdapat berbagai metode pengobatan kanker payudara lainnya, yaitu radiasi dan terapi sistemik. Terapi sistemik merupakan obat yang bekerja dan menyebar di dalam tubuh untuk mengobati sel kanker. Terapi sistemik dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil pengobatan, baik sebelum operasi atau disebut juga neoadjuvan, dan setelah operasi atau disebut adjuvan.
Baca Juga:
Tantangan Akses Penanganan Kanker Payudara HER2+ Stadium Dini
dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, spesialis penyakit dalam hemato onkologi medik dalam presentasinya berjudul Mengungkap Fakta tentang Terapi Kanker Payudara HER2 menyampaikan, “Penting sekali untuk diketahui bahwa terapi sistemik pada kanker payudara tidak hanya kemoterapi, melainkan juga ada terapi hormonal, terapi target, dan imunoterapi yang diberikan sesuai dengan diagnosis masing-masing pasien. Misalnya pada kanker payudara jenis HER2 positif yang merupakan jenis yang agresif, selain kemoterapi ada terapi target. Terapi target ini cara kerjanya spesifik menyerang protein HER2 di sel kanker. Pada jenis kanker payudara HER2 positif ini, obat terapi target dapat diberikan secara neoadjuvan (sebelum operasi) dan juga secara adjuvan (setelah operasi), umumnya dikombinasikan dengan obat kemoterapi agar lebih efektif untuk mematikan sel kanker.”
“Pada stadium dini, kita memberikan obat untuk meminimalkan kemungkinan kanker kembali lagi, dan panduan klinis saat ini menunjukkan bahwa dengan terapi neoadjuvan dan adjuvan yang efektif, akan memperbesar kemungkinan pasien untuk tetap bebas penyakit. Begitu pula di stadium lanjut, bukan berarti menyerah, tetapi tetap dapat diterapi dengan prinsip mengontrol kanker, memperpanjang kesintasan, dan mengoptimalkan kualitas hidup sehingga tetap perlu memilih terapi yang efektif dan jangan ditunda-tunda,” dr. Jeffry menambahkan.
Sri Suharti, Ketua Harian Cancer Information and Support Center (CISC) mengatakan, “Sebagai penyintas kanker payudara, saya sangat memahami kesulitan yang dirasakan para pasien kanker payudara untuk memahami penyakit dan pilihan-pilihan pengobatan yang ada. Terkadang kita terjebak pada mitos dan kekhawatiran yang membuat kita kesulitan untuk mengambil kendali terhadap penyakit kita. Berada dalam komunitas, mempelajari pengetahuan dan fakta medis tentang kanker payudara serta terus berdiskusi dengan dokter merupakan cara kita bisa terus melangkah dan meraih harapan.”
Dalam peringatan Bulan Peduli Kanker Payudara ini, CISC, yang juga merupakan anggota Union for International Cancer Control (UICC), ingin turut berperan serta untuk memberikan dukungan serta layanan informasi pada masyarakat kanker dan awam menuju Indonesia Peduli Kanker. Dipandu oleh anggotanya yang merupakan penyintas kanker payudara yaitu Vany Elly dan Srie Firman, diskusi virtual kanker payudara “Bersama Melangkah, Meraih Harapan” diselenggarakan pada hari Sabtu, 2 Oktober 2021 pukul 09.00 – 11.30 WIB, streaming di Zoom meeting. Rekaman diskusi virtual dapat disaksikan di kanal YouTube Cancerclub CISC.